Orang Percaya Bekerja Dengan Integritas!

Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. Kol 3:17

Seri tulisan saya adalah “Bagaimana Orang Percaya Bekerja?” dan pada tulisan pembukaan kita telah membahas bahwa pada akhirnya, orang percaya harus bekerja dalam nama Tuhan Yesus yang kita percaya itu (Kolose 3:17). Ini berarti kita bekerja dalam relasi dan kehadiran Yesus dan karenanya harus sesuai dengan karakter dan prinsip-prinsip yang Yesus ajarkan kepada kita melalui Firman-Nya. Salah ciri karakter Kristus yang akan kita bahas adalah integritas. Oleh karena itu orang percaya bekerja dengan penuh integritas.

Ini berarti kita orang percaya bekerja dengan etika, etika yang ‘sempurna’, di atas yang dianut masyarakat luas, apalagi yang dianut oleh mereka yang tidak mengenal Tuhan Yesus. Kita ingat, Yesus ingin kita ‘sempurna’ seperti Bapa di surga yang sempurna adanya (Matius 5:48). Melakukan segala sesuatu sesuai dengan kebiasaan atau budaya jauh dari cukup jika tidak sesuai dengan standar Alkitab. Dengan target ‘sempurna’ maka kita tidak pernah puas dengan etika kerja yang telah kita pakai, tapi kita membangun sikap untuk terus menjaga dan meningkatkan standar etika kerja kita.

Dalam praktek, kita bekerja dengan disiplin, jujur dan setia kepada perusahaan atau organisasi tempat kita bekerja. Ketika karyawan lain datang sebisanya, pulang ketika jam kerja habis, kita membiasakan hadir tidak terlambat dan pulang tidak awal. Namun lebih penting lagi dalam waktu kerja sepanjang hari, kita betul-betul bekerja, tidak mencuri waktu untuk keperluan pribadi tanpa minta ijin, atau menyia-nyiakan waktu dengan kegiatan yang sia-sia seperti bermain media sosial, internet, atau sosialisasi. Kita menggunakan sarana kantor dengan tanggung jawab, untuk mendukung pekerjaan, tidak untuk kepentingan-kepentingan lain, termasuk untuk ‘pelayanan’.

Kita harus setia dengan perusahaan atau organisasi tempat kita bekerja, termasuk dengan pimpinan perusahaan. Dalam situasi yang normal, kita tidak berpikir mendua, bekerja sambal mencari tempat kerja baru untuk mengejar fasilitas atau karir yang lebih baik. Kita mempersembahkan segala talenta dan kreativitas yang kita miliki. Ketika ada tantangan terhadap perusahaan, kita menempatkan diri di posisi perusahaan. Jika kita melihat ada hal-hal yang perlu perusahaan perbaiki, kita perjuangkan agar dilakukan. Secara proaktif kita mempromosikan perusahaan dan produk atau layanan yang dihasilkan kepada masyarakat atau konsumen.

Namun kita perlu ingat, kesetiaan kita sebenarnya adalah kepada Tuhan Yesus, yang kita kerjakan melalui tempat kerja. Dengan demikian jika perusahaan menuntut kita melakukan pekerjaan dengan cara-cara yang tidak etis, cara-cara yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya, maka kesetiaan kita kepada Tuhan adalah utama (Lihat KPR 5:29). Misalnya kita bekerja di bagian keuangan, untuk pelaporan pajak, perusahaan meminta kita memanipulasi data-data agar perusahaan membayar pajak lebih kecil daripada yang seharusnya, maka dalam kejadian seperti ini kita wajib menolak karena kita lebih taat kepada Allah daripada manusia. Ketika kita melakukan hal ini tentu beresiko kehilangan posisi atau bahkan pekerjaan itu. Namun kita perlu ingat pemberi pekerjaan sebenarnya adalah Tuhan sendiri. Dia mampu memberikan pekerjaan lain, bahkan yang lebih baik.

Dengan prinsip integritas kita bekerja tidak merusak lingkungan, misalnya, melalui pembuangan limbah yang membahayakan lingkungan; membiarkan suara bising berlebih sehingga mengganggu masyarakat, dsb. Integritas iman kita menuntut kita bekerja pada tempat yang membawa berkat bagi orang lain, apakah berkat itu besar atau kecil, bersifat rohani atau fisik, langsung atau tidak langsung. Kita tidak bisa terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan produksi dan distribusi produk atau jasa yang jelas-jelas tidak membawa berkat bagi masyarakat seperti narkoba, pelacuran, perjudian dan rokok – yang secara tegas memperingatkan konsumennya “Merokok membunuhmu!”

Dunia bisnis juga mengakui pentingnya nilai integritas untuk sukses usaha jangka panjang. Tidak heran banyak perusahaan menjadikan nilai integritas ini menjadi salah satu pilar budaya perusahaan mereka. Melaksanakan prinsip-prinsip integritas di banyak perusahaan bisa sangat legalistik. Banyak ketentuan-ketentuan yang harus dipahami dan dilaksanakan dalam mewujudkan budaya integritas itu. Di organisasi-organisasi tertentu menerima hadiah yang nilainya sangat kecil sekalipun adalah haram hukumnya. Kadang proses pekerjaan seperti pemilihan vendor misalnya, dikelolah sehingga aman dari audit, namun untuk itu, kalau perlu dilakukan manipulasi catatan-catatan bagaimana proses tender telah dilaksanakan. Motivasi menjalankan integritas adalah untuk alasan legal.

Sebaliknya, orang percaya bekerja dengan prinsip intergritas yang sejati, karena untuk kemuliaan Tuhan dan menghadirkan Allah di tengah-tengah lingkungan kerja. Oleh karena itu yang perlu kita pertanyakan adalah apakah kita berpegang pada prinsip integritas ketika bekerja? Apa motivasi kita semata-mata untuk sukses usaha atau untuk kemuliaan nama Tuhan Yesus? Tuhan memberkati!

Harry Puspito

Kontributor Rubrik Manajemen Reformata

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *