Perpuluhan: Awal Pengelolaan Keuangan Pribadi

Ardo Ryan Dwitanto, SE, MSM*
BERDASARKAN survei di dua  sekolah menengah umum  Kristen di mana siswa-siswa-nya berasal dari keluarga ekonomi menengah ke atas, saya menemu-kan hanya 3 dari 106 siswa yang mengalokasikan 10% dari uang sakunya untuk Tuhan. Hal ini mem-perkuat asumsi bahwa kebanyakan anak muda tidak memberikan perpuluhan. Jika sejak dini seorang Kristen tidak memberi perpuluhan, bagaimana ketika dia dewasa dan berpenghasilan? Sudah pasti akan sangat kecil kemungkinannya un-tuk memberi perpuluhan. Jika tidak setia pada perkara-perkara yang kecil, bagaimana dapat setia pada perkara-perkara yang besar. De-ngan kata lain, bagaimana sese-orang dapat memberikan perpu-luhan ketika berpenghasilan besar, jika dia tidak memberikan perpulu-han ketika dia berpenghasilan kecil?
Memberikan perpuluhan meru-pakan suatu isu utama dalam ke-uangan Kristen. Beberapa meman-dang ini sebagai “pajak” kepada Tuhan supaya hidupnya bahagia dan tanpa kesulitan-kesulitan. Ada juga yang tidak memberikan per-puluhan karena tidak terjangkau penghasilannya. Bahkan ada yang akhirnya tidak dapat memberikan perpuluhan karena terlalu asyik membelanjakan penghasilannya. Selain itu, beberapa orang Kristen rajin memberi perpuluhan, namun tanpa alasan yang jelas selain karena itu yang diajarkan orang tua mereka sejak kecil. Saya sering melihat di kebaktian-kebaktian bagaimana anak-anak diberikan uang oleh orang tuanya untuk memberikan persembahan sendiri. Itu baik karena mengajarkan me-reka untuk memberi. Namun, lebih baik lagi, jika mereka dilatih untuk memberikan bukan dari dompet orang tuanya, namun dari dom-petnya sendiri.  
Salah satu indikator luar dari hubungan seseorang  dengan Tuhan adalah keuangan pribadinya, khususnya dalam memberikan perpuluhan. Mengapa kita harus memberikan perpuluhan? Pastor Benny Ho dan John Piper membe-rikan beberapa alasan yang bagus untuk kita renungkan. Inti dari alasan-alasan tersebut adalah perpuluhan mengenai Tuhan, bukan diri sendiri.  
Pertama, memberikan perpulu-han berarti mengakui Tuhan seba-gai empunya dan berdaulat atas segala sesuatu. Memberikan perpu-luhan harus disertai suatu sikap hati bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah milik Tuhan. Hal ini tidak berarti bahwa kita harus menyerah-kan seluruh yang kita punya kepada Tuhan. Namun, dengan memberi-kan perpuluhan, kita mengatakan kepada Tuhan bahwa kita mem-berikan bagian yang terbaik dari yang kita miliki untuk Tuhan. Kalau kita sudah memberikan yang terbaik untuk seseorang, maka itu sudah sangat cukup untuk membuktikan bahwa kita tidak segan-segan untuk memberikan yang lain untuknya. Begitupula dengan Tuhan, ketika kita memberikan sepuluh persen dari penghasilan kita kepada Tuhan, berarti kita juga tidak segan-segan untuk memberikan sisanya kepada Tuhan. Karena itu, memberikan per-puluhan bukan seperti memberi pajak kepada negara, seolah-olah Tuhan adalah penagih pajak dari penghasilan hasil keringat kita. Kon-tras dengan itu, memberikan perpuluhan adalah mengembalikan bagian yang terbaik dari yang Tuhan telah berikan kepada Tuhan.  BACA selanjutnya dalam reformata edisi 111

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *