Pdt. Bigman Sirait
Pak Pendeta, kalau menurut hitungan-hitungan kita, Yesus datang ke dunia ini kurang-lebih 2.000 tahun silam. Bilangan ini tentu “kecil” jika dibandingkan dengan usia alam semesta atau sejarah peradaban umat manusia yang sudah berbilang jutaan tahun. Bahkan Yesus lebih “muda” dibanding Adam, Abraham, misalnya. Saya sering bertanya-tanya dalam hati, terutama pada saat-saat merenung di hari Natal begini: kenapa ya Tuhan baru hadir ke dunia ini 2.000 tahun silam. Di sini saya tidak dalam posisi menanyakan hal ini kepada Pak Pendeta, sebab saya pun sadar betul kalau ini adalah mutlak misteri Allah pencipta alam semesta. Yang ingin saya tahu adalah bagaimana pendapat Pak Pendeta tentang “pemikiran” saya di atas. Sekian dan salam hormat dalam suasana Natal.
Benget Parda
Pekanbaru
BENGET yang dikasihi Tuhan, bagaimanapun juga hal ini memang bisa jadi ganjalan dalam pemikiran kita. Pertanyaan “mengapa” selalu menggelitik untuk menemukan jawabannya. Mari kita coba telesuri dengan teliti. Berapa umur bumi, kita tak tahu, karena kitab Kejadian tidak menje-laskannya pada kita. Dikatakan dalam Kejadian 1:1, bahwa pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Kapan mulanya itu, tak jelas, tapi yang pasti setelah itulah baru kita mengenal konsep hari dalam tenggang waktu pagi dan petang. Nah, jadi kita tidak tahu umur bumi secara tepat, karena memang itu bukan pesan utama Alkitab. Hakekat bumi yang diajarkan pada kita adalah, bahwa bumi ciptaan Allah, milik Allah dan Allah-lah pemeliharanya yang berdaulat atas bumi. Yesaya 40: 22 mengatakan: “Dia yang ber-takhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang, Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman”. Dari penjelasan itu tahulah kita bahwa Allah menciptakan bumi ini bulat, dan betapa dahsyatnya Allah sang pencipta itu.
Sekarang bagaimana dengan manusia. Jelas pula bagi kita bahwa Allah jugalah pencipta manusia (Kejadian 1: 26). Allah mencip-takan manusia pada hari yang keenam. Nah, ini adalah sebuah waktu, namun tak jelas penangga-lan kita di kemudian hari bagaimana menghitung semuanya. Jadi tak heran jika soal waktu ini tak bisa juga kita pahami dengan tepat. Maksudnya, jelas Allah menciptakan manusia pada hari ke-enam, tapi yang jadi masa-lah adalah penanggalan manusia di kemudian hari.
Kita mengerti bahwa pe-nanggalan pada berbagai bangsa ada perbedaan. Ada yang berdasarkan per-hitungan matahari, ada pula bulan dan juga bin-tang. Sementara itu dalam silsilah di Alkitab (Matius 1), jelas di sana tidak bermak-sud secara umum, melain-kan pemaknaan rohani. Maksudnya yaitu, bahwa di sana ada beberapa keturunan yang tidak dica-tat, yang ada di kitab Raja-raja, karena kehidupan dosa mereka. Artinya Alkitab bukanlah bibliogafi lengkap melainkan pemak-naan yang lengkap dari sejarah manusia. Informasi Alkitab lebih dari cukup untuk kita memahami hakekat kejadian manusia, kejatuhan ke dalam dosa, perkembangannya setelah peris-tiwa air bah di jaman Nuh, hingga terbentuknya Israel, yang kemu-dian menjadi kerajaan. Bagaimana kerajaan itu terpecah, dan pada akhirnya rakyatnya menjadi orang buangan. Semua mengandung pe-maknaan rohani yang mendalam.
Tidak tercatat di Alkitab masa kekosongan antara pulangnya umat dari pembuangan Babel hingga kedatangan Yesus Kristus yang kemungkinan berlangsung sekitar 500 tahun. Ini sering disebut sebagai masa kegelapan. Kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia ada dalam perhitungan waktu yang lebih jelas. Apalagi era ini disebut sebagai tahun Masehi (perhitungan maju ke depan, sementara sebelum Masehi mundur ke belakang). Sementara pemahaman bahwa peradaban manusia berumur jutaan tahun adalah sebuah teori, artinya tak ada pengetahuan yang tepat tentang usia manusia.
Nah, soal mengapa Yesus baru datang kemudian, sekitar 2.000 tahun yang lampau, dan bukan lebih awal, ada penjelasan-nya. Ini bukanlah soal waktu 2.000 tahun atau lebih, tapi dengan jelas Alkitab memberikan kronologi yang menarik. Kejadian 1 dan 2, men-catat kehidupan manusia sebelum kejatuhan ke dalam dosa, nilai-nilai yang ada di sana. Lalu dalam kejadian 3, adalah kisah kejatuhan manusia ke dalam dosa dan akibat yang ditimbulkannya. Setelah itu disebut era patriakhal atau bapak beriman. Ini menjadi era pra-Tau-rat, di sana ada kisah Nuh, Abra-ham dan seterusnya.
Di kemudian hari generasi Abraham menjadi Israel melalui keturunan Yakub. Tetapi mereka menjadi budak di Mesir yang pernah diselamatkan Yusuf anak Yakub. Ketika umat Israel keluar setelah 430 tahun di Mesir, kisah ini dimulai dari kitab Keluaran. Lalu berlanjut dengan kitab Hakim-hakim, sebagai era para hakim-hakim, lalu kemudian berlanjut ke era raja-raja, sesuai tuntutan Israel atas seorang raja. Berikutnya para nabi-nabi yang menulis seturut dengan jaman mereka dan lokasi pelayanan mereka, yaitu Israel atau Yehuda.
Dari kisah ini semua jelaslah bahwa kedatangan Yesus Kristus justru tepat dari banyak aspek. Pertama adalah aspek sejarah, sehingga kita bisa melihat bagai-mana umat di Perjanjian Lama (PL) tak pernah mampu menjalankan tuntutan Tau-rat, mereka gagal beragama. Andai-kata Yesus datang pada masa Abra-ham apalagi sebelumnya, pasti tak dapat dipahami kepentingan kedata-ngannya ke dunia. Tapi karena DIA datang setelah kehancuran Israel, maka jelaslah tujuan dan penghara-pan Israel hanya pada Yesus Kristus.
Jadi sejarah Israel sangat penting untuk memahami makna kedatangan Kristus ke dunia. Yesus Kristus berkata bahwa Dia datang bukan untuk meniadakan Taurat melain-kan menggenapinya. Karena dalam kitab PL semua ter-dapat nubuatan tentang Yesus Kristus, kelahiran-Nya, tempatnya, situasi-nya, bahkan hingga kematian-Nya. Dengan itu kita me-ngerti semua makna peng-genapan itu. Jika saja Yesus datang lebih awal, kacaulah semua pemahaman kita. Ini juga sangat erat dengan pengharapan Israel akan kedatangan Mesias, namun mereka gagal mengerti, bahkan menyalibkan Yesus. Namun jangan lupa di sana pula terpilihlah Israel sejati yang diwakili para rasul dan orang Yahudi yang menjadi pengikut Yesus Kristus.
Jadi, sekali lagi, kehadiran Yesus Kristus 2.000 tahun lalu, tepat, sehingga dengan sejarah yang lengkap seharusnya kita mengerti. Itu sebab bagi yang me-nolak Yesus tersedia neraka tidaklah semena-mena, melainkan tepat dalam konteks informasi yang cukup. Sebalik-nya mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan patut amat kita syu-kuri dengan melihat sejarah betapa banyaknya jumlah mereka yang gagal. Di sisi lain, dari segi penanggalan yang ada waktu sudah lebih canggih, dan juga lalu lintas hubungan Asia dan Eropa sudah terbentuk. Artinya, dengan memahami secara jeli, tidak ada yang kebetulan, bahkan sebalik-nya ketepatan yang luar biasa.
Nah, Benget yang dikasihi Tuhan, alangkah menyenangkan Natal dalam pemaknaan yang tepat. Cobalah pikir, perintah sensus oleh Kaisar Augustus justru menjadi jalan Maria dan Jusuf ke Betlehem. Hamilnya Maria meng-akibatkan mereka terlambat tiba di Betlehem sehingga mereka tidak kebagian tempat penginapan. Lalu Raja Herodes Agung, si maniak itu, berniat membunuh bayi Yesus, sehingga Maria dan Yusuf lari ke Mesir. Semua peristiwa itu menggenapi nubuatan kitab para nabi, dan juga menggambarkan keberpihakan Allah kepada orang lapis bawah. Dan itulah semangat Natal yang sesungguhnya. Luar biasa ya. Akhirnya selamat mempersiapkan diri menyongsong Natal, Tuhan memberkati.v