Tidak Ada Kebenaran Absolut?

Pdt. Bigman Sirait

Bapak pengasuh yang baik, tidak ada kebenaran manusia yang absolut di dunia ini, semuanya subyektif dan relatif. Kita semua mengakui bahwa Allah itu mahaadil dan tidak diskriminatif, oleh karena itu Allah selalu menggunakan hukum-Nya yang absolut dan berlaku universal terhadap semua manusia, tidak memandang agama apa pun. Oleh karena itu Allah tidak akan menggunakan bermacam-macam kitab suci yang digunakan oleh masing-masing kelompok agama yang sangat subyektif, bagi masing-masing kelompok agama tersebut. Jadi, Allah akan selalu menggunakan hukum-Nya yang absolut, yaitu “hukum alam” yang berlaku universal untuk semua umat manusia, tidak pandang agama dan makhluk apa pun, termasuk binatang dan tumbuh-tumbuhan, termasuk seluruh isi dunia ini. Bagaimana menurut Bapak statemen di atas? Jika Bapak menyetujuinya, atau tidak menyetujuinya, apa alasan Bapak? Saya membutuhkan penjelasan. Terima kasih. Charles Loesi Jakarta Utara

Charles yang dikasihi Tuhan, ini adalah sebuah pertanyaan yang sangat menantang. Mari kita mulai dengan kalimat: “tidak ada kebenaran manusia yang absolut, semuanya subjektif dan relatif”. Saya sangat setuju, karena manusia memang sangat terbatas untuk menjadi absolut, demikian juga pendapat-nya. Manusia hidup dalam ruang dan waktu, dan tidak mahatahu. Namun, di sisi lain menjadi agak aneh bukan, jika kita membuat kesimpulan tentang Allah secara absolut, padahal kita akui manusia tidak absolut untuk membuat sebuah kesimpulan. Sehingga kesimpulan bahwa Allah yang absolut bersifat adil dan tidak diskriminatif, dan berlaku universal tanpa membedakan agama apa pun, patut dipertanyakan.
Hukum alam yang dipakai Allah adalah kesimpulan yang tidak ab-solut juga kan? Bukan keabsolutan Allah yang dipertanyakan, melain-kan kesimpulan manusianya. Jadi menurut hemat saya, jika kita membicarakan kebenaran Allah, biarlah kebenaran Allah itu sendiri yang mengungkapkannya.
Nah, muncul lagi sebuah persoa-lan, yaitu kebenaran yang mana? Maka jawabannya adalah Kitab Suci (Alkitab). Tapi itu juga menimbul-kan pertanyaan berikutnya, siapa yang menulis Alkitab? Manusia! Berarti tidak absolut kebenaran-nya. Betul, namun jangan lupa, ini bukan karya manusia, melainkan Allah menyatakannya kepada manusia untuk mengetahuinya.
Sampai di sini, masih terbuka luas ruang perdebatan, dan ini memer-lukan pengujian dari berbagai aspek. Kebenaran yang benar pasti tidak akan terbantahkan. Sebagai umat Kristen tentu saja saya akan berpegang pada Alkitab, dan siap mempertanggungjawabkannya atas pertanyaan-pertanyaan yang mungkin timbul.
Allah mencipta-kan alam semes-ta, bumi dan se-mua isinya (Keja-dian 1). Allah pula yang mencip-takan hukum un-tuk ditaati oleh manusia sebagai umat ciptaan-Nya, dimulai dari Taman Eden (Kejadian 2:16-17). Di sini ma-nusia melanggar hukum Allah dan harus menang-gung akibatnya yaitu kematian, keterpisahan dari Allah (Kejadian 3). Lalu, dalam rangka penebusan dosa di dalam kasih Allah yang besar, maka Allah menetapkan hukum-Nya kepada umat pilihan-Nya, Israel, yaitu hukum Taurat (Keluaran 20).
Lalu Allah yang sama juga me-ngangkat para nabi untuk meng-ajarkan, mengingatkan, bahkan menegur umat yang melanggar hukum Allah. Jadi umat berjalan tertib dengan hukum Allah, bukan hukum alam. Bahkan hingga di Perjanjian Baru, Yesus menggenapi hukum Taurat itu, sehingga apa yang masih terselubung bagi orang di Perjanjian Lama, kini telah menjadi nyata di dalam Yesus Kristus (Matius 5: 17; 2 Korintus 3: 14).
Jadi, saudaraku Charles yang dikasihi Allah, nyata sekali wujud hukum Allah di dalam Alkitab. Dan perlu disadari , Alkitab yang tertulis dalam bentangan waktu yang sa-ngat panjang, sekitar 1.500 tahun dari Musa ke Yesus Kristus, bukan-lah karangan manusia (Galatia 1: 11-12; 2 Petrus 1: 20-21). Kebenaran Alkitab relevan hingga masa kini, dan telah melewati proses pengujian di sepanjang jaman.
Selamat merenungkan, Tuhan memberkati.v

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *