
Harry Puspito
(harry.puspito@yahoo.com)*Apabila kita memelihara hari Sabat, hari Sabat akan memelihara kita.
(Lihat: Yesaya 58:13-14) SIAPA yang tidak pernah mengantuk dan merasa lelah ketika bekerja? Apalagi waktu mendengar khotbah atau ketika berdoa? Menjelang Yesus disalib, Dia sangat menderita dan mengajak murid utamanya – Pe-trus, Yakobus dan Yohanes – ber-doa, mereka tertidur (Markus 14:32-42).
Banyak atau kebanyakan orang, khususnya di perkotaan, menjadi terlalu sibuk, kekurangan waktu dan akhirnya mengurangi waktu tidur mereka; secara sadar atau tidak sadar. Ketika kurang istirahat akhirnya pasti fisik menjadi tidak bugar, merasa lelah dan sering me-ngantuk. Gaya hidup sibuk seperti ini membawa kelelahan yang kronis.
Tidak heran kopi mempunyai pasar yang besar dan berkembang. Cafe-cafe seperti Starbuck ber-kembang luar biasa. Manusia per-kotaan mencoba mendapatkan kebugaran dengan jalan pintas, dengan meneguk secangkir kopi. Di AS statistik mengatakan sepa-ruh orang merasa mengantuk pada siang hari. Banyak orang di ujung keruntuhan fisik dan mental karena kurang tidur. Belum ditambah pola makan yang tidak sehat, fisik yang kurang gerak dan olahraga maka tidak heran kebanyakan orang kota mengalami stres.
Sang Pencipta telah memberikan contoh, untuk kepentingan cip-taan, dengan bekerja dalam pen-ciptaan selama 6 hari dan kemudian beristirahat pada hari ke-7 (Kejadian 2: 2). Sudah barang tentu Dia terus bekerja untuk menjaga dan memelihara kelangsungan dunia ciptaan-Nya. Sekaligus Tuhan memerin-tahkan agar manusia memeli-hara hari Sabat, hari perhen-tian, pada perintah ke-4 dalam 10 perintah (Keluaran 20: 8). Sabat berarti ’berhenti’. Manu-sia diminta berhenti bekerja, melepas kuasanya atas ciptaan (Keja-dian 1: 28-31), satu hari dalam 7 hari. simak selengkapnya dalam REFORMATA edisi 110