Waktu – aset manusia yang paling berharga itu – adalah ciptaan Allah, untuk kehidupan sementara manusia di muka bumi ini. Tuhan menciptakan waktu per hari sama untuk setiap orang, yaitu 24 jam x 60 menit x 60 detik, yaitu 86,400 detik persis sama untuk setiap orang per harinya. Memang umur orang bisa berbeda-beda, sesuai dengan waktu Tuhan bagi masing-masing. Tapi Tuhan juga mempunyai rencana yang berbeda-beda untuk setiap orang (Efesus 2:10) dan karenanya membutuhkan waktu yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu kita perlu mengatur penggunaan waktu kita seoptimal mungkin agar tujuan Tuhan itu tercapai.
Manusia sebenarnya tidak bisa melakukan 'time management' atau mengelolah waktu dalam arti sesungguhnya, karena sifat waktu yang pasti itu. Hanya Tuhan yang bisa mengelolah waktu seperti ditunjukkan dalam kisah Israel yang dipimpin Yosua mengalahkan musuh-musuhnya – orang Amori. Pada waktu itu atas doa Yosua, Tuhan menghentikan matahari dan bulan, dengan demikian menghentikan waktu agar hari itu lebih panjang, untuk memberi kesempatan kepada Israel mengalahkan musuhnya itu (Yosua 10:12-14).
Waktu diciptakan Allah dan menjadi milik-Nya sebagai bagian dari ciptaan-Nya. Dia memelihara waktu dengan segala ciptaan-Nya yang lain. Namun Dia tidak hidup dalam waktu ciptaan-Nya itu. Dengan kata lain, waktu yang kita alami tidak berlaku bagi Dia, sehingga Petrus mengatakan: "Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari." (2 Petrus 3:8). Seperti di dalam film, kisah di dalamnya bisa berdurasi puluhan tahun, ratusan tahun, tapi film itu selesai dalam 1 atau 2 jam saja. Waktu yang lama itu berlaku bagi tokoh-tokoh dalam kisah; namun tidak berlaku bagi para penonton.
Terminologi 'time management' ini adalah salah kaprah, istilah yang salah tapi terus saja dipakai untuk konsep yang lebih tepat dan Alkitabiah disebut sebagai 'self management.' Waktu berlalu begitu terus apakah kita mengisi dengan kegiatan-kegiatan yang produktif atau tidak. Kita tidak bisa mengelolah waktu tapi kita bisa mengelolah diri sendiri sehingga kita menggunakan waktu yang tersedia bagi kita dengan produktif.
Kalau yang bisa kita kelolah adalah diri kita sendiri, apa yang kita kelolah sehingga hidup kita produktif terhadap waktu bagi Tuhan? Alkitab menegaskan Tuhan mempunyai rencana tertentu bagi setiap orang dan Dia ingin kita hidup di dalamnya, menyelesaikan berbagai pekerjaan baik yang Dia siapkan itu (Lihat Efesus 2:10). Oleh karena itu agar seseorang bisa memakai waktunya dengan optimal, dia perlu memahami panggilan khususnya itu dan menggunakan waktunya untuk menyelesaikan misi hidupnya itu. Untuk itu pertama kita perlu menggumuli dan mendapatkan panggilan Allah bagi hidup kita.
Dari visi dan misi itu kita perlu mengelolah sasaran-sasaran dalam hidup kita yang mau kita kerjakan. Ini bisa berjangka sangat panjang, di atas 10 tahun dan sering disebut sebagai visi pribadi dan kita menetapkan sasaran-sasaran jangka panjang hingga 5 tahun dan sasasaran-sasaran jangka pendek, hingga sekitar 1 tahun. Selanjutnya kita bisa mengatur diri melalui rencana-rencana mengerjakan berbagai sasaran itu. Sangat penting adalah mengelolah tindakan-tindakan kita sehari-hari dalam waktu yang tersedia selaras dengan misi hidup kita dengan segala sasaran dan rancangan-rancangan yang kita siapkan itu.
Alkitab memberikan arahan bagaimana kita bisa hidup bijak dengan penggunaan waktu kita, sehingga hidup kita 'berbuah' dan bahkan 'lebih banyak berbuah' yaitu dengan 'tinggal didalam Yesus dan Dia tinggal di dalam kita' (Yohanes 15:2, 4). Hidup produktif bagi Tuhan memerlukan investasi waktu kita dalam menjalin hubungan dan keintiman dengan Tuhan kita. Yesus sendiri adalah teladan kita yang sempurna dalam time management dalam arti self management karena pada waktu itu Dia menjadi manusia seperti kita, Yesus telah hidup sedemikian rupa sehingga Dia bisa menyelesaikan misi-Nya di dunia dalam usia yang masih muda, dan mengakhirinya dengan mengatakan: "Sudah selesai" (Yohanes 19:30)
Kita melihat bagaimana Yesus telah menggunakan waktu-waktu-nya dan menggunakan untuk berbagai aktivitas namun semua itu selaras dengan misi hidup-Nya. Kita membaca Dia memulai hari-Nya dengan persekutuan dengan Bapa-Nya (Markus 1:35) dan sepanjang hari Dia terus menyediakan waktu bersekutu dengan Sang Bapa. Ketika lingkungan, para murid dan orang-orang banyak, menarik Dia dalam kegiatan-kegiatan pelayanan sekali pun, namun Yesus dengan disiplin memastikan untuk tetap fokus pada misi-Nya seperti terlihat dari kisah pelayanan-Nya dalam Markus 1:35-39. Ketika para murid, karena desakan banyak orang, mencari dan menemukan Yesus, dan mereka mengajak untuk melayani banyak orang itu, Dia menjawab: "Marilah kita pergi ke tempat lain, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang."
Mari kita belajar dari Tuhan kita, ketika hadir di bumi sebagai manusia, bagaimana dia melakukan 'time management' sehingga hidup-Nya bisa dikatakan super produktif dan terlebih berhasil menyelesaikan panggilan hidup-Nya. Tuhan memberkati!