Komunikasi menjadi alat pemersatu, sekaligus alat menghancurkan.
Saat Allah berfirman di Penciptaan, maka yang tidak ada menjadi ada (Creatio Ex Nihilo). Saat Allah Tritunggal saling berdiskusi di dalam kasih untuk menciptakan manusia, ada karya segambar dan serupa Allah yang terjadi.
Di sisi lain, ada komunikasi yang menghasilkan kerusakan permanen kepada seluruh ciptaan Tuhan yang sempurna. Saat iblis dalam rupa ular berhasil memperdaya Adam dan Hawa melalui ucapannya.
Komunikasi demikian penting dan genting. Disebutkan dalam Kejadian pasal 11, bahasa mereka satu dan logat mereka juga satu. Sebuah usaha besar yang dilakukan sebuah bangsa agar dapat mencapai kesatuan dalam bahasa. Mereka memahami, pentingnya bahasa. Tidak ada batasan di dalam saling mengerti saat komunikasi. Karena sukses komunikasi akan menjadi keberhasilan sebuah bangsa.
Tetapi kesombongan dan pongahnya manusia dalam kepandaiannya itu, mau mengulang kesalahan Adam dan Hawa. Mereka mau menjadi seperti Allah lagi. Lupa dengan sejarah kelam Adam dan Hawa. Hanya cukup dengan mengacaukan komunikasi mereka, Allah menggagalkan usaha mereka membangun Menara Babel.
Dikehidupan zaman kita sekarang ini, juga terlihat mirip dan hanya mengulang kesalahan masa lalu. Melalui kesepakatan komunikasi, banyak hal buruk terjadi.
Lalu apa sebetulnya yang menjadi masalah dengan komunikasi? Bagaimana membangun komunikasi yang benar?
Ada 3 hal penting yang sering kita lupakan,
Kesatu Kita lupa kepada Sang Pencipta Bahasa, yaitu Allah sendiri. Allah mengajarkan kepada Adam dan Hawa bagaimana komunikasi yang benar. Karakter Allah Allah nampak dalam cara Allah berfirman kepada umat-Nya. Hukuman kepada Adam Hawa dan iblis, diberikan dengan tegas sesuai keadilan Allah, tetapi juga penuh kasih untuk menyelamatkan manusia yang diciptakan-Nya. Ingatlah selalu kepada Allah, Sang Pencipta. Contohlah apa yang dikatakan-Nya. Bacalah Alkitab supaya kita bukan hanya tahu yang benar, tapi berani bertindak benar.
Kedua Kita lupa kalau kita orang berdosa. Sering kita menganggap diri ini benar dan orang lain keliru. Standar pemikiran dan prinsip hidup menggunakan patokan diri sendiri dan bukan seperti yang Allah kehendaki. Perlu pembersihan sudut pandang, agar wawasan kita menjadi lurus dan memenuhi kebenaran Alkitab. Peristiwa Ananias dan Safira di Kitab Para Rasul pasal 5, mengingatkan bahwa seorang yang ada di lingkaran gerejapun, dapat bersepakat untuk mendustai Roh Tuhan. Lupa pentingnya kejujuran, dan saling bersekongkol menyusun cerita membohongi rasul Petrus.
Ketiga Komunikasi itu Tuhan berikan menjadi bagian penting untuk menjalankan Amanat Agung Tuhan Yesus. Sebuah tugas panggilan mulia untuk mengabarkan Injil yang tertulis dalam Matius 28:18-20. Perkataan yang benar dan penting menjadi inti Mandat Injil ini. Sebuah tugas sekaligus wewenang besar yang diberikan Tuhan Yesus untuk kita melaksanakan perintah dan kuasa-Nya kepada banyak orang. Menghantar orang-orang yang belum mengenal Tuhan Yesus, untuk mendengar dari perkataan kita mengenai Injil Keselamatan. Mengkomunikasikan Berita Pengampunan Dosa yang dapat diperoleh melalui Juruselamat Tuhan Yesus. Sehingga kita dapat dengan berani dan bijaksana menyampaikan, "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."
Mari kita belajar berkata-kata dengan efektif. Mencapai tujuan dengan komunikasi yang jujur dan membangun sesama. sehingga komunikasi kita adalah Bahasaku, Bahasamu dan Bahasa Kita. Komunikasi saling membangun menjadikan hidup kita bermakna dan menyenangkan hati Tuhan.
(YS.09.2023-02)