Seluruh dunia sedang memasuki masa sulit, masa krisis yang diawali krisis financial di AS akhir 2008 lalu. Dampaknya semakin terasa di mana-mana, termasuk di Indonesia. Banyak yang menyebut ini adalah tsunami finansial, sumbernya di AS tapi gelombangnya yang besar menyusul ke mana-mana dan menimbulkan krisis di mana-mana yang menyulitkan hidup banyak orang.
Di Indonesia kita sudah mendengar sejumlah usaha ditutup dan banyak yang mengalami kelesuan. Banyak orang mengalami PHK atau pengu-rangan jam kerja. Banyak orang mengalami stres dan bahkan terdengar ada orang yang bunuh diri sebagai dampak krisis ini. Orang Kristen tidak terbebas dari masalah ini.
Bagaimana dengan sikap pemimpin kita pada masa-masa sulit ini? Ternyata krisis ini tidak membuat para pemimpin kita bersatu untuk mencoba menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi rakyat, tapi malah saling menyerang. Memang sekarang Indonesia menjelang memasuki pemilu, baik legislatif maupun nantinya presiden dan wakil presiden. Pada masa ’kampanye’ ini tampillah watak-watak asli kita yang negatif, menjelek-jelekkan lawan agar dirinya terangkat. Perhatian kepada rakyat sekadar untuk menarik simpati dan mendapatkan suara mereka.
Bagaimana dengan pemimpin Kristen? Banyak yang sinis terhadap pemimpin Kristen di parpol. Orang tidak merasakan beda karakter pemimpin Kristen dan bukan Kristen. Bahkan seringkali pemimpin non-Kristen dirasa lebih baik, lebih murah hati, lebih mengayomi. Jika para
Di Indonesia kita sudah mendengar sejumlah usaha ditutup dan banyak yang mengalami kelesuan. Banyak orang mengalami PHK atau pengu-rangan jam kerja. Banyak orang mengalami stres dan bahkan terdengar ada orang yang bunuh diri sebagai dampak krisis ini. Orang Kristen tidak terbebas dari masalah ini.
Bagaimana dengan sikap pemimpin kita pada masa-masa sulit ini? Ternyata krisis ini tidak membuat para pemimpin kita bersatu untuk mencoba menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi rakyat, tapi malah saling menyerang. Memang sekarang Indonesia menjelang memasuki pemilu, baik legislatif maupun nantinya presiden dan wakil presiden. Pada masa ’kampanye’ ini tampillah watak-watak asli kita yang negatif, menjelek-jelekkan lawan agar dirinya terangkat. Perhatian kepada rakyat sekadar untuk menarik simpati dan mendapatkan suara mereka.
Bagaimana dengan pemimpin Kristen? Banyak yang sinis terhadap pemimpin Kristen di parpol. Orang tidak merasakan beda karakter pemimpin Kristen dan bukan Kristen. Bahkan seringkali pemimpin non-Kristen dirasa lebih baik, lebih murah hati, lebih mengayomi. Jika para
pemimpin masih mau menjadi garam dan terang dunia, kita harus memperhatikan kembali satu citra kepemimpinan Yesus yang sangat kuat dan sangat dibutuhkan pada masa-masa sulit ini, yaitu sebagai Shepherd atau Gembala. Seperti apa lengkapnya? simak dalam REFORMATA edisi 101