“…karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” Efesus 6:12
Dalam beberapa tulisan sebelumnya dan ke depan kita sedang dan akan membahas topik ‘Jalan Kemenangan atas Dosa’ bagi orang Kristen. Ini berarti sekali kita sungguh-sungguh menerima keselamatan yang ditawarkan oleh Yesus Kristus, Sang Juruselamat dan Tuhan itu; maka, kita menjadi bagian dari kerajaan-Nya yang memiliki musuh besar.
Musuh itu adalah kerajaan kuasa gelap yang dipimpin Iblis yang menggunakan segala strategi untuk menyeret orang, termasuk orang percaya, masuk kedalam dosa dan akhirnya ke dalam kerajaannya itu. Orang percaya harus menyadari situasi perang melawan kuasa gelap yang dia hadapi. Jika tidak bisa dipastikan dia sudah kalah dalam peperangan itu.
Dalam peperangan rohani itu ada dua pihak yang berperang untuk menguasai manusia, yaitu diri sendiri melawan dosa. Dulu sebelum seseorang menjadi orang percaya maka jelas dosa menguasai hidupnya. Dia tidak berdaya melawan dosa, dan hidup dalam kuasa dosa.
Dosa menjadi penguasa hidupnya. Namun Injil membebaskan orang percaya dari pengendalian atau dominasi oleh dosa. Dosa bukan lagi menjadi raja dalam diri orang percaya. Dalam peperangan rohani itu, setelah kelahiran baru, dosa harus berperang untuk merebut kembali tahta itu.
“Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” (Kejadian 4:7)
Tempat dimana dosa berusaha menguasai, dimana tahta itu ada, adalah tubuh fana manusia. Disinilah kelemahan kita, karena tubuh manusia percaya belum dimerdekakan sepenuhnya, menunggu mendapatkan tubuh kebangkitan atau tubuh kemuliaan, yang baru akan Allah anugerahkan kepada orang percaya pada kedatangan Kristus kedua. Lihat 1 Korintus 15:42-53.
Bagaimana dosa masuk dalam diri orang percaya? Paulus mengatakan melalui ‘keinginan-keinginan’ tubuh fana atau sementara itu. Tubuh kita memiliki keinginan-keinginan yang alami dan baik, tapi juga dengan mudah dibengkokkan untuk kejahatan.
Misalnya, tubuh secara alami merasa lapar untuk memenuhi kebutuhan energi dan kesehatan, tapi dosa menjadikan nafsu rakus. Secara alami orang memerlukan istirahat untuk memulihkan tenaga, namun dosa dengan mudah mengalihkan menjadi kemalasan.
Allah mengaruniakan seks untuk prokreasi dan rekreasi suami istri dalam pernikahan, namun dosa menjadikan seks menyimpang dan memasukkan manusia dalam dosa-dosa besar, seperti dari pornografi, mastubarsi, seks di luar nikah, pelacuran, homoseks, dan lain-lain.
Dosa menggunakan tubuh manusia untuk mengusainya. Peperangan rohani terjadi dalam proses-proses ini. Kita kalah dalam peperangan itu ketika kita ‘mematuhi’ keinginan-keinginan yang telah dibengkokkan oleh dosa dalam diri kita itu. Ini adalah proses perlahan penyerahan diri yang bertambah-tambah, menyerahkan tahta itu secara pelahan dan pasti.
Banyak orang percaya yang bersemangat melawan dosa pada awal menjadi percaya, tapi dalam jangka panjang menjadi kalah-dari sekali-sekali, menjadi lebih sering dan bahkan akhirnya hidup dalam perbudakan dosa dimana dosa menjadi penguasa.
Alkitab tidak saja memberikan peringatan akan terjadinya peperangan ini, tapi juga menunjukkan contoh-contoh mereka yang mengalami kekalahan dalam peperangan ini dan konsekuensinya. Misalnya, Salomo, dari seorang yang bersemangat mencari hikmat Tuhan untuk menjadi raja yang baik, tumbuh kesukaannya akan wanita (Baca: seks), dan akhirnya jatuh dalam penyembahan berhala.
Musuh menyiapkan umpan, yaitu cobaan-cobaan yang dia desain sesuai dengan titik-titik lemah masing-masing orang percaya. Sebagai ilustrasi, misalnya, hasil penelitian di kalangan Katholik terhadap ‘tujuh dosa maut’ (sombong, cemburu, rakus, nafsu, marah, serakah dan malas) menunjukkan kecenderungan perbuatan dosa yang berbeda di antara laki-laki dan wanita.
Kaum Adam lebih banyak jatuh dalam dosa nafsu (seks), rakus makan minum, yaitu dosa-dosa yang terhubung dengan kenikmatan dan pemuasan diri secara langsung. Sementara kaum Hawa, lebih cenderung melakukan dosa kesombongan dan cemburu, yaitu dosa-dosa yang terkait dengan status relasi dan privilese.
Peperangan melawan dosa ini adalah pergumulan orang percaya seumur hidup. Peperangan ini tidak pernah berakhir selama kita masih dalam tubuh fana kita ini. Apakah Anda menyadari bahwa kita sedang dalam peperangan yang sengit ini? Apa strategi Anda untuk memenangkan peperangan rohani itu?