Bila Topan K’ras Melanda Hidupmu

“Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatan-Mu yang ajaib dan rencana-Mu untuk kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau! Aku mau memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung.” (Mazmur 40:6 TB2)

“Life is never flat”, demikian kata pepatah asing. Memang demikian adanya. Kehidupan manusia tidak ada yang selalu rata. Ada dinamika yang terjadi di dalamnya. Baik orang Kristen maupun non-Kristen telah, sedang dan akan mengalami pasang-surut kehidupan.

Tema SUP kali ini diangkat dari sebuah lagu himne. Lagu versi aslinya berjudul Count Your Blessings dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul Bila Topan K’ras Melanda Hidupmu (Kidung Jemaat Nomor 439). Syairnya ditulis oleh Johnson Oatman, Jr.

Kisah hidup Johnson sungguh inspiratif. Ia tidak pernah berhenti untuk mencari dan menemukan serta mengembangkan talentanya untuk dapat melayani Tuhan dengan lebih efektif. Johnson kecil ingin menjadi penyanyi rohani, namun beberapa tahun kemudian ia menyadari tidak memiliki bakat cukup untuk menjadi penyanyi rohani. Ia tidak menyerah. Hidup terus berjalan.

Johnson rindu melayani Tuhan. Ia melibatkan diri dalam pelayanan kepada Tuhan dengan setia hingga akhirnya ditahbiskan menjadi pendeta. Namun setelah beberapa waktu, ia juga sadar bahwa talentanya bukanlah dalam hal berkhotbah. Ia melanjutkan hidupnya dengan menjadi pebisnis ritel dan juga menjadi administrator di sebuah perusahaan asuransi  besar di New Jersey.

Kerinduannya untuk melayani Tuhan tidak pernah surut. Di usia ke-36, saat sudah menikah dan dikaruniai tiga orang anak, Johnson mulai menemukan talentanya: menulis syair/puisi rohani. Ia sangat produktif dengan menghasilkan rata-rata 200 puisi rohani per tahun. Sekitar lima ribu syair sudah ditulisnya. Banyak lagu dibuat memakai karyanya.

Pada usia ke-41, Johnson menulis syair berjudul Count Your Blessings yang segera menjadi lagu yang memberkati sangat banyak orang. Lagu ini kemudian diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia dan terus dinyanyikan umat Kristen hingga kini.

Lagu ini mengingatkan kita bagaimana menjalani kehidupan yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Yaitu dengan selalu mengingat apa yang telah Tuhan kerjakan dalam kehidupan kita. Saat ada kesulitan dan masalah, ada beberapa kecenderungan yang sering dilakukan orang pada umumnya.

Pertama, cenderung untuk hanya memikirkan masalah. Akibatnya masalah tersebut memenuhi hati dan pikiran, bahkan menghalangi ‘pandangan mata’ kepada Tuhan. Seolah-olah masalah menjadi jauh lebih besar dari yang sebenarnya.

Kedua,  mengasihani diri. Masalah kehidupan yang belum terpecahkan dapat membawa kepada sikap mengasihani diri. Orang berkepribadian introvert cenderung seperti ini. Masalah boleh datang bertubi-tubi, namun orang percaya tidak seharusnya mengasihani diri. Masalah ada untuk dipecahkan dan ditemukan solusinya.

Ketiga, menyalahkan orang lain. Manusia punya kecenderungan menyalahkan orang lain atau keadaan, alih-alih mengintrospeksi diri atas permasalahan yang dihadapi. Ini natur keberdosaan manusia. Manusia pertama pun melemparkan kesalahan kepada pihak lain atas kesalahan yang dilakukannya dengan sengaja. Orang dengan kepribadian ekstrovert punya kecenderungan kuat dalam hal ini.

Keempat, menyalahkan Tuhan. Ini sikap yang paling berbahaya. Saat ada pergumulan, semestinya memohon pertolongan Tuhan dan jangan pernah menuduh Tuhan sebagai dalang dari persoalan kehidupan. Keempat respons yang sudah disebutkan di atas tidak layak dijadikan pilihan.

Mari kembali ke lagu Bila Topan K’ras Melanda Hidupmu. Lagu ini secara tepat mengajak umat untuk mengarahkan perhatian kepada berbagai berkat yang Tuhan sudah, sedang dan akan terus curahkan bagi kita. Bila hal ini dilakukan, kita akan lebih tangguh dan teguh dalam menghadapi berbagai badai di samudera kehidupan.

Pada gilirannya, kita akan kagum bahkan tercengang, betapa sesungguhnya Tuhan Allah jauh lebih besar dari segala kesulitan dan permasalahan kita. Kita akan kembali ditolong Tuhan mengatasi topan permasalahan kehidupan.

Mmmhh, alangkah nikmat SUP ini. Terasa sampai ke dasar sanubari. Lebih asyik jika dinikmati bersama sahabat dan orang-orang yang disayangi. Nikmati perlahan-lahan agar lebih terhayati. Kiranya boleh memberkati para pembaca yang baik hati.

Segala kemuliaan bagi Sang Ilahi.

 

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *