Pada masa pandemic Covid 19 ini gereja menghadapi tantangan tersendiri. Ketika gereja membuka untuk ibadah minggu – kegiatan andalan kebanyakan gereja, ternyata jemaat banyak yang enggan hadir dan memilih mengikuti ibadah secara online. Ternyata ketakutan akan Covid, kebiasaan malas pergi ke gereja, dan alasan-alasan lain telah memisahkan jemaat satu dari yang lain.
Kita jadi bertanya-tanya, kalau jemaat mula-2 mengalami pandemik seperti kita bagaimana kehidupan berjemaat mereka? Kita tidak mau berspekulasi tentang kemungkinan ini, tapi mau belajar tentang bagaimana kehidupan jemaat mula-mula itu karena cara hidup mereka telah menginspirasi gereja-gereja masa kini, yang terobsesi dengan pertumbuhan. Kita akan belajar dari gereja mula-2, apa yang dilakukan jemaat mula-2 itu sehingga 'mereka disukai semua orang dan tiap-tiap hari Tuhan menambahkan jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.' (KPR 2:47).
Jemaat mula-mula terbentuk dari 120 orang percaya yang lebih awal ditambah dengan 3000 orang yang bertobat dari kotbah Pentakosta Petrus (KPR 2:14-36). Mereka tidak saja berani dibaptis di tengah masyarakat Yahudi yang menentang, tapi melanjutkan pertemuan mereka setiap hari dan menjalani kehidupan berjemaat yang luar biasa. Jelas gereja ini tidak sempurna dan belum matang, tapi telah melakukan hal-hal yang menyenangkan hati Tuhan dan diberkati dengan penambahan jiwa-jiwa baru setiap hari.
Pada ayat 41 dikatakan mereka 'bertekun' dalam pengajaran para rasul, persekutuan, memecah roti dan berdoa. Pertama, mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul. Mereka memiliki kehausan akan Firman. Pengajaran para rasul meliputi pelajaran-pelajaran yang para rasul terima dari Yesus dan penekanan pada kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus. Jemaat mula-2 'bertekun dalam pengajaran rasul-2' (KPR 2:42). Mereka memberikan prioritas yang tinggi untuk mengetahui kebenaran. Mereka belajar Firman dan tampak kalau mereka menjalankan Firman.
Kedua, mereka bertekun dalam persekutuan. Ini berarti mereka memiliki kebersamaan bahkan hingga dalam hal kepemilikan. Persekutuan mereka dipraktekkan dalam kebersamaan dalam pertemuan ibadah harian, berbagi harta kepada yang membutuhkan, menikmati makan bersama di rumah-rumah. Pada komunitas Yahudi waktu itu, makan bersama menunjukkan kedekatan hubungan.
Dalam persekutuan itu terjadi pelayanan-pelayanan praktis kepada mereka yang membutuhkan. Mereka menyatukan apa yang mereka miliki untuk memenuhi kebutuhan orang-2 miskin di tengah mereka. Mereka menjual dan membagi-bagikan tidak hanya sekali tapi berulang-ulang, terus menerus, menjadi kebiasaan di jemaat mula-mula itu.
Ketiga, jemaat bertekun dalam 'memecah roti,' yang konteksnya menunjukkan Perjamuan Kudus. Ini berarti mereka bertemu dengan teratur dan disiplin untuk beribadah. Dengan 'memecah roti' ibadah-ibadah meeka mengingatkan jemaat akan pengorbanan Yesus di kayu salib untuk penebusan manusia dari hukuman dosa. Bacaan menggambarkan ibadah mereka yang bersemangat, hidup sehingga jemaat dipenuhi dengan 'ketakutan' dan para rasul mengadakan banyak mukjijat-mukjijat dan tanda-tanda.
Keempat, mereka berteku dalam berdoa. Mereka berdoa di Bait Allah. Mungkin juga mereka bertekun berdoa secara pribadi. Doa mereka membangkitkan 'ketakutan, banyak mukjijat dan tanda.' Ketakutan ini sama dengan 'takut Tuhan,' ketakutan yang kudus dalam sikap ibadah mereka dan sebagai respon terhadap kuasa yang besar, mukjijat-mukjijat dan tanda-tanda yang mereka lihat dan alami.
Gereja masa kini memperhatikan pertumbuhan. Mereka melakukan berbagai strategi untuk menambahkan jumlah jemaat mereka. Menyampaikan tema-tema kotbah yang menarik, menggunakan musik yang menarik dan suasana yang nyaman.
Gereja mula-mula tidak bertekun dalam dalam penambahan jemaat, tapi kepada hal-hal yang benar dengan cara yang benar sehingga Allah menghargai mereka dengan menambahkan kepada jemaat orang-orang yang diselamatkan (bukan sekedar kehadiran).
KPR 2:41-47 menggambarkan gereja yang sehat. Gereja ini tidak mempunyai bangunan, tidak mempunyai staf yang digaji, tidak ada program, tidak ada koor, tidak ada alat musik, tidak ada internet. Ternyata ini tidak menjadikan suatu gereja yang hebat. Tapi 3000 orang baru bergabung. Dan tiap hari jumlah jemaatnya bertambah dengan jiwa-jiwa baru, bukan jemaat pindahan.
Apa yang menjadikan gereja mula-mula itu hebat? Mereka berbagi kasih mula-mula kepada Kristus yang sama. Mereka berbagi iman dalam Kristus mereka yang menarik orang lain kepada Kristus. Mereka bersatu, Kristus ditinggikan dan gereja mereka berkembang.
Gereja PB bukan sekedar melakukan hal-hal yang benar, tapi lebih memiliki sikap-sikap yang benar – memiliki hati yang benar – memelihara hubungan-hubungan yang benar. Yesus mengutuk perbuatan-perbuatan benar sedekah, doa dan puasa orang-orang Farisi karena mereka lakukan dengan roh dan alasan yang salah (Mat 6:1-18). Pekerjaan hebat dilakukan orang-orang namun Tuhan menolak mereka.
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"Matius 7:21-23
Sebagai refleksi, bagaimana dengan gereja kita? Apakah gereja kita melakukan hal-hal yang benar – belajar Firman, bersekutu, ibadah, dan berdoa; dengan benar – dengan kasih yang semula? Tuhan Yesus memberkati!