Harry Puspito
(harry.puspito@yahoo.com)*
Pada tulisan sebelumnya kita telah memperkenalkan konsep worldview atau wawasan dunia. Disadari atau tidak semua orang memiliki suatu wawasan dunia dan ini mempengaruhi cara orang berpikir, bersikap dan berperilaku dalam kehidupannya. Masalahnya wawasan dunia kebanyakan orang terbentuk ‘secara acak’, terbentuk dari pengalaman hidup tanpa evaluasi secara sistimatis dan pengembangan dengan teratur. Di tengah dunia yang dikuasai dosa dan kuasa kejahatan ini, maka di luar kasih karunia Allah dan usaha maka kita tidak bisa berharap akan memiliki wawasan dunia yang sehat atau Alkitabiah.
Kita perlu yakin bahwa memang kita memerlukan sesuatu dalam diri kita, yang disebut wawasan dunia, ini memang bermanfaat untuk mendorong kita perhatian untuk pengembangannya. Ada beberapa manfaat yang dikemukakan oleh para ahli yang memikirkan konsep wawasan dunia ini. Pertama, wawasan dunia ini memberikan suatu sistim pemikiran yang teratur dan koheren, yang bertalian secara utuh dan logis. Misalnya, ketika menghadapi manusia dengan segala masalahnya, kita memiliki pikiran-pikiran dasar tentang manusia yang pas. Sebagai orang Kristen, kita meyakini manusia memiliki natur-natur tertentu, seperti, antara lain, manusia adalah diciptaan oleh Allah sesuai dengan gambar-Nya, tapi manusia yang semula sangat baik itu sudah jatuh dalam dosa.
Ketika manusia dibenarkan oleh Allah karena kasih karunia-Nya mereka mengalami pengudusan sehingga dia memiliki potensi untuk bertumbuh baik. Namun perlu diwaspadai karena dia adalah dari manusia berdosa. Dengan pola pikir dasar seperti ini maka akan mengarahkan kita pada cara berpikir tertentu ketika berhadapan dengan persoalan-persoalan apapun yang terkait dengan manusia. Kita melihat potensi orang tapi juga tidak berharap kesempurnaan.
Manfaat berikut adalah dengan wawasan dunia tertentu, maka pikiran seseorang akan mendefinisikan kehidupan idealnya. Wawasan dunia yang baik seharusnya bisa memberikan gambaran kehidupan manusia yang ideal yang bisa dialami manusia. Pandangan Kristiani jelas bahwa kehidupan di dunia sudah dirusak dosa dan dikuasai kekuasaan yang merusak, walaupun Sang Pencipta masih memegang kendali dan masih memberikan anugera pemeliharaan-Nya. Wawasan ini mengajarkan bahwa kehidupan yang ideal bukan di dunia ini tapi di surga yang tersedia bagi mereka yang mendapatkan anugerah keselamatan itu. Pandangan ini memberikan harapan bagi mereka yang percaya yang masih harus menanggung beban kehidupan di tengah dunia yang tidak ideal ini dan bahkan mendapatkan arti dalam menempuh kehidupan ini yaitu berbagi harapan yang sama.Dengan demikian wawasan dunia memberikan pemahaman mengenai kejadian-kejadian dalam kehidupan ini yang seringkali sepertinya tidak masuk akal. Bagaimana orang yang baik-baik harus mati muda, misalnya? Tanpa pandangan bahwa kehidupan sesudah kematian fisik ini adalah kehidupan yang ideal itu, maka orang akan bingung dan marah menghadapi peristiwa seperti itu yang mungkin terjadi pada keluarganya. Manfaat lain, dengan worldview tertentu, maka ini akan mempengaruhi values atau nilai-nilai atau falsafah hidup yang dianutnya. Ketika orang mengadopsi wawasan dunia Alkitabiah, maka dia harus mengkikis pandangan-pandangan pribadi dan menolak pengaruh-pengaruh wawasan kontemporer yang bertentangan. Alkitab, misalnya, menekankan prinsip ‘kasih kepada sesama’, yang mengutamakan orang lain. Sementara naluri pribadi dan pandangan umum sikap kita terhadap orang lain bersifat timbal balik. Maka kita seyogyanya menginternalisasi nilai kasih yang Alkitabiah, yang tidak saja ditujukan kepada sesama dalam kelompoknya, yang bersikap baik terhadap dirinya saja, tapi termasuk bagi mereka yang memusuhinya. Nilai kasih terhadap sesama ini kemudian perlu diwujudkan dalam seluruh seluruh kegiatan dan usahanya dengan keyakinan bahwa nilai ini, bersama dengan nilai-nilai Alkitabiah lain, memprotek dirinya dan memberikan keberhasilan sejati bagi dirinya di tengah kehidupan di dunia ini. Dengan demikian wawasan dunia juga mengarahkan kepada semuatindakan orang dalam kehidupan sehari-hari dengan mengkaitkan dengan nilai-nilai dan prioritas-prioritas yang mengikuti wawasan tersebut. Dengan contoh keutamaan nilai kasih terhadap sesama, maka mereka dengan wawasan dunia Kristiani, tidak akan melibatkan diri dalam pekerjaan-pekerjaan atau usaha-usaha yang merusak manusia lain demi keuntungan pribadi tapi akan mengarahkan pada usaha-usaha yang memberkati orang lain. Keterlibatan terhadap kegiatan-kegiatan usaha produksi dan distribusi rokok ‘yang membunuhmu’, misalnya, akan dijauhi. Sebaliknya profesi apapun, walaupun tidak popular di mata masyarakat – apakah menjadi guru, bertani, menjadi polisi, menjadi peneliti, dll – akan dijalani ketika ketika dia meyakini itulah panggilan hidupnya.Mengapa kita membangun wawasan dunia kita? Hanya dengan wawasan dunia itu kita memahami arti kehidupan ini secara utuh dan benar, dan menolong kita untuk mengisinya dengan kegiatan-kegiatan yang bernilai yang sesuai. Dengan demikian orang bisa mengalami ‘finishing well’, menyelesaikan kehidupan dengan sukacita dan optimis. Oleh karena itu mari kita mulai memikirkan pandangan-pandangan dasar yang kita miliki dan mengkoreksi dengan prinsip-prinsip Alkitab. Tuhan memberkati!!