Pdt. Bigman Sirait
REFORMATA -Bapak Pengasuh, apakah hanya dengan percaya Kristus, seseorang dapat selamat? Saya mengajukan pertanyaan ini karena ada firman Tuhan mengatakan: “Kerjakan keselamatanmu… Pikul salib, sangkal diri, ikut Aku…”. Menurut saya, ini menjelaskan bahwa tidak cukup hanya dengan percaya. Kemudian ada orang yang bekerja di tempat yang baik, dan mengerjakan hal-hal yang baik, tapi hidupnya mengecewakan, tidak menjadi berkat. Apakah ini bagian dari orang percaya yang tidak selamat? Bagaimana Bapak melihat hal ini.
Ny. Sondang H.A
Plumpang, Jakarta
SONDANG yang dikasihi Tuhan, memang pertanyaan ini seringkali diajukan karena kata-kata: “Cukup percaya engkau selamat”, seakan menggambarkan betapa mudah dan murahnya sebuah keselamatan. Mari kita lihat dengan teliti apa yang dikatakan Alkitab. Pertama, Alkitab dengan jelas mengatakan: “Barangsiapa yang percaya kepada Yesus Kristus tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Jadi sangat jelas, keselamatan ada hanya karena percaya kepada Yesus Kristus saja (yang tersalib, mati dan bangkit). “Tidak ada jalan lain”, kata Yesus Kristus sendiri dalam Yohanes 14: 6. Lalu Paulus juga menegaskan dalam Efesus 2: 8-10: “Bahwa keselamatan adalah kasih karunia, bukan hasil usaha manusia”, itu adalah pemberian Allah (sangat mahal dan tak terbeli manusia).
Nah, di sini kita menemukan se-buah kejelasan, bahwa keselama-tan memang karena percaya, te-tapi percaya itu sendiri adalah kasih karunia Allah di dalam Yesus Kris-tus. Jadi, percaya bukanlah seka-dar minat, pilihan, atau ucapan sese-orang tentang percaya ke-pada Yesus Kristus. Percaya tidak terjadi karena kesadaran ber-agama, atau keinginan manusia. Percaya itu dimulai oleh pekerjaan Roh Kudus sendiri yang meng-insyafkan akan keberdosaan ma-nusia (Yohanes 16: 8-11). Roh Ku-duslah yang menyadarkan manusia betapa berdosanya manusia ter-hadap Allah atas pemberontakan manusia di Taman Eden yang membuahkan maut (band. Keja-dian 3 dan 1 Korintus 15: 0-22). Oleh pertolongan Roh Kudus, maka manusia menyadari dosa-dosanya, dan menyesalinya. Lalu, Roh Kudus pula yang menolong manusia untuk mengaku percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, penebus dosa, dan Juruselamat manusia (band. 1 Korintus 12: 3).
Jelas manusia bertindak, dalam menyadari dan percaya, namun sangat jelas pula, itu bisa hanya karena pertolongan Roh Kudus, itu sebab dikatakan keselamatan bukanlah hasil usaha manusia melainkan kasih karunia Allah. Tidak ada seorang manusia pun yang dapat percaya kepada Yesus Kris-tus sebagai Tuhan dan Juru-selamat, kecuali oleh pertolongan Roh Tuhan sendiri. Dan tidak ada seorang pun yang tidak bisa percaya jika Roh Kudus yang menolongnya. Percaya pada Yesus Kristus, bukan soal tahu atau tidak, mau atau tidak, tetapi pertolongan Roh Kudus yang membuat kita tahu dan mau percaya.
Jadi, Sondang yang dikasihi Tuhan, adalah betul, selamat hanya karena percaya tetapi bukan sekadar mulut yang berkata per-caya, melainkan karena digerakkan Roh Kudus. Nah, sekarang muncul pertanyaan: Bagaimana kita tahu bahwa orang yang mengaku percaya adalah betul-betul per-caya, bukan sekadar mengaku dengan mulut saja. Hal inilah yang seringkali menimbulkan kesalah-pahaman, seakan-akan orang yang sudah diselamatkan ternyata kehi-dupannya bisa sangat tidak terpuji, masih terus-menerus berbuat dosa. Dalam 1 Yohanes 3: 8-9 jelas dikatakan bahwa mereka yang sudah diselamatkan tidak akan tetap berbuat dosa (terus-mene-rus berbuat), ada perubahan yang nyata dalam kehidupan mereka.
Memang orang yang sudah percaya masih bisa jatuh ke dalam dosa, tetapi tidak berbuat terus-menerus. Dia jatuh ke dalam dosa karena kelemahan kemanusiaan-nya, namun dengan segera dia menyadarinya dan mengakuinya di hadapan Tuhan (band. 1 Yohanes 1: 8-9). Tetapi mereka yang terus-menerus berbuat dosa, bah-kan cenderung menikmatinya, patut dipertanyakan pengakuan percaya-nya, siapa pun dia. Itu sebab, de-ngan tegas dan jelas Yesus Kristus sendiri berkata: “Pohon dikenal dari buahnya, pohon yang baik pasti buahnya juga baik, demikian juga sebaliknya” (Matius 7:15-20).
Jadi, semua orang bisa saja mengaku percaya kepada Yesus Kristus, atau bahkan mengadakan mukjizat dalam nama Yesus, namun ternyata mereka bukan orang yang diselamatkan (Matius 7: 21-23). Betapa kita diperingatkan agar betul-betul mawas diri, teliti, se-hingga tidak tertipu oleh muslihat si jahat. Sekarang jelas bukan, bahwa pengakuan per-caya harus diikuti oleh buah yang nyata dalam kehidupan orang percaya. Tanpa buah, pengakuan percaya itu bu-kan apa-apa. Yakobus bahkan ber-kata dengan tegas, “Setan pun percaya ada Allah dan mereka gemetar” (Yakobus 2:19). Jadi, bukan hanya percaya tetapi juga berbuah. Hidup berbuah, itulah yang dimaksud oleh Paulus mengerjakan keselamatan. Kesela-matan harus diwujudkan dalam tindakan sebagai bukti orang yang diselamatkan.
Tetapi ingat juga, bukan pe-kerjaan baik yang menyelamatkan, karena keselamatan bukanlah hasil usaha manusia, melainkan pembe-rian Allah. Sangkal diri dan pikul salib adalah semangat yang menghidupi orang yang percaya. Menyangkal diri, artinya menempatkan diri bu-kan lagi yang pertama dan utama, bukan yang terpenting. Yang ter-utama sekarang adalah Yesus Kris-tus, sehingga kita sebagai orang percaya hidup bukan untuk mela-kukan apa yang kita suka, melain-kan apa yang Yesus Kristus suka (Filipi 1: 21). Paulus juga berkata, “hidupku ini bukannya aku lagi me-lainkan Yesus yang hidup di dalam aku” (Galatia 2: 20).
Jelas sekali, semangat penyang-kalan diri harus menjadi warna khas orang percaya. Orang percaya harus selalu mempertimbangkan seluruh tindakannya, apakah men-jadi kemuliaan bagi Tuhan atau tidak. Lalu, kita juga harus memikul salib sebagai konsekuensi percaya, yaitu berani menanggung segala risiko yang muncul akibat kebena-ran yang kita nyatakan di dunia yang tidak benar ini. Kita harus siap terasing atau bahkan lebih berat lagi. Namun harus disadari bahwa jika hal itu terjadi karena kesalahan diri, kurang bijak, itu bukan pikul salib, bahkan sebaliknya, mungkin kita sudah menjadi batu sandungan yang merusak.
Sementara tentang orang bekerja di tempat yang baik, un-tuk pekerjaan baik, ternyata mengecewakan, pasti sekarang Sondang sudah tahu jawabannya bukan? Jangan kaget, yang me-nyalibkan Yesus Kristus adalah para pemimpin agama, dengan mema-kai tangan penguasa Roma. Me-reka punya pekerjaan baik (imam), di tempat yang baik (Bait Allah), tetapi perbuatan mereka super-jahat. Sampai sekarang hal itu masih terjadi Sondang, di gereja, di mana saja, jemaat, aktivis bahkan hingga pendeta. Karena itu berhati-hatilah. Yang pasti Son-dang yang dikasihi Tuhan, kerja-kanlah keselamatanmu dalam ketekunan hingga Yesus Kristus datang kembali. Semoga menjadi berkat, selamat terus menikmati sajian REFORMATA, dan jika ada te-man-teman yang punya perta-nyaan apa saja seputar teologi, sila-kan kirim ke Redaksi REFORMATA. Tuhan memberkati.
Nah, di sini kita menemukan se-buah kejelasan, bahwa keselama-tan memang karena percaya, te-tapi percaya itu sendiri adalah kasih karunia Allah di dalam Yesus Kris-tus. Jadi, percaya bukanlah seka-dar minat, pilihan, atau ucapan sese-orang tentang percaya ke-pada Yesus Kristus. Percaya tidak terjadi karena kesadaran ber-agama, atau keinginan manusia. Percaya itu dimulai oleh pekerjaan Roh Kudus sendiri yang meng-insyafkan akan keberdosaan ma-nusia (Yohanes 16: 8-11). Roh Ku-duslah yang menyadarkan manusia betapa berdosanya manusia ter-hadap Allah atas pemberontakan manusia di Taman Eden yang membuahkan maut (band. Keja-dian 3 dan 1 Korintus 15: 0-22). Oleh pertolongan Roh Kudus, maka manusia menyadari dosa-dosanya, dan menyesalinya. Lalu, Roh Kudus pula yang menolong manusia untuk mengaku percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, penebus dosa, dan Juruselamat manusia (band. 1 Korintus 12: 3).
Jelas manusia bertindak, dalam menyadari dan percaya, namun sangat jelas pula, itu bisa hanya karena pertolongan Roh Kudus, itu sebab dikatakan keselamatan bukanlah hasil usaha manusia melainkan kasih karunia Allah. Tidak ada seorang manusia pun yang dapat percaya kepada Yesus Kris-tus sebagai Tuhan dan Juru-selamat, kecuali oleh pertolongan Roh Tuhan sendiri. Dan tidak ada seorang pun yang tidak bisa percaya jika Roh Kudus yang menolongnya. Percaya pada Yesus Kristus, bukan soal tahu atau tidak, mau atau tidak, tetapi pertolongan Roh Kudus yang membuat kita tahu dan mau percaya.
Jadi, Sondang yang dikasihi Tuhan, adalah betul, selamat hanya karena percaya tetapi bukan sekadar mulut yang berkata per-caya, melainkan karena digerakkan Roh Kudus. Nah, sekarang muncul pertanyaan: Bagaimana kita tahu bahwa orang yang mengaku percaya adalah betul-betul per-caya, bukan sekadar mengaku dengan mulut saja. Hal inilah yang seringkali menimbulkan kesalah-pahaman, seakan-akan orang yang sudah diselamatkan ternyata kehi-dupannya bisa sangat tidak terpuji, masih terus-menerus berbuat dosa. Dalam 1 Yohanes 3: 8-9 jelas dikatakan bahwa mereka yang sudah diselamatkan tidak akan tetap berbuat dosa (terus-mene-rus berbuat), ada perubahan yang nyata dalam kehidupan mereka.
Memang orang yang sudah percaya masih bisa jatuh ke dalam dosa, tetapi tidak berbuat terus-menerus. Dia jatuh ke dalam dosa karena kelemahan kemanusiaan-nya, namun dengan segera dia menyadarinya dan mengakuinya di hadapan Tuhan (band. 1 Yohanes 1: 8-9). Tetapi mereka yang terus-menerus berbuat dosa, bah-kan cenderung menikmatinya, patut dipertanyakan pengakuan percaya-nya, siapa pun dia. Itu sebab, de-ngan tegas dan jelas Yesus Kristus sendiri berkata: “Pohon dikenal dari buahnya, pohon yang baik pasti buahnya juga baik, demikian juga sebaliknya” (Matius 7:15-20).
Jadi, semua orang bisa saja mengaku percaya kepada Yesus Kristus, atau bahkan mengadakan mukjizat dalam nama Yesus, namun ternyata mereka bukan orang yang diselamatkan (Matius 7: 21-23). Betapa kita diperingatkan agar betul-betul mawas diri, teliti, se-hingga tidak tertipu oleh muslihat si jahat. Sekarang jelas bukan, bahwa pengakuan per-caya harus diikuti oleh buah yang nyata dalam kehidupan orang percaya. Tanpa buah, pengakuan percaya itu bu-kan apa-apa. Yakobus bahkan ber-kata dengan tegas, “Setan pun percaya ada Allah dan mereka gemetar” (Yakobus 2:19). Jadi, bukan hanya percaya tetapi juga berbuah. Hidup berbuah, itulah yang dimaksud oleh Paulus mengerjakan keselamatan. Kesela-matan harus diwujudkan dalam tindakan sebagai bukti orang yang diselamatkan.
Tetapi ingat juga, bukan pe-kerjaan baik yang menyelamatkan, karena keselamatan bukanlah hasil usaha manusia, melainkan pembe-rian Allah. Sangkal diri dan pikul salib adalah semangat yang menghidupi orang yang percaya. Menyangkal diri, artinya menempatkan diri bu-kan lagi yang pertama dan utama, bukan yang terpenting. Yang ter-utama sekarang adalah Yesus Kris-tus, sehingga kita sebagai orang percaya hidup bukan untuk mela-kukan apa yang kita suka, melain-kan apa yang Yesus Kristus suka (Filipi 1: 21). Paulus juga berkata, “hidupku ini bukannya aku lagi me-lainkan Yesus yang hidup di dalam aku” (Galatia 2: 20).
Jelas sekali, semangat penyang-kalan diri harus menjadi warna khas orang percaya. Orang percaya harus selalu mempertimbangkan seluruh tindakannya, apakah men-jadi kemuliaan bagi Tuhan atau tidak. Lalu, kita juga harus memikul salib sebagai konsekuensi percaya, yaitu berani menanggung segala risiko yang muncul akibat kebena-ran yang kita nyatakan di dunia yang tidak benar ini. Kita harus siap terasing atau bahkan lebih berat lagi. Namun harus disadari bahwa jika hal itu terjadi karena kesalahan diri, kurang bijak, itu bukan pikul salib, bahkan sebaliknya, mungkin kita sudah menjadi batu sandungan yang merusak.
Sementara tentang orang bekerja di tempat yang baik, un-tuk pekerjaan baik, ternyata mengecewakan, pasti sekarang Sondang sudah tahu jawabannya bukan? Jangan kaget, yang me-nyalibkan Yesus Kristus adalah para pemimpin agama, dengan mema-kai tangan penguasa Roma. Me-reka punya pekerjaan baik (imam), di tempat yang baik (Bait Allah), tetapi perbuatan mereka super-jahat. Sampai sekarang hal itu masih terjadi Sondang, di gereja, di mana saja, jemaat, aktivis bahkan hingga pendeta. Karena itu berhati-hatilah. Yang pasti Son-dang yang dikasihi Tuhan, kerja-kanlah keselamatanmu dalam ketekunan hingga Yesus Kristus datang kembali. Semoga menjadi berkat, selamat terus menikmati sajian REFORMATA, dan jika ada te-man-teman yang punya perta-nyaan apa saja seputar teologi, sila-kan kirim ke Redaksi REFORMATA. Tuhan memberkati.