Penghalang-Penghalang Kita Menjadi Murid

Kalau dari pengamatan penulis, tidak banyak orang dewasa yang belajar secara teratur setelah mereka lulus sekolah. Jika diambil angka pareto berarti hanya satu dari lima. Ini belum berbicara kuantitas dan kualitas yang mereka pelajari. Dan yang menyedihkan banyak orang yang mengaku Kristen pun tidak cukup belajar Firman Tuhan yang adalah makanan rohani mereka. Tidak heran banyak orang Kristen, walau sudah lama menjadi percaya, tidak mengalami pertumbuhan rohani yang sehat. Banyak tidak tahun hal-hal pokok keimanan Kristen, tidak menjalani kehidupan berdasarkan iman Kristen, sangat bergantung kepada pendeta dalam pergumulan iman. Hidup sebagai anak-anak walau usia sudah banyak, dan akhirnya tidak mampu melayani orang-orang lain dalam soal iman.

Alkitab menyatakan Firman Tuhan diilhamkan Allah untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Tim 3:15-17). Tanpa Firman, orang percaya tidak belajar, tidak memahami kesalahan-kesalahannya apalagi memperbaiki, dan tidak belajar kebenaran. Firman memberikan kepada orang percaya hikmat dan menuntun mereka kepada iman kepada Kristus Yesus. Melalui pembelajaran Firman, orang percaya diperlengkapi untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik. Jika belajar begitu penting, mengapa banyak orang tidak belajar hal-hal yang penting bagi mereka? Ada sejumlah alasan, berikut akan dibahas empat alasan.

Alasan yang paling umum orang tidak belajar mungkin adalah kemalasan. Ketika dalam tahap sekolah maka belajar adalah keharusan. Namun ketika sekolah selesai, maka belajar tidak ada yang mewajibkan lagi. Sementara belajar memerlukan usaha ekstra di luar hal-hal rutin dan tugas yang harus dikerjakan. Kemalasan membuat orang tidak belajar dan bekerja keras, sehingga dia tidak bertumbuh. Belum persaingan penggunaan waktu untuk kegiatan-kegiatan lain, seperti bermain, aktivitas sosial media, menonton, sosialisasi, dsb. Belajar yang tidak urgen gampang terabaikan.

Malas pada dasarnya adalah menolak untuk mentaati Allah dengan menolak melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan-Nya. Satu perintah Tuhan adalah 'belajar': "… belajarlah pada-Ku," (Matius 11:29). Karena itu kemalasan adalah suatu dosa, dosa yang tidak kelihatan tapi membawa kepada orang kepada dosa-dosa lain. Tidak heran bapa gereja memasukkan kemalasan ke dalam daftar tujuh dosa maut.

Penghalang lain orang belajar adalah karena kesombongan. Orang yang sombong merasa sudah tahu semua, tidak merasa perlu untuk belajar lagi. Mereka merasa tidak bisa lagi belajar lagi dari orang lain karena dirinya lebih tahu daripada orang lain. Ketika dia sadar tidak tahu, kesombongan menghalanginya untuk bertanya dan belajar dari orang lain. Satu ayat di Amsal mengatakan: "Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati." (Amsal 11:2). Kesombongan membuat orang tidak belajar untuk menjadi lebih berhikmat, sehingga akhirnya hidupnya menjadi 'cemooh' di mata orang lain.

'Sukses' yang sering terjadi karena orang telah belajar melakukan pekerjaannya dengan baik kadang bisa menjadi bumerang. Sukses bisa membuat orang berhenti belajar dan berusaha. Apa yang dia ketahui sudah membuat dia berhasil. Perlu belajar apa lagi. Saya sudah cukup dan berhasil. Saya sudah tahu apa yang harus saya lakukan untuk berhasil. Ketika orang berhenti belajar maka dia berhenti bertumbuh. Sementara dunia terus berubah dengan kecepatan perubahan yang semakin besar. Ini adalah sikap puas diri dan bisa menjadikan orang tinggi hati, yang berdampak negatif terhadap kemauan belajar.

Satu sikap lain yang membuat orang tidak belajar adalah sikap ‘penakut.' Kita takut belajar dan mengalami hal-hal baru. Kita takut menghadapi orang-orang yang baru, pengalaman yang baru, takut gagal dalam belajar khususnya ketika kita bertambah usia. Akhirnya kita tidak belajar. Ketika kita tidak belajar maka kita berhenti bertumbuh.

Kalau kita mau menjadi 'long life learner' maka berbagai penghalang untuk belajar ini perlu di atasi. Sikap-sikap itu bisa secara bersama memperkuat sikap menolak belajar. Karena itu kita perlu terus merefleksikan masalah rohani yang kita hadapi ini.

Oleh karena penghalang-penghalang ini bernatur dosa – malas, sombong, merasa sukses dan takut, sebagai pengikut Kristus kita memiliki cara untuk mengatasi, yaitu dengan 'bertobat.' Mengakui kalau kita telah bersikap dan berperilaku yang tidak benar maka Dia akan mengampuni dan menghapuskan segala kesalahan itu (1 Yoh 1:9). Sebagai bagian dari pertobatan kita berbalik dari sikap-sikap malas, sombong, puas diri dan penakut. Dan untuk mewujudkan pertobatan itu dengan proaktif, kita melakukan perbuatan-perbuatan yang mewujudkan sikap rajin, rendah hati, terus mau bertumbuh dan berani. Sesuai dengan wilayah tulisan ini, maka kita wujudkan ini dalam membuat rencana dan wewujudkan pembelajaran kita. Tuhan Yesus memberkati!

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *