Menemukan Kekuatan Pemberdayaan dari Dalam Diri –Lilis Setyayanti

Setiap pemimpin memiliki strategi agar pemberdayaan dalam suatu organisasi dapat berjalan secara efektif. Dr.John Edmund Haggai, pendiri Haggai Institute  memilih strategi pemberdayaan yang dikenal sebagai: “Begin from the Top, Start from within.”

Kunci strategi pemberdayaan pemimpin: “Start from within”… “mulailah  dari dalam diri!“ merupakan strategi yang sangat ampuh karena membuka kunci pertama pemberdayaan yaitu: Dari Dalam Diri Sendiri!

Kekuatan  Perasaan:

Pertama-tama, seorang pemimpin harus merasa dirinya berdaya! Mengapa? Karena siapa pun di luar dirinya, apakah itu ibu, ayah, istri atau suaminya, tidak dapat membuatnya efektif! Perasaan “mampu”, atau merasa diri berdaya, berarti memiliki keyakinan dalam DIRI Sendiri, percaya pada perasaan bahwa Anda  punya kendali, dan menjaga harga diri tanpa menghiraukan reaksi orang lain.

            Ada 3 (tiga) hal  yang membuat  pemimpin mampu memancarkan kekuatan perasaan yang  memberdayakan yaitu:

1. Memiliki harga diri yang kuat, mampu mengambil pilihan-pilihan dan keputusan berdasarkan nilai–nilainya sendiri dan bukan standar eksternal atau nilai yang disodorkan oleh orang lain.

Apabila Anda mengambil tanggung jawab penuh atas hidup Anda, maka secara sadar Anda menentukan pilihan-pilihan dan mengerti akan hal-hal sbb:

–          memiliki kesadaran  bahwa dalam setiap situasi ada pilihan-pilihan, betapa pun beratnya, betapa pun sulitnya namun harus mampu mengelola diri untuk menghadapinya

–          bagaimana saya hidup dan bertanggung jawab secara pribadi atas konsekuensi pilihan itu

–          bagaimana menjalani hidup dengan Harga Diri yang kuat secara proaktif bukan sikap korban reaktif

–          menjalani hidup dengan keberanian dan integritas pribadi yang tinggi; tegar secara mental, fokus, namun lentur secara emosional, kuat secara spiritual, penuh semangat dan gembira.

–          mengerti apakah yang menjadi prioritas hidup, apa yang paling penting bagi Anda, apa yang menjadi prioritas berikutnya.

2. Terus memelihara perasaan optimistik “saya mampu”, “saya bisa”, sekalipun orang lain mengkritik hasil karyanya. Karena itu seorang pemimpin perlu membangun kebiasaan untuk ‘mengkonfirmasi diri’ setiap hari sebelum ia bertemu dengan orang lain. Salah satu rahasia Father Dr. D’Souza yang terus mampu memancarkan kepercayaan diri dan masih up to date sekalipun sudah melewati 3 (tiga) jaman, apalagi  di usianya yang kini sudah lebih dari 80 tahun, adalah karena beliau memiliki kebiasaan untuk berdoa, bertemu dengan Sang Pencipta melalui tubuh dan darah  Kristus sebelum ia bertemu dengan orang lain. Kekuatan menemukan identitas dirinya sebagai pelayan Allah Pencipta, membawa kekuatan konfirmasi yang selalu baru. Beliau berkata:  “Saya mampu karena saya tidak sendiri. Saya mau untuk selalu memberikan diri saya dalam keadaan yang terbaik pada hari ini sebagai suatu persembahan yang hidup. Kalau saya tidak mampu, Tuhanlah yang akan menyelesaikan!”

 

Dalam buku “Proaktif Visionary Leader” halaman 108, Dr.D’Souza memberikan contoh: kalau seorang pria yakin dirinya sistematis, logis, analistis, dan teliti, ia sangat mungkin menjadi pemecah masalah yang andal dan tidak pernah mengabaikan detail. Keterbatasan yang membatasinya adalah: ia cenderung tidak fleksibel, mementingkan struktur, terlalu cepat mengambil kesimpulan, dan menolak informasi yang bertentangan. 

Bila seseorang wanita yakin dirinya intuitif, spontan, menyeluruh dan relativistis (tidak absolut, tidak mutlak kaku) kemungkinan besar dia mampu menangkap makna di balik suatu keadaan, mundur sejenak, dan melihat persoalan yang lebih luas. Keterbatasannya adalah bahwa dia sangat mungkin menjadi sangat impulsif, kurang membumi, dan tidak sabar terhadap struktur.

Keyakinan adalah sesuatu yang diterima sebagai pembenaran, tanpa memerlukan bukti yang mendukung, yaitu suatu pernyataan mengenai  kenyataan. Fakta yang kita buat untuk diri kita sendiri. Meskipun kita menganggapnya benar, keyakinan itu tidak selalu merupakan kenyataan.

Ada dua jenis keyakinan yang kita kenal, yaitu:

Keyakinan yang memberdayakan membangun perasaan positif:

– Saya dapat melakukan yang berbeda

– Mungkin ada cara yang lebih baik

– Selalu ada jalan keluar

 

Keyakinan yang melemahkan membangun perasaan negatif:

– Saya tidak dapat melakukan ini

– Ini mustahil

– Masa depan akan lebih buruk  

 

Keyakinan akan menubuatkan diri Anda : Bila Anda berpikir negatif, Anda cenderung bertindak negatif, mendapatkan hasil yang negatif, memiliki perasaan yang keruh, sedih, kecewa, marah, menyesal dan sebagainya. Perasaan yang negatif membangun pribadi yang lemah dan menghalangi inspirasi pemberdayaan!

            3. Pada akhirnya,  memiliki Harga Diri dan selalu memiliki percaya diri yang cukup untuk membangkitkan, mengembangkan dan membangun orang lain sekalipun bila kemampuan orang yang ditolong  tersebut dapat melebihi dirinya sendiri.

Untuk hal ini, akan saya bahas di seri reformata yang akan datang.v

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *