Waspada Kesempatan Dari Setan

“Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!” (Yakobus 4: 7-8)

Betapa jelas apa yang Yakobus ungkapkan dalam pernyataannya itu, bahwa umat Tuhan wajib hukumnya melawan iblis dan lebih mendekatkan diri pada Allah. Bukan sebaliknya, malah takut kepada Iblis lalu menjauh dari Allah. Hal ini sangat berbahaya, takut kepada setan itu sejatinya bukanlah sifat orang beriman. Takut pada setan merupakan tindakan yang justru melawan Tuhan. Membuat orang diperbudak olehnya. Penting menyadari posisi sebagai orang yang kenal Tuhan yang bisa memainkan peran secara utuh, sekaligus menjadi orang yang tidak takut pada setan. Sebagai orang yang sudah mengenal Tuhan seharusnya tidak ada ruang yang membuat kita takut pada setan, apalagi sampai berkompromi terhadap anjuran setan. Tak kalah penting lagi adalah mengerti bagaimana cara setan bekerja.

1. Setan Membangun Ketidakpastian.

Salah satu cara kerja setan adalah membangun ketidakpastian dalam hidup seseorang. Ketidakpastian itu dimanfaatkan setan untuk berbisik bahwa kita harus punya uang banyak. Maka cara yang dibisikan setan untuk “menjawab” ketidakpastian ini adalah dengan, “korupsilah, babat lawan-lawanmu, karena mereka berbahaya!”.

Ya, itulah setan yang sengaja mengobral rayuan kenikmatannya untuk mempengaruhi manusia yang memang membutuhkan sebuah kepastian di kehidupan. Ketidakpastian di jawab setan dengan memberikan sebuah kepastian palsu. Sepertinya cara-cara itu menjanjikan sebuah kepastian, tapi pada akhirnya justru bermuara pada keberdosaan yang menghasilkan maut sebagai buahnya.

Kepastian sejati tak ada tandingnya. Kepastian sejati hanya ada di dalam Yesus. Dia-lah kepastian itu. Hanya takut akan Dia yang bisa memberi kepastian. Bukan saja saat ini tapi juga di hidup setelah kematian nanti. Sebuah kehidupan yang saat ini seperti masih tersembunyi, menjadi misteri untuk dirasai di kemudian hari. Untuk itu jangan pernah mau beli barang palsu dari setan.

2. Setan Tawarkan Relativisme

Menghindarkan orang dari kemutlakan, setan menawarkan relativisme. Apa itu relativisme? Relativisme adalah paham yang mengatakan tidak ada sesuatupun yang mutlak, termasuk Alkitab, Firman Tuhan. Kebenaran dianggap sesuatu yang sangat relatif. Sekarang bisa benar, tapi besok belum tentu. Gereja bisa benar, tetapi di waktu mendatang juga bisa salah. Relativisme melihat gereja ada benarnya, karena mewariskan pemikiran-pemikiran yang hebat. Tapi gereja juga salah ketika membunuh ilmuwan hebat seperti Galileo Galilei, yang berkata bahwa bumi ini berputar.

Dalam mengukur sebuah tindakan pun relativisme tidak pernah tegas. Misalnya menilai tindakan membunuh sangat relatif dan sangat situasional. Tergantung siapa yang dibunuh. Maka membunuh orang yang brengsek bisa dibenarkan. Mencuri, juga belum tentu dosa, karena tergantung situasi. Mencuri menjadi “halal” kalau situasi dan kondisinya membuat dia terpaksa melakukan. Daripada mati kelaparan, mencuri jadi diperbolehkan. Itulah relativisme.

Sepertinya sangat menarik tawaran dari setan. Kalau orang tidak mau takut dan tunduk kepada Tuhan, maka akan mudah tunduk kepada setan, mengikuti apa yang setan tawarkan. Relativisme ini sehingga tidak ada kemutlakan. Relativisme menawarkan, anda bisa berbuat dosa. Dan dosa itu bisa benar, bisa salah, tergantung tatanan dan ukuran yang diciptakan.

3. Setan Tawarkan Kesempatan

Salah satu kecerdikan setan adalah memutarbalikkan perbuatan dosa menjadi kesempatan. Seolah-olah apa yang setan tawarkan adalah sebuah kesempatan. Setan seperti berkata, dengan korupsi adalah kesempatan untuk menjadi kaya. Telikung sana-sini, adalah kesempatan untuk punya kesempatan menduduki kursi jabatan. Setan akan menawarkan banyak hal dan menyebutnya kesempatan, termasuk pesta pora dalam dosa. Seakan-akan kalau tidak ikut itu kita akan habis. Kaya, punya jabatan tinggi, memang tidak salah, tetapi yang tak kalah penting adalah bagaimana cara meraih dan menjalaninya.

Mungkin kesempatan jauh dari kita. Atau kejujuran mungkin membuat kita disingkirkan, dan tidak disukai. Tetapi percayalah, Tuhan pasti menolong, menuntun dan membela kita. Ketika kita merasa takut akan hari esok, takut sakit itu sesuatu yang wajar. Tetapi Tuhan berkata: “Jangan takut, serahkan takutmu kepada-Ku. Serahkan khawatirmu kepada-Ku.”

Takut dan khawatir yang terus dipelihara akan membunuh keberimanan seseorang, membuat setan tumbuh subur dalam hidup kita. Jangan hina dirimu dengan takut pada setan. Dengan takut pada setan justru kau mengatakan bahwa Tuhan tidak hidup. Lawan setan itu, maka bahagialah hidupmu karena kau merdeka. Lawan relativisme, bangunlah struktur kebenaran kemutlakan, dan taklukkan dirimu ke sana.
Dan kemutlakan itu adalah Firman Tuhan itu. Kadang, melakukan ajaran Tuhan itu berat. Bayangkan, kita disuruh berdoa buat musuh. Padahal kita ingin menghajar dan menghabisi musuh, tapi firman Tuhan menyuruh kita memberkati musuh. Sungguh sulit. Maunya kita menangkap dan hancurkan musuh. Itu anjuran setan. Semangat takut akan Tuhan harus dikembangkan yang membuat kita berpikir ratusan kali kalau mau berbuat dosa. Dan akhirnya kita selamat dengan tidak berbuat dosa, karena tidak takut kepada setan yang menawarkan berbagai kemungkinan.

(disarikan kembali oleh Slawi)

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *