
Baru-baru ini ada dua peristiwa yang cukup menyedot perhatian masyarakat Indonesia. Yang pertama adalah polusi udara di Jakarta, sedangkan peristiwa lainnya adalah kebakaran di gunung Bromo, Jawa Timur.
Polusi udara di Jakarta sebenarnya sudah sejak lama, namun kian menjadi sorotan tajam menjelang berlangsungnya KTT ASEAN tanggal 5-7 September 2023. Di bulan Agustus lalu, kota Jakarta sempat dinobatkan menjadi kota dengan tingkat polusi paling buruk di dunia. Kualitas udara semakin memburuk akibat musim kemarau panjang yang dipengaruhi oleh fenomena El Nino.
Hujan tidak turun cukup lama. Demi mengatasinya, pemerintah melakukan berbagai upaya penanggulangan. Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dilaksanakan guna membuat hujan buatan, namun upaya tersebut nyaris gagal total karena minimnya awan di angkasa. Work From Home (WFH) kembali diberlakukan, khususnya terhadap sebagian Aparatur Sipil Negara (ASN).
Tilang Uji Emisi pun diberlakukan di jalan guna mengontrol kendaraan yang gas buangnya melebihi ambang batas yang dibolehkan. Pabrik-pabrik tidak ketinggalan diperiksa sistem pembuangan limbahnya ke udara, bahkan ada yang mendapat sanksi dari pemerintah. Terbaru, pemerintah mewajibkan gedung-gedung tinggi yang jumlahnya berkisar tiga ratusan untuk membeli dan menginstal water mist system guna mengurangi tingkat polusi udara.
Berbagai upaya tersebut sempat membuahkan hasil. KTT ASEAN berhasil dilaksanakan dengan kualitas udara yang dapat diterima. Langit Jakarta sempat membiru beberapa waktu. Kerugian akibat polusi udara di Jakarta ditaksir mencapai puluhan triliun rupiah.
Kebakaran cukup luas di gunung Bromo diakibatkan oleh acara prewedding yang menggunakan flare, yang diselenggarakan oleh sebuah wedding organizer. Percikan api dari suar menyulut rerumputan kering hingga mengakibatkan kebakaran yang terus meluas, hingga mengakibatkan kawasan wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) ditutup selama 13 hari.
Karena dugaan unsur kelalaian, kasus ini terus diproses mulai dari penyelidikan hingga penyidikan. Bahkan sudah ada yang menjadi tersangka dari pihak Wedding Organizer. Menurut Direktur Kajian Strategis Kemenparekraf (Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), kerugian akibat kebakaran di Bukit Teletubbies Bromo ini nyaris menyentuh angka 90 milyar rupiah.
Pada mulanya Tuhan menciptakan dunia ini dengan paripurna, bahkan sebelum manusia dicipta. Kejadian pasal 1 dan 2 mengisahkannya bagi kita. Karena itu pemazmur dengan tepat menyebut bahwa TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya (Mazmur 24:1) TUHAN menyebut apa yang telah diciptakan-Nya baik (Kejadian 1:4, 10, 12, 18, 21, 25), bahkan amat baik (Kejadian 1:31).
Pada hakikatnya alam semesta ini adalah milik Tuhan, pun demikian dengan manusia. Manusia diminta Tuhan untuk menguasai alam ciptaan (Kejadian 1:28) bukan dalam pengertian mengeksploitasi sesuka hati dengan serampangan.
Manusia diperintah untuk menguasai ciptaan yang lain karena diberikan keistimewaan sebagai gambar dan rupa Allah yang memiliki daya cipta, daya kelola. Itu sebabnya manusia juga diberi perintah untuk mengusahakan dan memelihara taman Eden (Kejadian 2:15).
Segala kebutuhan manusia disediakan oleh Tuhan melalui alam ciptaan Tuhan. Manusia terus mengeksplorasi dan mengeksploitasi, namun seringkali lupa merehabilitasi maupun mereboisasi bumi. Gemar merambah daripada melestarikan hutan.
Senang memacu kegiatan dan mengejar keuntungan ekonomi, walau berakibat meningkatkan polusi dan akhirnya berakibat pada kerugian ekonomi akibat merosotnya kesehatan, dll. Industrialisasi di segala lini membuat laju kerusakan bumi semakin menjadi-jadi. Perlu ada kesadaran kolektif umat manusia untuk menjaga alam semesta. Perlu kekompakan setiap elemen bangsa untuk menjaga bumi persada Indonesia.
Status negara sebagai salah satu paru-paru dunia jangan sampai sirna. Hutan musti dilestarikan. Upaya mengurangi polusi udara harus digiatkan. Pilihlah bahan bakar ramah lingkungan. Elektrifikasi kendaraanpun baik untuk dilakukan.
Penggunaan moda transportasi umum masih perlu terus digalakkan. Trotoar perlu difungsikan dengan optimal untuk pejalan kaki, alih-alih menjadi jalur khusus sepeda motor. Pemasyarakatan budaya berjalan kaki seyogyanya semakin dipromosikan. Kapan semua ini akan dilakukan? Sekarang! Siapa yang harus memulai semua ini? Aku, kamu, kita! Dia dan mereka semua niscaya turut serta.
Inilah SUP yang dihidangkan di hadapan para pembaca sekalian. Kiranya menggugah selera dan membangkitkan harapan, alih-alih saling menyalahkan. Kiranya bumi persada kita terus lestari dan makin rupawan. Sebagai warisan untuk generasi mendatang yang telah menanti di ujung jalan. Sila dibagikan kepada orang-orang baik yang tebersit di ingatan.