Menemukan Sumber Kekuatan Pemberdayaan–Oleh Lilis Setyayanti

(Ulasan dari buku “Proactive Visionary Leader” karya D’ Souza)

Oleh Lilis Setyayanti

 

Pada edisi yang lalu, saya membahas bagaimana ’start from within…’ adalah kunci pertama untuk memberdayakan diri sendiri sebelum kita sanggup memberdayakan orang lain.

Untuk mampu memberdayakan pengikutnya, seorang pemimpin harus mengerti rahasia “kekuatan perasaan” di dalam dirinya, apakah ia telah memiliki “harga diri” yang positif. Apabila  ia mengerti bahwa ia seorang yang inferior, rendah diri, yang tidak yakin pada “gifts of God”, di mana selama ini ia tidak memperkuat bakat dan kekuatannya, maka ia harus berjuang keras untuk mengubah diri sendiri lebih dahulu. Sebaliknya, seorang  pemimpin  yang bersedia mengambil tanggung jawab penuh, tidak menyalahkan pihak lain dan bersedia menanggung tugas organisasi, mampu mencerminkan harga diri positif yang kuat dan memancarkan kekuatan perasaan sehingga menularkan tanggung jawab untuk merealisasikan harapan dan tujuan organisasi dengan sepenuh hati.

Jean Monet menuliskan bahwa: “ Dunia ini terdiri dari  orang yang ingin menjadi seseorang dan orang-orang yang ingin menyelesaikan sesuatu,” orientasi yang sangat berbeda! Sayangnya, dalam kenyataan, ada pemimpin yang tidak sadar bahwa ia sangat BOSSY, pesannya secara implisit dan mungkin sekali tidak disadarinya adalah mengenai siapa saya: “Saya adalah seseorang yang… ….(somebody!), perhatikan SAYA pemimpin Anda yang hebat, punya keahlian, yang perlu Anda hormati!” Hal ini terjadi karena keinginan untuk menjadi seseorang lebih besar dibandingkan dengan tugas apa yang harus diselesaikannya! Sebaliknya  bilamana seorang pemimpin  mengerti nilai dan tujuan hidupnya, hal ini akan memancar dalam kepemimpinannya. Ada perasaan kuat yang bisa ditebarkan, yaitu kharisma seorang pemimpin yang konsisten, punya pengaruh dan kuasa untuk melakukan tugas.  Ia tidak merasa perlu  memperlihatkan dirinya adalah “seseorang”. Karena baginya, bertanggung jawab secara penuh adalah menjalankan tugas dengan kepribadian yang utuh, tidak setengah-setengah dan tidak terpecah-pecah!  Seorang pemimpin yang masih menikmati dirinya untuk disegani, diterima, dihormati sesungguhnya adalah  contoh pemimpin yang telah gagal dalam pemberdayaan awal!

Kekuatan kedua, seorang pemimpin harus  terus mampu memancarkan perasaan ”mampu”. Ia dituntut untuk mengenal dirinya, mengenal apa yang diyakininya, pikirannya,  dan mengerti sebagai seorang pemimpin ia dapat terus menimba sumber yang tidak terbatas dan tidak pernah habis yaitu menggali dan menambah pemberdayaan diri dari Sang Pencipta , pagi hari, setiap hari, sebagai saat terpenting, menemukan identitas dirinya, perannya, tugas dan tanggung jawabnya sebelum ia bertemu dengan orang lain. Akan tampak suatu kerendahan hati seorang pelayan Tuhan dan kesungguhannya menjalankan tugasnya yang menjadi kharisma yang tidak terkatakan.

Kekuatan ketiga adalah bagaimana kita mampu memberdayakan orang lain.  Apabila seseorang mampu mendengarkan sensitivitas suara tuannya, ia akan mengerti bahwa tugasnya adalah mengasihi sesama dalam pancaran kasih Allah yang ada di dalam keutuhan dirinya. Artinya, ia akan melayani untuk mengembangkan orang lain dan tidak lagi mempedulikan siapakah yang lebih besar  karena ia fokus pada tujuan panggilan dari tuannya. Ia akan membawa pengikutnya memvisualisasikan hasil yang akan dicapai! Menggambarkan secara jelas bagaimana arti kesuksesan dan apa yang akan dicapai, dan secara kosisten, terus-menerus menciptakan, membenahi, menginterprestasikan dalam layar mental dengan jelas sebagai hasil bukti kompetensi dari orang-orang yang dipimpin dan dikembangkan.

 

Kepercayaan diri untuk dapat mencapai hasil yang diafirmasikan secara berulang-ulang pada dirinya, akan menularkan keyakinan kepada semua rekan kerja, dan akan mengubah sikap, perasaan keyakinan diri kelompoknya terhadap keinginan untuk sukses, sehingga mengubah bagaimana mereka saling berhubungan dengan orang lain,dan bagaimana  mereka saling membantu mencapai hasil. Akibatnya, dalam organisasi akan terjadi tiga hal terpenting untuk memutarkan roda organisasi yaitu: pemberdayaan kekuatan keyakinan (belief),  semangat kesuksesan mencapai hasil (result from success) dan pemberdayaan kekuatan tindakan (actions). pemberdayaan

Pemberdayaan kekuatan keyakinan adalah sumber kekuatan bagi pemberdayaan kesuksesan untuk mencapai hasil dan mengubah tindakan pengikut secara menyeluruh.

Paulus menulis dalam Filipi 4: 8, “Pikirkanlah (fokuskanlah dan arahkanlah pikiranmu) pada apa yang baik dan benar. Pikirkanlah akan hal-hal yang murni (tulus, suci, utuh) dan indah (visualisasikan pada hasil yang berkemenangan, perjuangan yang kuat, berarti, nilai-nilai, misi, tujuan yang luar biasa baik ) dan memberikan  hal yang bernilai bagi orang lain. Pikirkanlah untuk selalu mengucapkan syukur dan pujian bagi Allah dan selalu bergembira dalam segala sesuatu.”  

Billy Graham mengatakan kunci kesuksesan seorang Kristen adalah pengendalian diri (self control) dan  disiplin diri (self discipline).(lihat www.youtube.com: Billy Graham: Say No!).

Seorang pemimpin harus mampu  mengendalikan pikirannya, membangun sikapnya secara sadar dan dengan sengaja mengajarkan diri untuk percaya dan fokus pada hal-hal yang positif daripada hal-hal yang negatif. Dalam hidup, seringkali kita dikondisikan oleh situasi negatif, berhubungan dengan orang-orang yang menyerap kekuatan diri kita, mengganggu pikiran, perasaan kita, sehingga menjadi rancu, jenuh, kecewa, melemahkan – sehingga masalah seolah-olah menarik kita sampai pada titik nol dan bahkan minus. Kita menjadi terdistorsi dalam melihat realita, kehilangan ketajaman pikiran, kejernihan perasaan damai dan ketenteraman, sehingga mempengaruhi kualitas pengambilan keputusan. Kita bingung mana yang benar-benar baik dan benar, pertimbangan kita lebih berdasarkan pada banyak asumsi dan perasaan daripada fakta kenyataan. Kita memiliki prasangka-prasangka buruk terhadap orang lain, kehilangan kepercayaan diri.

Pemimpin perlu mengenal siapakah Tuhan Allah yang ia percayai. Seperti apakah sifat-sifat-Nya, apakah maksud DIA merancang dunia dan saya, apakah maksudnya selalu baik bagi saya? Pemimpin yang percaya besandar penuh dengan suara dan janji Allah dalam Alkitab, akan mampu memberdayakan dan memancarkan kekuatan keyakinan dan efektif dalam pemberdayaan kekuatan keyakinan bagi seluruh organisasi dan membangun budaya kekuatan keyakinan bagi sesama! Seperti memetik sebuah hasil tuaian,  pemberdayaan diri seorang  pemimpin mencapai perkembangan yang semakin tinggi ketika ia berhasil menanam dan mengembangkan pemberdayaan bagi orang lain.

 

Filipi 4:13 “Segala sesuatu dapat kutanggung di dalam DIA yang memberi                    kekuatan padaku!”v

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *