Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. Kolose 3:17
Manusia diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah dan Allah adalah Allah yang bekerja dan terus bekerja. Bahkan Allah telah bekerja dari awal Alkitab menjelaskan tentang Allah, yaitu ‘menciptakan langit dan bumi’ (Kej 1:1). Karena itu satu keserupaan kita dengan Sang Pencipta adalah natur kita sebagai pekerja. Masih belum cukup, manusia bahkan diperintahkan untuk bekerja (Lihat Kejadian 1:26, 2:15) – menggarap dunia ciptaan-Nya untuk kemuliaan-Nya dan kesejahteraan manusia. Manusia diciptakan untuk bekerja sebelum kejatuhan, yaitu di Taman Eden, menunjukkan bekerja bukanlah kewajiban manusia yang ditambahkan karena kejatuhannya. Namun kejatuhan tidak meniadakan kemuliaan dari bekerja dan perintah untuk bekerja.
Melompat ke jaman sekarang, manusia modern bisa bekerja dalam variasi pekerjaan yang tidak terkira jumlahnya. Namun sama saja dengan manusia pada jaman Alkitab, akibat kejatuhan, pekerjaan sudah dirusak oleh dosa (Kejadian 3:17), ‘dikutuk’ dan pekerjaan menjadi kegiatan yang sulit, terus menerus, terasa sia-sia dan melelahkan. Dengan fasilitas seperti apa pun pekerjaan pada jaman modern tidak bisa selalu menyenangkan hati. Situasi tergambarkan dari hasil poling oleh Gallup di AS beberapa waktu yang lalu, yang menunjukkan mayoritas orang-orang Amerika (77%), negara super power itu, membenci pekerjaan mereka. Di sisi lain, tidak lebih dari separuh pekerja Amerika merasa puas dengan pekerjaan mereka. Pekerjaan telah menjadi beban. Ketidaksukaan dan ketidakpuasan ini tentu saling berhubungan. Karena tidak memuaskan maka orang menjadi tidak suka dengan pekerjaannya. Sebaliknya ketika seseorang tidak menyukai pekerjaannya, sulit dia merasa puas dengan pekerjaannya.
Orang percaya tidak sama sekali berbeda dengan masyarakat umumnya. Kita juga akan mengalami duka cita dari pekerjaan ketika kita masih di dunia yang masih dikuasai dosa ini, di samping suka cita. Di luar itu, dalam bekerja kita juga pasti bekerja sama dengan manusia lain yang belum percaya, dengan motivasi dan cara bekerja yang lain daripada orang percaya. Namun Puji Tuhan Dia menyediakan banyak petunjuk bagaimana kita bekerja sehingga kita bisa menikmati pekerjaan kita itu, berdampak kepada sesama, dan dihargai-Nya.
Satu petunjuk Alkitab bagaimana kita bekerja adalah melakukannya di dalam nama Tuhan Yesus (Kol 3:17). Perintah ini sebenarnya menjadi prinsip perilaku orang percaya lebih luas, ‘segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan.’ Kitab Kolose membahas berbagai bentuk hubungan, seperti antara suami dan istri, orang tua dan anak, juga antara pekerja dan pemberi kerja. Dengan demikian dalam relasi kerja, kita diperintahkan untuk melakukannya di dalam nama Tuhan Yesus.
Ini tentu tidak berarti sebelum melakukan suatu pekerjaan, kita mengatakan “Dalam nama Tuhan Yesus” seperti ada saja yang mempraktekkannya. Nama Tuhan Yesus seolah-olah menjadi mantera dalam pekerjaan atau aktivitas lain, seperti pelayanan, menjadikan nama- jaminan keberhasilan pekerjaan kita.
Nama Yesus mewakili seluruh pribadi-Nya, identitas-Nya dan semua yang akan Dia katakan dan lakukan. Secara khusus nama Yesus menyatakan tujuan kedatangan-Nya ke bumi yaitu menyelamatkan manusia dari dosa (Mat 1:21) dan memberikan hidup yang berkelimpahan (Yoh 10:10b). Karena itu cara kita bekerja harus menjadi ekspresi Yesus dengan segala misi dan nilai-nilai-Nya.
Bekerja harus menjadi ekspresi kasih kepada Allah dan sesama, seperti Yesus mengasihi Allah Bapa dan manusia. Kita bekerja untuk menyenangkan hati Tuhan (Matius 25:26 – 30), tidak untuk menyenangkan diri sendiri atau bos atau orang-orang lain. Bekerja dalam nama Yesus adalah memuliakan Allah (1 Kor 10:31) – tidak mencari kemuliaan untuk diri sendiri.
Dalam bekerja kita sekaligus membawa manfaat bagi sesama manusia. Pekerjaan-pekerjaan yang merusak manusia kita hindari, tidak cocok dengan karakter Allah. Misalnya, kita hindari pekerjaan yang terlibat dalam produksi dan pemasaran barang seperti narkoba (untuk salah penggunaan), jasa pelacuran, perjudian, dan termasuk produk yang legal tetapi tetap saja jahat, seperti rokok yang iklannya sendiri mengakui “Merokok membunuhmu!” Produk langsung atau tidak langsung dari pekerjaan kita harus menjadi berkat dalam kebenaran bagi orang lain.
Ketika bekerja kita melakukan sambal mengucap syukur, tidak peduli dengan situasi kerja kita. Kita mengucap syukur kepada Allah dalam nama Yesus atas pekerjaan yang dianugerahkan kepada kita. Karena itu bekerja sekaligus menjadi ibadah kita, karena kita lakukan dalam komunikasi dengan Dia.
Ini adalah berbagai prinsip bekerja dalam nama Tuhan Yesus. Secara ringkas bekerja dalam nama Tuhan Yesus, Yesus menampilkan diri-Nya melalui apa yang kita kerjakan; dan, orang lain melihat Yesus melalui apa yang kita lakukan. Dengan demikian nama Tuhan yang dimuliakan.
Bagaimana situasi Anda dalam bekerja? Apakah Anda memandang pekerjaan Anda sebagai sekedar kegiatan untuk mendapatkan nafkah atau memandang sebagai panggilan ilahi yang harus dikerjakan dalam nama Tuhan, menjadi bagian ibadah kita? Kita perlu terus mengalami transformasi dalam sikap-sikap kita terhadap satu aktivitas kita yang penting, yaitu bekerja. Tuhan memberkati! BERSAMBUNG.
Harry Puspito
Kontributor Rubrik Manajemen Reformata