Menangkap dan menyalibkan Yesus Kristus, siapa yang dapat melakukannya? Apakah kematian Kristus diatas kayu salib karena banyaknya luka yang mengangah, darah yang tertumpah? Orang yahudi berpikir mereka dapat membunuh Yesus dengan menggunakan kekuatan hukum kekuasaan orang Roma. Maka dengan berbagai upaya kepalsuan mereka pertontonkan untuk memuaskan kebencian, iri hati dan kedengkian mereka terhadap Kristus. Sungguh ironis!
Injil Yohanes menuliskan, ketika mereka hendak menangkap Yesus, justru mereka semua jatuh ke tanah: “Ketika Ia berkata kepada mereka: “Akulah Dia,” mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.”(Yohanes 18:6). Tidak ada yang mampu dan sanggup menangkap Yesus, tetapi Ia sendiri yang menyerahkan dirinya untuk ditangkap dan dibelenggu.
Bahkan Yesus sendiri mengatakan “Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?” (Matius 26:53). Belum menangkap saja tentara Romawi sudah jatuh, apalagi mau menyalibkan Yesus.
Menyalibkan seseorang yang bersalah adalah hal yang biasa pada zaman itu, namun berbeda dengan penyaliban Kristus, jelas Ia tidak bersalah bahkan dari mulut seorang Pilatus keluar perkataan: “Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati.Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya.”(Lukas 23:22). Pilatus sendiri tidak sanggup menghukum Yesus, sebaliknya, ia ingin melepaskannya. Namun demi kepentingan politiknya di depan orang Yahudi, maka ia menyerahkan Yesus kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya.
Yesus disesah dan dimahkotai duri di kepala, diludahi wajahnya, dipukul kepalanya dengan bambu, bahkan cambuk yang ganas merobek kulit tubuhNya, Ia kesakitan, darah bercucuran bahkan Ia tergantung di kayu salib, tangannya tertancap paku yang dalam, Ia semakin tersiska dan menderita menahan tubuhnya yang tergantung di kayu salib.
Namun apakah Yesus mati? Tentu TIDAK!. Ganasnya tangan manusia yang jahat, perlakuan yang tidak manusiawi, tidak membuat Yesus berhenti berkarya dalam hidupnya. Ia berdoa bagi manusia yang berdosa, Ia menyelamatkan penjahat disampingnya. Sungguh mengharukan.
Yesus menderita karena kehendak BapaNya, Yesus tersalib untuk menggenapi panggilanNya dalam dunia ini “Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.”(Matius 20:19).
Dan Yesus mati bukan karena tombak yang tajam menembus lambungNya, bukan juga pukulan cambuk yang ganas, bukan juga karena Ia tersalib, namun Alkitab menuliskan karena Yesus sendiri menyerahkan nyawaNya “Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya (Matius 27:50). Yesus sudah menggenapi panggilannya di atas kayu salib ribuan tahun yang lalu. Sekarang, bagaimana dengan kehidupan kita sebagai orang yang percaya kepadaNya?
Orang Kristen dipanggil untuk meneladani Yesus Kristus. Disalib, dosa manusia diampuninya, maka kitapun harus hidup mengampuni. Disalib, menjadi bukti kasihNya pada manusia. Maka, kitapun harus mengasihiNya dengan sungguh.
Penderitaan salib menjadi pelayanan Kristus yang murni, jangan kita menyia-nyiakannya, tetapi layanilah Tuhan dengan kesungguhan hati. Bersaksi dan membawa damai sejahtera bagi manusia berdosa dilakoniNya demi memperbaiki hubungan manusia dengan Sang Khalik, maka sudah seharusnya bagi orang percaya untuk bersaksi tentang Kristus, dan menjadi pendamai bagi banyak orang dan bukan sebaliknya.
Dengan demikian, setiap orang percaya, janganlah kita menjadi salah melakoni panggilan salib dengan beribadah hanya karena suka dan senang mengikuti Kebaktian Jumat Agung, dengan susunan ibadah yang baik, gedung yang berAC, pertunjukkan drama penyaliban, lagu-lagu dengan lirik yang indah yang terkadang sampai meneteskan air mata, namun sejujurnya kita kehilangan akan makna Panggilan Salib dalam hidup kita.
Gereja dipanggil untuk menjadi alat ditangan Tuhan, menerangi dunia dengan kebenaran, tekun setia dalam pengabdian, maka hidupku, hidupmu dan hidup kita semua, pasti membawa perubahan. Tuhan Memberkati!