Harry Puspito (harry.puspito@yahoo.com)*
PADA jaman sekarang setiap orang ‘sibuk’, artinya memiliki sejumlah kegiatan yang berlebih untuk bekerja dan aktivi-tas lain sehingga kekurangan waktu untuk pribadi seperti istirahat, olahraga, belajar, untuk keluarga, untuk Tuhan, dsb.
Sekarang, apalagi dalam situasi krisis, banyak perusahaan memba-tasi jumlah karyawan dan mem-bebani mereka untuk menyelesai-kan tugas-tugas yang sering ber-lebih. Pekerja sering masih menam-bah kegiatan untuk menambah pendapatan mereka, seperti meli-batkan diri dalam kegiatan multilevel, mengajar, atau bekerja sam-bilan lain. Belum ditambah dengan kegiatan-kegiatan keluarga, sosial dan kerohanian.
Hidup sibuk sudah menjadi gaya hidup manusia perkotaan. Belum lagi dengan handphone yang tidak cukup satu, yang terus saja menyi-bukkan, dengan sarana SMS, tele-pon, chatting atau internet. Ba-nyak orang bangga dengan hidup sibuknya. Banyak orang merasa memiliki nilai ketika memiliki kesibukan.
Namun di sisi lain kita tahu banyak orang yang menganggur, semi-menganggur, dan banyak orang yang tidak bekerja dengan optimal. Banyak orang yang tidak be-kerja keras ketika mendapatkan,…. selengkapnya dapat anda baca dalam REFORMATA cetak edisi 106
Namun di sisi lain kita tahu banyak orang yang menganggur, semi-menganggur, dan banyak orang yang tidak bekerja dengan optimal. Banyak orang yang tidak be-kerja keras ketika mendapatkan,…. selengkapnya dapat anda baca dalam REFORMATA cetak edisi 106