Orang Percaya Bekerja Dengan Kasih

Oleh: Harry Puspito

Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. Kol 3:17

Kolose 3:17 adalah salah satu ‘ayat hafalan’ kita ketika kita berpikir tentang bagaimana orang percaya bekerja. Dalam praktek bagaimana kita bekerja berdasarkan ayat yang berbicara tentang melakukan ‘dalam nama Tuhan Yesus’ itu, kita membahas dalam dua tulisan sebelumnya, yaitu bekerja dengan ‘excellent’ dan dengan ‘integritas.’ Ini bukan sekedar prinsip-prinsip umum bagaimana kita bekerja, tapi lebih penting adalah motivasi kita, karena kita sedang melakukannya ‘dalam nama Tuhan Yesus.’

Ketika berbicara melakukan sesuatu dalam nama Tuhan Yesus, maka ini tidak bisa lepas dari natur utama Tuhan Yesus, yaitu ‘kasih.’ Kasih Kristus memiliki dua arah, yaitu kepada Allah dan kepada sesama. Kasih-Nya telah nyata dalam kerja dan pengorbanan-Nya di kayu salib. Dalam tulisan kali ini, kita akan membahas prinsip bekerja orang percaya adalah untuk mengasihi sesama. Alkitab memerintahkan kita untuk mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri sendiri – kasih yang sejati (Matius 22:39). Sementara 1 Tesalonika 1:3 berbicara mengenai ‘usaha kasihmu’ atau dalam terjemahan Bahasa Inggris King James adalah ‘labour of love’ dan dalam terjemahan NIV ‘labor prompted by love.’ Ini berbicara ketika ‘bekerja’ dalam bentuk apapun, baik dalam pekerjaan pelayanan tapi juga termasuk bekerja sekular.

Orang percaya bekerja harus dengan motivasi kasih kita kepada sesama, karena Allah telah mengasihi kita terlebih dahulu. Kasih memotivasi ketika kita melakukan apa saja termasuk bekerja. Dengan kasih kita bekerja keras. Kasih itu adalah kasih ‘agape,’ yaitu kasih yang tanpa syarat, kasih yang berkorban, berpusat pada kemauan, dan ditampilkan dalam perbuatan. Karena itu ketika kita bekerja, kita bekerja keras, menyangkal diri, rela berkorban dan beorientasi kepada kebaikan sesama, baik rekan kerja maupun pelanggan kita.

Dengan motivasi seperti ini kita akan mampu bekerja ‘excellent’ di tengah tantangan-tantangan yang berat sekali pun. Kita mengasihi sesama melalui sikap, perkataan dan perbuatan kasih dalam wujud melayani mereka, yaitu mengusahakan kebaikan mereka. Kepada team kita memberikan bimbingan yang maksimal, kepada atasan kita memberikan kinerja terbaik, kepada team kita memberikan kontribusi yang istimewa.  

Dalam pekerjaan-pekerjaan tertentu aspek melayani sangat menonjol, misalnya dalam pekerjaan sebagai dokter, perawat, pengajar, polisi, dsb. Namun sebenarnya semua pekerjaan yang baik membawa berkat bagi sesama baik secara langsung maupun tidak langsung. Orang percaya memiliki tanggung-jawab untuk memilih pekerjaan yang menjadi berkat dalam bentuk apapun tapi tidak bekerja di usaha yang mencelakakan sesama, seperti pada produksi dan distribusi narkoba, rokok, dsb. Bekerja di industry seperti ini adalah kontradiksi dengan nilai kasih ilahi.

Dan semua pekerjaan yang benar memberikan kesempatan bagi orang percaya untuk mengasihi dan melayani sesama. Sekalipun kita mendapatkan gaji dari perusahaan dalam iman, kita melayani mereka, apakah pelanggan internal – atasan kolega, bawahan; atau pelanggan eksternal, yaitu pelanggan langsung. Semangat melayani harus kita tampilkan dalam semua aspek kerja kita. Dengan memberikan layanan ‘excellent’ atau ekstra, kita menampilkan semangat melayani itu (Matius 5:41).

Di samping kita melihat manusia dengan cara pandang Kristus, yang berbelas-kasih kepada manusia, khususnya mereka yang ‘terhilang.’ Bekerja di tengah lingkungan sekular adalah kesempatan menyaksikan kasih Kristus melalui perilaku kita maupun kesaksian verbal kita ketika Tuhan membuka kesempatan. Dengan intensitas bertemu yang tinggi, kita lebih sering bertemu dengan rekan kerja daripada teman gereja, memberi kesempatan yang luar biasa orang lain berinteraksi dengan orang percaya.

Para profesional yang tidak mengenal Tuhan juga menyadari pentingnya pelayanan, ketulusan, empati, ‘kasih’ dalam menjalankan bisnis. Sebuah bank pemerintah, misalnya, pernah menggunakan tagline ‘Melayani dengan Setulus Hati.’ Motivasi perusahaan melayani dengan baik semata-mata adalah untuk kinerja yang baik dan keuntungan pribadi atau perusahaan. Sementara motivasi orang percaya melayani dengan kasih adalah sebagai syukur atas kasih Allah dan mewujudkan kasih Allah kepada sesama. Kita menjadikan pekerjaan kita sebagai wujud dari ibadah kepada Allah.

Bagaimana kita telah bekerja selama ini? Apakah kita telah bekerja dalam nama Tuhan Yesus dengan motivasi kasih kepada sesama? Apakah kasih kita kepada Allah dan sesama tampak nyata dalam perilaku kerja kita di mata sesama di sana? Tuhan memberkati!

*****

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *