Lalu kata Yesus kepada mereka: ”Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” – Mat 22:21
Ada ungkapan ‘Tidak ada yang pasti di dunia ini, kecuali kematian dan pajak.’ Membayar pajak adalah keharusan siapa pun yang mempunyai penghasilan. Namun membayar pajak bukanlah hal yang menyenangkan bagi banyak orang. Banyak orang dan institusi berusaha menghindarkan pembayaran pajak sama sekali atau berusaha meminimalkan pembayaran pajak mereka, dengan cara legal atau tidak legal. Petugas pajak dan kantor pajak juga dilihat dengan rasa tidak suka. Mereka banyak dikaitkan dengan korupsi dan penyalagunaan dana dari masyarakat itu. Pada jaman Alkitab pun, pengumpul pajak tidak dipandang terhormat, walau pun mereka kaya (Lihat Mat 11:19; Lukas 3:12-13, dsb).
Namun Alkitab dengan tegas memerintahkan orang percaya untuk membayar pajak. Menjawab orang Farisi yang sebenarnya mau menjebak Dia, Yesus mengatakan: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." (Matius 17:21). Ini diartikan kita wajib membayar pajak, tapi terlebih kita wajib menyerahkan seluruh hidup kita kepada Allah, Sang Pencipta. Ketika kita percaya kepada Allah maka kita wajib taat, juga dalam membayar pajak.
Paulus juga mengajarkan kita agar membayar pajak seperti dia katakan dalam Roma 13:7 – “Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.”
Ketaatan orang percaya membayar pajak adalah bagian dari ketaatan kita kepada pemerintah yang adalah salah satu otoritas yang Tuhan institusikan untuk kebaikan manusia. (Lihat Roma 13:1-7). Kita menaati pemerintah dalam segala perintah dan peraturan yang mereka gariskan, sejauh tidak memerintahkan kita melakukan hal-hal yang Alkitab larang.
Pemerintahan manusia sangat alkitabiah. Otoritas pemerintah mencerminkan otoritas Allah. Roma 13:1 menyatakan bahwa tidak ada otoritas kecuali yang dari Allah, dan otoritas yang ada adalah ditetapkan Allah. Pada jaman sekarang pemerintah tidak secara khusus kristiani tapi ‘baik’ karena adalah merupakan bagian dari anugerah umum kebaikan Allah kepada semua manusia. Jelas keteraturan oleh suatu pemerintah lebih baik daripada mengelolah masyarakat pada interest individu yang tanpa kendali.
Paulus menulis: “Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah. Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.” Roma 13:6-7. Karena Alkitab memerintahkan kita membayar pajak, kita harus taat kepada Allah dan firman-Nya dan membayar pajak-pajak kita.
Pemerintah menarik pajak untuk menjalankan roda pemerintah. Membayar pajak adalah salah satu kewajiban dasar warga negara untuk mendapatkan layanan-layanan di masyarakat yang berbudaya. Layanan-layanan itu termasuk untuk semua orang seperti polisi, pemadam kebakaran, kesehatan, dsb, dan juga layanan jaringan sosial untuk memastikan keadialan sosial atau bantuan bagi orang miskin, orang tua dan kelompok orang-orang lain yang membutuhkan.
Bisa saja dalam pelaksanaannya terjadi korupsi dan penyalagunaan dana itu, atau bahkan digunakan untuk tujuan-tujuan yang tidak benar. Namun ini bukan masalah kita. Masalah kita adalah ketaatan membayar pajak secara benar. Bukankah pada jaman Alkitab, ketika kepada orang Israel diperintahkan membayar pajak, bangsa Israel sedang dalam penjajahan Roma dan dipimpin oleh raja yang jahat, seperti Nero, yang memersekusi dan membunuh orang-orang Kristen dengan kejam. Mengapa? Karena ketika kita taat membayar pajak kepada pemerintah, pada akhirnya adalah bagian ketaatan kita kepada Allah.
Oleh karena itu dalam perencanaan keuangan, kita memasukkan pembayaran pajak sebagai bagian pasti dari rencana pengeluaran uang kita. Kita membayar pajak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Kita bisa memanfaatkan pengurangan-pengurangan yang diberlakukan. Kita tidak perlu membayar pajak yang maksimum. Untuk membayar pajak secara efisien ini, apalagi ketika kita memiliki banyak sumber pendapatan, memang diperlukan pengetahuan pajak yang memadai. Namun kita harus menolak cara-cara menghindarkan atau pengurangan pajak yang tidak legal dan tidak jujur – sekali pun mungkin cara-cara itu umum digunakan. Orang percaya adalah ‘garam dunia’ bukan bagian dari ‘dunia’ yang mengikuti cara-cara dunia.
Kita bisa memandang besar pajak yang kita bayarkan bisa menjadi indikasi berkat Allah. Semakin besar kewajiban kita membayar pajak, berarti semakin besar berkat-berkat yang Allah telah limpahkan kepada kita. Karena itu kita bersyukur ketika bisa membayar pajak yang semakin besar. Mau diberkati Tuhan, siapkan hati untuk membayar pajak semakin besar! Tuhan Yesus memberkati!