Yerusalem, Antara Isu Rohani Dan Politik (1)

#SUP – Presiden Amerika Donald Trump memang produktif menyumbang isu, tak hanya konsumsi Amerika bahkan dunia. Entah pidato resmi atau cuitan di twitter, yang pasti ramai kontroversi. Kali ini dunia dipaksa bereaksi ketika Trump secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai ibukota resmi Israel, yang sejatinya adalah Tel Aviv. Hal ini menunjuk resolusi PBB 181 tahun 1947 yang menetapkan Jerusalem sebagai kota Bersama dibawah kewenangan Internasional. Trump melawan resolusi PBB, ini memang isu panas. Namun di bagian ini saya akan fokus dulu tentang isu Jerusalem dalam perspektif Alkitab. Bagian berikut kita akan kembali ke isu politik antara sejarah dan realita.

Dalam PL, Jerusalem adalah kota bersejarah dengan kualifikasi sangat penting. Bagaimana tidak, karena kota ini adalah pusat pemerintahan yang didirikan Daud raja terkenal Israel dari suku Yehuda, yang juga salah satu penulis kitab Zabur yang dikenal di Alkitab sebagai Mazmur. Daud dari suku Yehuda yang adalah satu dari 12 suku anak Yakub (Kejadian 29:35). Keturunan Yakub inilah yang kemudian disebut sebagai Israel sebagai nama Yakub (Kejadian 32:28). Jerusalem ribuan tahun sebelum masehi tak hanya menjadi pusat kerajaan Israel dengan istananya yang megah, khususnya di era raja Salomo putra Daud, tetapi juga pusat ibadah di mana Bait Allah didirikan oleh Salomo (1 Tawarikh 17:11-12, Yohanes 2:20). Jadi amat sangat mudah dipahami betapa membekasnya Jerusalem bagi Israel, ini adalah fakta sejarah. Namun dari perspektif realita sosial politik itu isu lain lagi. Karena itu perlu bijak membedah isu ini, antara isu rohani (sejarah) dan politik (realita).

BACA JUGA: #SUP – MENJAWAB ZAKIR NAIK (SERI.5) 

Jerusalem, pusat kekuasaan dan pusat ibadah, di mana Kerajaan Israel dan Bait Allah juga berdiri, yang seringkali dinyanyikan dalam kitab Zabur raja Daud (Mazmur 122), sebagai pusat kehidupan, kota shalom (damai), masa itu dan masa depan Israel. Jerusalem menjadi kiblat bagi Israel, dan doa patut dipanjatkan bagi Jerusalem. Betapa indahnya gambaran Jerusalem. Namun di dalam PB, gambaran Jerusalem terasa bertolak belakang, karena bukan damai tapi kekerasanlah yang hadir di sana. Seperti apa? Ini perlu dipahami dengan pikiran jernih dengan mengikuti alur Alkitab.

Nikmati Menu Lainnya: #SUP – MENJAWAB ZAKIR NAIK (SERI.4) 

Adalah Tuhan Yesus Kristus sendiri yang meratapi Jerusalem (Matius 23:37-39); Dengan menyebutnya sebagai pembunuh para nabi, anak ayam yang kehilangan induk, bahkan digambarkan sebagai ‘kota sunyi’. Bukan sunyi karena kurang orang, melainkan sunyi karena “kehilangan” damainya. Kota ini memang menjadi keras, karena di sinilah Yesus Kristus dibunuh, bahkan disebut harus di Jerusalem (Lukas 13:33). Di kota ini pula para Imam yang seharusnya menjadi pembawa damai berubah menjadi pembawa malapetaka. Tak berhenti pada penyaliban Yesus Kristus di Jerusalem, penganiayaan para rasul dan orang percaya pun menggila di kota ini (Kisah 8:1). Kota ini semakin jauh dari maknanya, bahkan umat disebut Kristen pertama kali di Antiokhia (Kisah 11:26), bukan di Jerusalem. Sementara pengakuan iman rasul Petrus pertama kali tentang ke-Mesias-an Kristus juga diucapkan di Kaisaria Filipi (Matius 16:13), bukan di Jerusalem.

Nikmati Menu Lainnya: #SUP – MENJAWAB ZAKIR NAIK (SERI.3)

Kitab Wahyu lebih keras lagi menggambarkan Jerusalem dalam kiasan rohani sebagai Sodom dan Mesir (Wahyu 11:8). Menyamakan kejahatan Sodom yang dibumihanguskan Allah, atau Mesir yang kena tulah Allah. Patutlah Tuhan Yesus Kristus meratapi Jerusalem, sangat berbeda dengan kebanyakan umat Kristen yang memujinya dengan gelap mata, sama seperti Imam dan Ahli Taurat yang justru merasa sukses telah menyalibkan Yesus Kristus di Jerusalem. Karena itu tidaklah heran jika Jerusalem sekarang digambarkan oleh rasul Paulus sebagai Hagar, atau gunung Sinai (Galatia 4:25). Dan bahwa yang dirindukan dan dinanti umat yang benar adalah Jerusalem Surgawi (Galatia 4:26-28). Juga disebut Jerusalem Baru yang turun dari surga (Wahyu 21:2 dan 10). Ah, betapa terangnya Alkitab, namun sekaligus juga menjelaskan betapa masih banyak orang yang menyebut Kristen namun tinggal di bumi datar, gelap mata, sehingga terikat pada dunia tak melihat makna rohani yang sesungguhnya. Tepat seperti yang dikatakan Tuhan Yesus kepada para rasul, bahwa mereka diberi karunia untuk mengetahui Kerajaan surga, sementara kebanyak orang tidak (Matius 13:11). Bahkan Imam dan Ahli Taurat disebut tidak masuk surga, mereka hanya mengambil keuntungan dari pengajaran Firman Tuhan (Matius 23:3,13). Jangan pernah hanya melihat jabatan ke-pendeta-an tapi lihatlah kualitas kehidupannya berdasarkan Firman Tuhan yang memerintahkan kita sebagai pengikut Kristus untuk hidup menyangkal diri dan memikul salib. Tidak sama dengan dunia. 

Itulah sekilas gambaran Jerusalem di PL dan PB. Habiskan dulu #SUP ini, mungkin terasa pedas, tapi tak mengapa supaya terbiasa dengan rasa pedas #SUP yang berikutnya. Bagi-bagikan, jangan makan sendiri karena tidak baik menjadi orang pelit. Pelan-pelan kita akan membedah lengkap isu Jerusalem di Alkitab dan kenyataan kehidupan masa kini, hingga makna ucapan Trump.

Selamat menikmati #SUP Pedas (senyum ya).

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *