Membangun Citra Diri yang Positif

 Harry Puspito
(harry.puspito@yahoo.com)*

REFORMATA – Tentang diri (self) ilmu   psikologi banyak mempelajari sehingga timbul banyak konsep tentang diri. Sering konsep-konsep psikologi bertentangan dengan Alkitab. Namun dengan prinsip ‘semua kebenaran adalah kebenaran Allah’ kita bisa pelajari dan memanfaatkan berbagai pengetahuan tentang manusia ini. Satu konsep yang ber-manfaat ketika kita ingin berubah dan bertumbuh adalah tentang self-image atau citra diri.

Setiap orang memiliki persepsi tentang dirinya, yaitu apa ciri-cirinya, kekuatan-kekuatannya dan kelemahan-kelemahannya. Citra diri ini adalah gambaran mental sese-orang tentang siapa dirinya. Citra diri ini berkembang dari waktu ke waktu, dan merupakan sistem keyakinan yang diambil seseorang tentang dirinya. Citra diri seseor-ang berhubungan dengan keyaki-nan seseorang akan talenta dan kemampuannya, kelemahan-kelemahannya, nilai dirinya, dan potensi dirinya – bisa menjadi apa dan bagaimana dunianya bisa berubah dengan keberadaannya.
Citra diri adalah kunci utama dalam kepribadian dan perilaku manusia. Citra diri menetapkan ba-tas-batas pencapaian seseorang. Alkitab sedikit banyak mendukung pernyataan ini ketika mengatakan: For as he thinks within hiself, so he is (Amsal 23:7, NIV). Ilustrasi anak rajawali yang ditetaskan dan dibesarkan oleh induk ayam meng-gambarkan hal ini. Walaupun secara fisik dia rajawali ketika dia berpikir dirinya adalah ayam, maka perilaku-nya akan seperti ayam. Berjalan dengan kaki, mencari makanan di tanah dengan mencakar-ca-kar kotoran, berkotek-kotek, dsb. Dia tidak akan terbang tinggi dan bersikap anggun seperti burung rajawali sesungguhnya.
Coba Anda bayangkan da-lam benak gambaran diri Anda dan tuliskan karakteristik, kelebihan dan kekurangan Anda? Kalau Anda mengenali diri Anda dengan baik, maka Anda akan bisa menuliskan 20 atau lebih karakteritik. Jika tidak Anda akan sulit menulis-kan dan hanya mendapatkan sedikit saja ciri-ciri Anda, mungkin kurang dari 10. Ter-gantung diri Anda, Anda bisa memulai dengan ciri-ciri yang positif atau negatif dan menu-liskan ciri positif dengan jumlah lebih banyak daripada ciri-ciri negatif atau sebaliknya. Dengan kata lain, seseorang bisa melihat dirinya secara lebih negatif atau lebih positif.
Karena dosa dan kelemahan manusia sulit bersikap jujur, tidak saja terhadap Tuhan dan orang lain bahkan terhadap dirinya dan memi-liki pandangan yang obyektif ten-tang dirinya. Sehingga ketika dia menggambarkan dirinya sebenarnya belum tentu itu adalah dirinya yang sesungguhnya. Bisa jadi apa yang dibayangkan tidak tepat tetap tapi sekadar dalam pikirannya, yang memiliki gap yang besar dengan dirinya sesungguhnya. Atau, dia bisa menggambarkan bukan yang sesungguhnya tapi diri yang dia inginkan, atau gambaran diri yang dipengaruhi kelemahan diri tadi.  
Dari mana seseorang memben-tuk citra dirinya? Pertama tentu diri sendiri. Fisik dan psikologis sese-orang, seperti intelektual, emosi, kemauan, dsb mempe-ngaruhi pembentukan citra dirinya. Kedua, lingkungan so-sial, khususnya orang tua, pada masa awal pertumbuhan seseorang akan sangat mem-pengaruhi. Ketika orang tua mendidik anak de-ngan kasih dan bijak, maka citra diri positif seseorang lebih mungkin ter-bentuk. Di samping itu lingku-ngan sosial lain seperti teman, guru, dsb juga memiliki penga-ruh kuat.
Di luar itu dari Alkitab kita tahu setan berkepentingan menghancurkan setiap orang. Dia terus menuduh dan me-nipu kita, menghancurkan kepercayaan diri kita, agar kita tidak berdaya dan tidak bisa melakukan hal-hal yang berarti dan besar bagi Allah. Dia bisa menaruh pikiran-pikiran ke dalam pikiran kita. Namun Allah dan Firman-Nya adalah kunci kita untuk memiliki citra diri yang benar dan positif. Firman-Nya memberikan gambaran siapa kita dan potensi-potensi kita secara akurat. Melalui Allah kita bisa berbalik dari citra diri yang negatif ke positif.
Jangankan citra diri yang adalah persepsi, diri seseorang, apalagi orang percaya, bisa dan seharusnya terus berubah, semakin baik dan sempurna (Lihat Roma 12:2). Na-mun mengubah citra diri tidak mu-dah. Orang sering sudah merasa nyaman dengan situasinya sehingga tidak mau berubah. Atau dia takut gagal karena itu tidak ada kemauan untuk berubah. Merasa tidak memi-liki modal untuk menjadi lebih maju. Atau, sekadar tidak ingin berubah. Ada yang merasa sukses bisa jadi tidak baik, atau curiga Allah tidak ingin dia sukses.
Bagaimana kita bisa memiliki citra diri yang positif? Karena Allah adalah Sang Pencipta dan Sang Kebena-ran, hanya kasih karunia-Nya yang akan memampukan kita berubah (Filipi 2:13). Kita perlu membangun hubungan yang akrab dengan Dia agar kita mengerti kebenaran ten-tang diri kita. Kasih karunia-Nya me-nolong kita ‘memilih’ berubah dan memiliki citra diri yang lebih positif. Berbagai teknik pengembangan diri seperti ‘visualisasi’ dan ‘afirmasi’ menolong, tapi kunci sesungguh-nya adalah relasi dengan Dia. Tuhan memberkati.
*Penulis adalah Partner Trisewu Leadership Institute.

 

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *