Doktrin Pilihan Dan Keselamatan

Kali ini kita membahas soal doktrin pilihan dan keselamatan.

PERTANYAAN :

1. Jika Tuhan memilih sebagian orang ke surga dan sisanya Tuhan biarkan, maka secara logika Tuhan yang menghendaki begitu. Ini tidak menggambarkan sifat Maha Kasih-Nya, bahkan sebaliknya pilih kasih.

JAWABAN :

Pertanyaan ini banyak dipertanyakan orang, dan itu wajar jika kita tak melihat kisah berdosanya manusia secara keseluruhan. Jadi hal keselamatan tidak bisa dilihat parsial.

Dengan jelas Alkitab mencatat bahwa Tuhan menjadikan manusia sempurna, segambar dan serupa dengan-Nya (Kejadian 1:26-27). Dalam kesempurnaannya manusia tidak berdosa namun bisa jatuh kedalam dosa, karena dia adalah ciptaan dan bukan pencipta. Manusia juga diberi ketentuan (hukum Allah), karena mampu menjalankan (sempurna), tapi sekali lagi sebagai ciptaan bisa jatuh kedalam dosa, maka kesempurnaan manusia terikat kepada ketaatannya kepada Hukum Allah.

Hukum yang diberikan di Taman Eden adalah semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan yang baik dan jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati (Kejadian 2:15-16).

Sangat jelas ada yang boleh dan tidak boleh, manusia tidak bisa hidup semaunya tapi tertib dengan mentaati hukum Allah.

Manusia melanggar hukum Allah yang terang benderang bunyi dan konsekuensinya, dan bisa ditaatinya. Karena itulah manusia jatuh dalam dosa dan binasa. Ingat manusia sudah binasa pada waktu melanggar hukum Allah, mereka diusir dari hadapan Allah/terpisah dari Allah (Kejadian 3:23-24 band Roma 5:12, 1 Korintus 15:21-22).

Jadi sangat jelas bahwa manusia binasa karena melanggar hukum Allah, memberontak pada Allah, yang akibatnya kematian karena terpisah dari Allah sumber hidup. Namun itupun, dalam pemberontakan manusia, ketika manusia tidak menyadari dosanya apalagi mengakuinya, karena yang ada adalah saling lempar tanggungjawab, Adam menyalahkan Hawa, Hawa menyalahkan ular, tapi Allah menyatakan janji keselamatan (Kejadian 3:15 band Galatia 4:4-6). Ingat, tidak ada kewajiban Allah untuk menyelamatkan melainkan kewajiban untuk menjalankan hukum yang ditetapkan-Nya, yaitu melaksanakan hukuman mati bagi manusia berdosa.

Bagaimana mungkin kita berkata bahwa Allah tidak maha kasih atau pilih kasih?

Allah menyelamatkan orang yang menurut kasih-Nya, yang diperkenan-Nya (Yohanes 3:16 band Lukas 2:14), damai bagi orang yang diperkenan-Nya, bukan yang berkenan kepada-Nya (Efesus 2:8-9).

Rasul Paulus dengan tegas berbicara soal pilihan untuk menjawab pertanyaan yang sama di zamannya. Allah mengasihi (memilih) Yakub bukan Esau, jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil (Roma 9:14-16 band ayat 18-21).

Logika Umum :

Jika Tuhan memilih sebagian orang untuk diselamatkan sebagai tidak logis karena pilih kasih, maka dalam penciptaan manusia Allah juga jadi tidak logis karena ada yang jadi laki-laki dan perempuan. Apakah itu adil karena manusia tidak punya kesempatan memilih jenis kelaminnya?

Jika Allah berdaulat penuh menciptakan kita manusia dari tidak ada menjadi ada, laki-laki, perempuan, mengapa Dia tak boleh berdaulat memilih orang yang diperkenan-Nya?

Ah, tampaknya manusia berpikir dia selevel dengan Allah sehingga Allah harus bertindak sesuai nalar manusia. Dosa membuat kita jadi lupa diri sebagai ciptaan kepada Sang Pencipta Agung.

Sekalipun jawaban di Alkitab sangat jelas, tapi logika berdosa kita mengingkarinya.

PERTANYAAN :

2. Bukankah banyak ayat Alkitab yang berkata bahwa Tuhan tidak menghendaki seorangpun binasa, Dia mau semua orang diselamatkan ? (2 Petrus 3:9, 1 Timotius 2:3-6, 1 Yohanes 2:2).

JAWABAN :

Betul sekali bahwa Tuhan tidak mau seorangpun binasa, tapi jangan lupa apa kata Alkitab bahwa manusia binasa karena dirinya sendiri, pelanggarannya pada hukum Allah. Jangan lupa Allah menjadikan manusia sempurna segambar dan serupa dengan Dia (Mazmur 90:3-12, band Mazmur 8:3-10). Musa dan Daud kagum dan heran mengapa manusia dijadikan segambar dan serupa dengan gambar-Nya, padahal sejatinya manusia itu hanya debu yang tanpa daya, rumput yang hanya sesaat.

Mengapa Allah mau menyapa manusia yang berdosa, yang sudah semestinya binasa?

Para nabi sadar betul posisi dirinya, mereka mengenal Allah, sayangnya manusia masa kini mengurung Allah dalam logikanya yang terbatas, seperti apa yang dikatakan rasul Paulus (1 Korintus 1:18-20). Jangan ada manusia memegahkan dirinya dan berpikir layak selamat karena hidup keagamaannya.

Surat pada Timotius ditulis oleh rasul Paulus yang juga menulis kitab Roma (band Roma 9:14-16 Allah yang memilih dan bukan semua) atau surat 1 Yohanes yang ditulis oleh rasul Yohanes (band Yohanes 17:9), Yesus Kristus berdoa bagi orang pilihan Nya didunia, bukan dunia secara keseluruhan. Di ayat 12, Yesus berkata : “Semua (orang pilihan Allah) tidak ada yang binasa, kecuali dia yang memang tidak dipilih (ditentukan binasa; dibiarkan binasa bukan dibinasakan)”.

Jangan lupa semua manusia sudah binasa. Sementara rasul Petrus pada surat yang pertama (1 Petrus 1) dengan jelas menunjuk suratnya ditujukan kepada meraka orang-orang pilihan sesuai rencana Allah, bukan manusia unggulan. Memang sangat penting membaca Alkitab secara keseluruhan sehingga kita mendapatkan konstruksinya dengan utuh dan memahami narasinya dengan tepat dan tidak melompat.

Ayat tidak boleh lepas dari perikopnya, perikop tidak boleh lepas dari pasalnya, pasal tidak boleh lepas dari kitabnya, dan kitab tidak bisa lepas dari kitab lainnya. Isi Alkitab (kitab-kitab di PL dan PB) saling menjelaskan dengan jelas.

Disisi lain, jika memang Allah tidak mau ada yang binasa tetapi nyatanya ada, bukankah itu berarti Allah kurang kuasa untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Pasti kita akan berkata bukan Allah kurang kuasa, tapi manusia yang tidak mau taat pada Firman Nya. Baiklah, jika demikian ini berarti kebejatan manusia lebih besar kuasanya dari kasih Allah. Lagi-lagi tetap saja Allah menjadi terbatas hanya bisa menyelamatkan manusia yang mau taat. Pernahkah kita pikirkan disurga nanti, ketika Allah menyapa kita sebagai orang yang diselamatkan, maka kita bisa berkata; Ya untung aku mau percaya, jika tidak Kristus pasti tidak bisa menyelamatkan aku. Artinya lagi kematian Yesus diatas kayu salib bukanlah penebusan dosa yang sempurna dan final seperti kata Alkitab karena tergantung pada sikap hati manusia.

Logika Umum :

Jika Allah disebut maha kuasa mengapa mendadak Dia menjadi kurang kuasa dalam penyelamatan. Apa yang Allah tidak bisa lakukan untuk sebuah kebaikan dan kebenaran? Semua pasti bisa. Yang tidak bisa hanya satu yaitu Allah tidak bisa berbuat dosa dan mengingkari ketetapan-Nya, termasuk mengeksekusi hukuman mati pada manusia akibat pelanggarannya.

Apakah seorang Presiden wajib memberikan grasi pada yang memohon? Jawabannya sederhana sekali bukan; Tidak wajib! Grasi adalah hak prerogatif seorang presiden yang dilindungi UU, yang tidak bisa diganggu gugat yang bisa diberikan kepada siapa yang presiden mau (subjektif). Mengapa Allah Sang Pencipta yang berdaulat mutlak yang disaksikan Alkitab harus kehilangan hak preogratifnya?. Ah, ambigu dan kejamnya orang Kristen.

PERTANYAAN :

3. Apakah manusia yang telah jatuh kedalam dosa tidak bisa berbuat baik dan mencari Tuhan? Karena di Alkitab ada Habel yang diperkenan Tuhan (Kejadian 4:4-5). Yesaya 55:6 dikatakan carilah Tuhan, bahkan orang jahat pun dapat berbuat baik (Matius 7:9-11)

JAWABAN :

Kejatuhan manusia ke dalam dosa adalah karena melanggar hukum Allah dengan memakan buah yang dilarang (Kejadian 2:16-17). Akibat kejatuhan jelas sekali apa yang dikatakan Alkitab yaitu mati! Mati, terpisah dari Allah Sang Benar dan Baik, maka konsekuensi logisnya manusia tidak memiliki potensi itu pada dirinya. Secara rohani manusia langsung mati, terpisah dari Allah. Secara jasmani manusia mati dalam dimakan usia, dan Alkitab mencatat dengan jelas era Adam usia manusia sekitar 1000 tahun (Kejadian 5:5, angka pembulatan), sementara era Nuh akan sekitar 120 tahun (Kejadian 6:3), Nuh sendiri berusia 950 tahun (Kejadian 9:29). Kemudian di era Musa yang berumur 120 tahun (Kejadian 34:7), manusia dikatakan Musa berusia 70-80 tahun dengan kebanggaannya kesukaran (Mazmur 90:10).

Jelas sekali akibat dosa kualitas hidup manusia terus menurun dari kekal menjadi terbatas, dari terbatas seribu tahun menjadi 70-80an. Seriusnya akibat dosa, jika kita membaca lengkap Alkitab, bukan mencomot sebagian saja.

Kesaksian Alkitab akibat kejatuhan juga jelas, Kain membunuh Habel (Kejadian 4), segala kecenderungan manusia semakin jahat (Kejadian 6), hingga Allah menghukum manusia dengan air bah (Kejadian 7), dan seterusnya. Pemazmur berkata; Diantara yang hidup tidak seorangpun yang benar di hadapan-Mu (Mazmur 143:2). Lalu rasul Paulus dengan gamblang mengatakan tidak ada yang benar, seorangpun tidak, tidak ada yang mencari Allah, semua menyeleweng dari jalan Allah (Roma 3:9-20). Apakah Alkitab (PL dan PB) salah dengan mengatakan tidak ada seorangpun yang benar?

Entahlah dengan yang lain, tapi saya yakin Alkitab benar sepenuhnya.

Bagaimana dengan pertanyaan yang menunjuk ayat Alkitab juga. Mari kita lihat apa kata Alkitab dan cara memahaminya dengan benar. Kejadian 6:6 mengatakan maka menyesallah Allah telah menjadikan manusia dibumi. Dan juga dalam peristiwa lainnya, kata menyesal muncul. Apakah kemudian kita berkata bahwa Allah bisa menyesal, yang juga berarti bisa salah bertindak dan pada akhirnya bisa berubah. Sangat mengerikan jika Allah bisa menyesal karena itu berarti Dia sama dengan kita bisa menyesal. Itu sebab dengan tegas nabi Samuel berkata; Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan IA tidak tahu menyesal, sebab IA bukan manusia yang harus menyesal (1 Samuel 15:29). Dengan membaca seluruh bagian Alkitab maka tahulah kita Allah tidak mungkin menyesal, dan kata menyesal yang dipakai adalah untuk menunjukkan kedukaan mendalam Sang Suci terhadap dosa dan kebebalan manusia.

Begitu juga ayat diatas yang ditafsir ada orang yang benar dan baik dan mencari Allah. Mari kita teliti dengan benar.

Tentang Habel (Kejadian 4:4-5), tidak ada yang mengatakan Habel orang benar, tapi Tuhan mengindahkan persembahannya. Ibrani 11:4 dengan jelas mengatakan bahwa Habel benar karena Allah yang berkenan kepada persembahannya. Bukan Habelnya orang yang benar sehingga diperkenan Allah. Imannya kepada Allah yang menyelamatkannya, bukan hidupnya yang benar. Nuh juga orang diperkenan Allah, tapi bukan karena dia benar sepenuhnya. Sesudah air bah Nuh mabuk, telanjang yang berakibat pada terkutuknya Ham karena menceritakan aib ayahnya. Baru selesai air bah memusnahkan orang berdosa, sudah hadir orang berdosa lainnya. Abraham Bapa orang beriman diperkenan Allah, tapi bukan karena dia orang benar tanpa salah. Jangan lupa paling tidak dua kali dia mengatakan bahwa istrinya adalah saudarinya hanya karena ia takut dibunuh. Jadi Ibrani dengan tegas mengatakan karena iman, bukan karena benar tidak berdosa (Ibrani 11:8, Roma 4:1-8).

Ingat Alkitab mencatat hanya ada Satu Manusia yang Benar yaitu Yesus Kristus, Sang Jalan, Kebenaran, dan Kehidupan (Yohanes 14:6). Kecuali kita percaya sebelum Yesus telah ada manusia yang benar. Dan itu berarti tidak perlu Yesus Sang Benar yang turun dari surga untuk menebus dosa manusia karena ada manusia benar yang lain, kecuali hanya DIA Yang Satu. Yesus jalan satu-satunya yang membawa kita kesurga, DIA juga satu-satunya Sang Kebenaran yang membenarkan manusia dari ketidakbenaran, dan DIA-lah yang memberi hidup kekal. Begitu juga Yesaya 55:6; adalah jeritan nabi Yesaya agar Yehuda bertobat kembali kejalan Allah. Kata cari bukan inisiatif Yehuda tapi seruan nabi. Dan jika kitab Yesaya dibaca lengkap maka keselamatan datang dari Raja Shalom yang menunjuk kepada Yesus Kristus.

Matius 7:9-11, kesimpulan orang jahat berbuat baik, melenceng lebih jauh lagi. Dengan jelas ini menunjuk pada hal normatif sebagai contoh yaitu orang tua tahu memberi ikan bukan ular, kesimpulannya adalah apalagi Tuhan Sang Baik. Jadi tidak ada yang salah di Alkitab tapi memang banyak ada yang salah menafsirkan Alkitab. Karena itu harus di cross check dengan bagian lainnya (Mazmur 143:2, Roma 3:9-18, 23, 1 Petrus 3:18).

Logika Umum :

Jika tengah malam lampu disebuah ruangan mati, maka pasti gelap sekali. Nyalakan sebuah lilin pasti ruangan akan terang. Besok siang tengah hari nyalakan lilin dibawah sinar matahari, apakah lilin akan menambah terang? Jelas tidak akan berpengaruh. Pertanyaannya, apakah sesungguhnya lilin itu memberi terang atau tidak? Jawabannya sangat jelas; Relatif. Lilin akan jadi terang dikegelapan, namun tak berdaya dibawah sinar mentari. Begitulah kebenaran dan kebaikan manusia bersifat relatif, seperti lilin didalam gelap. Hanya Yesus Kristus Sang Benar dan baik yang sejati, bagaikan sinar mentari yang menerangi bumi. Didalam DIA lah manusia dibenarkan dan menjadi manusia yang baik dengan pertolongan Roh Kudus (Yohanes 16:13). Kesalahan kita adalah terlalu terburu-buru menyimpulkan soal benar dan baiknya manusia berdosa dengan membaca ayat Alkitab tapi alpa terhadap fakta dibagian-bagian lainnya.

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *