Di tengah dunia mau tidak mau kita hidup dengan uang. Uang demikian penting dalam kehidupan kita, sehingga tidak heran Alkitab banyak berbicara mengenai uang. Alkitab memberikan sekitar 500 ayat tentang doa, 500 tentang iman, tapi lebih dari 2350 tentang uang dan harta. Yesus sendiri berbicara tentang topik uang lebih daripada topik-topik yang lain. Sekitar 15% kata-kata Yesus adalah seputar topik uang, lebih banyak daripada pembicaraan-Nya tentang surga dan neraka. Mengapa Alkitab begitu banyak berbicara mengenai uang? Pasti hubungan kita dengan uang adalah hal yang sangat penting bagi Allah. Ya, karena Tuhan tahu 'Dimana hartamu disitu hatimu.' (Matius 6:21). Berarti hubungan kita dengan uang adalah masalah kerohanian yang sangat penting.
Alkitab jelas tidak melihat uang sebagai hal yang utama. Tuhan meinginkan manusia hidup dalam segala kelimpahannya (Yohanes 10:10). Dia ingin kita berkelimpahan dalam segala hal. Kelimpahan finansial hanyalah salah satu aspek yang kecil. Dia menginginkan kita memiliki kelimpahan dalam emosi, mental, sosial, dan terutama spiritual. Dan kelimpahan yang Tuhan maksudkan adalah masalah hati, kita memilikinya sedemikian berlimpah, sehingga dengan rela siap membagikan kepada sesama. Dalam hal uang, seorang janda miskin yang memberikan satu koin kecil, dipandang Yesus hidupnya lebih berlimpah dari pada orang kaya yang memberikan uang jauh lebih banyak (Markus 12:43).
Dengan kesadaran seperti ini, orang percaya harus belajar hidup dengan ‘margin.’ Artinya kita hidup dengan kelebihan sumber daya, apakah itu keuangan, waktu, mental, emosi dan spiritual. Hidup dengan margin berarti memberi ruangan untuk terhadinya hal-hal di luar rencana; dan dengan ‘margin’ atau kelimpahan kita siap membagikan apa yang kita miliki itu kepada orang lain. Sudah barang tentu untuk menikmati kehidupan yang demikian memerlukan strategi dan disiplin. Dalam hal finansial rencanakan memiliki 'cash flow positif' (Amsal 21:20). Belanjakan kurang dari yang Anda dapatkan. Ini berarti setiap bulan kita mendapatkan uang lebih daripada yang kita keluarkan. Setiap bulan kita membayar semua tagihan-2 kita dan memiliki dana yang tersisa yang bisa kita berbagi.
Untuk bisa mengelola uang atau harta dengan benar, maka kita pelu memiliki sikap-sikap yang benar terhadap keuangan secara Alkitabiah. Kita akan melihat beberapa prinsip tentang uang atau harta dalam pandangan Alkitab. Pertama dan utama, Allah adalah pemilik dan sumber segala harta di dunia ini, termasuk yang ada di tangan kita (Ulangan 10:14; 1 Kor 10:26; 1 Tawarikh 29:11). Allah adalah Pencipta langit, bumi dan segala isinya karena itu Dialah yang memiliki seluruh ciptaan. Dia berkuasa atas segala sesuatu, Dia berkuasa untuk membagi-bagikan segala sesuatu kepada manusia sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh karena itu, Allah juga adalah sumber segala kebutuhan manusia (Filipi 4:19), termasuk kebutuhan finansial kita. Dialah yang memenuhi segala kebutuhan kita dengan berkelimpahan.
Kedua, karena Dia adalah Pemilik segala harga, maka manusia bukanlah pemilik tapi pengelolah atau penatalayan (Matius 25:14-30). Di ‘Pertumpamaan tentang Talenta’ kepada setiap orang diberikan ‘talenta’ yang besar, ada yang lima, dua atau satu; sementara satu talenta itu memiliki nilai hasil kerja orang dalam 20 tahun. Dan pada waktunya, setiap orang akan diminta mempertanggung-jawabkan ‘talenta’ yang dipercayakan kepada mereka itu. Orang akan mendapatkan penghargaan hingga penolakan Allah atas pengelolaan talenta yang Allah percayakan itu.
Penatalayan atau manajer adalah seseorang yang bertanggung-jawab untuk mengelola harta orang lain. Dia memiliki otoritas atau harta yang dipercayakan kepadanya tapi juga di bawah otoritas dari pemilik harta itu. Sebagai orang percaya, tanggung jawab kita adalah mengelolah segala yang dipercayakan kepada kita dengan produktif bagi tujuan-tujuan Allah. Dalam kenyataannya, penatalayan adalah proses sepanjang hidup seseorang dalam pertumbuhan karakter rohani orang percaya.
Prinsip berikut, Alkitab mengajarkan agar kita memptraktekkan sikap hidup puas diri (Ibrani 13:5; Filipi 4:11-12). Alkitab mengajar kita untuk hidup puas dengan keadaan bagaimana pun keadaan kita. Bagaimana kita bisa puas dengan hidup kita? Alkitab mengajarkan hidup di dunia adalah sementara. Kita bukan warga dunia ini tapi warga dari surga. Karena itu kita tidak perlu mengejar harta dunia, tapi harta surgawi. Sebagai warga surga atau orang percaya, maka nilai diri kita adalah dalam Kristus, bukan dalam harta kita. Dalam kasih-Nya maka kita aman dan akan dicukupkan. Dia tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita (Ibrani 13:5).
Berikut, karena harta adalah milik Allah, maka kita mengelola harta yang dipercayakan kepada kita dengan hikmat-Nya (Amsal 14:8). Alkitab memberikan banyak petunjuk bagi orang percaya agar berhasil dalam mengelola uang atau harta. Di dalamnya adalah tentang penggunaan perencanaan, tentang pos-pos yang perlu diperhatikan untuk pengelolaan dana atau harta, pentingnya memikirkan kebutuhan masa depan, dsb. Kepada kita juga diberikan tentang strategi bagaimana mengelola hati kita dalam hubungan dengan uang.
Sebagai refleksi, mari kita memeriksa bagaimana kita telah memandang uang selama ini dan apakah kita telah menerapkan prinsip-prinsip yang Alkitab berikan untuk mengelola sumber daya yang Tuhan percayakan kepada kita untuk kemuliaan nama-Nya. Tuhan Yesus memberkati!