Pendeta. Bigman Sirait: Berkorban Karena Kasih

Pdt. Bigman Sirait. —DALAM Yohanes 1: 19-28, Yohanes memberitakan bahwa dia bukan Elia. Dia juga bukan Yang Diutus. Dia bukanlah Kristus Yesus itu. Itu menjadi prinsip penting tentang apa yang harus dikatakan Yohanes.

Di sini kita melihat bahwa Yohanes tidak mau mengambil sedikit pun keuntungan dari pemberitaannya, tetapi mampu menempatkan diri tentang apa yang harus diberitakan tanpa menambah atau menguranginya. Sekarang dia akan membicarakan tentang Kristus Yesus. Ketika melihat Yesus dia berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia.” (29-34). Ketika itu Yohanes dan murid-muridnya berkumpul, danYesus berjalan di sana. Kita akan segera mengerti kalau istilah “Anak Domba” itu mengacu kepada Yesus Kristus. Anak Domba menyangkut kepada Dia yang berkorban untuk kita. Tetapi pada konteks saat itu, istilah Anak Domba tentu tidak bisa segera dimengerti sebagaimana kita saat ini. Dalam Perjanjian Lama (PL) gambaran tentang anak domba muncul waktu Abraham mempersembahkan Ishak. Abraham berkata bahwa ia harus memper-sembahkan korban anak domba, tetapi tidak ada, lalu siapa? Maka dipersembahkan-nyalah Ishak. Dan itu yang Tuhan minta. Dalam pergumulannya, Abraham berkata, “Aku percaya Tuhan bisa membangkitkan orang dari kematian”. Dan itu dipersaksikan dalam Ibrani. Jadi, Anak Domba Allah yang harus dikorbankan itu diekspresikan pada anak domba yang harus jadi korban. Tetapi ini harus dipahami, bahwa anak domba yang dikorbankan itu tidak pernah meminta agar dia dikorbankan. Lagi pula dia tidak bisa menolak, karena dia hanyalah seekor hewan domba saja. Lalu dalam peristiwa ketika orang-orang Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian, kembali anak domba menjadi simbol daripada keselamatan itu, karena anak domba dipotong lalu darahnya dibuat menjadi tanda di tiang-tiang rumah orang Israel. Maka ketika kematian datang dan membunuh anak-anak Mesir, hal itu tidak terjadi pada anak-anak Israel. Pada masa Abraham, anak domba simbol pengorbanan Ishak. Dalam peristiwa Israel keluar dari Mesir, anak domba jadi simbol dari keselamatan. Ketika orang Israel sampai di Tanah Perjanjian, dalam tata ibadah, domba menjadi penting, karena menjadi bagian dari penebusan dosa. Maka waktu itu sangat banyak domba yang disembelih karena banyaknya dosa orang Israel. Tapi ketika Yohanes Pembaptis berkata, “Inilah Anak Domba Allah…”, orang-orang tidak segera mengerti apa maksud Yohanes. Mereka tidak bisa membayangkan anak domba Allah yang dimaksud Yohanes apalagi menghubungkannya dengan Yesus. Jangan lupa, waktu itu sangat sedikit orang yang mengenal siapa Yesus. Murid-murid-Nya pun tidak semua mengenal siapa Yesus, bahkan ketika Dia disalib. Setelah Dia bangkit pada hari yang ke-3, barulah mereka mengerti apa yang dikatakan-Nya. Waktu Yohanes berkata, “Inilah Anak Domba Allah”, dia bicara tentang sesuatu yang sulit dipahami. Tetapi di dalam kesulitan memahami itu Yohanes justru membuka sebuah pemahaman baru, yang harus dimengerti orang Israel, yang harus mengerti siapa Kristus. Satu pihak sulit dipahami, tetapi di lain pihak harus dipahami, karena itulah jalur keselamatan itu. Sehingga istilah “anak domba” dengan segera menolong mereka untuk mengerti tentang arti penebusan. Tapi, bahwa istilah itu mengacu pada Kristus, mereka tidak mengerti secara utuh. Itu baru akan disingkap secara perlahan. Mengorbankan diri-Nya Kalau mengacu kepada Kristus sebagai anak domba Allah, Kristus bukanlah domba yang dikorbankan, karena Kristus adalah korban yang mengorbankan diri-Nya. Dia adalah Anak Domba yang memberikan diri-Nya. Dari sini kita melihat pergumulan Yesus di Taman Getsemane sangat penting. Saat itu Dia berdoa, “Jikalau boleh cawan ini boleh lalu dari pada-Ku, tetapi bukan kehendak-Ku, kehendak-Mu-lah yang jadi.” Domba tidak pernah bisa meminta atau menolak ketika dia dijadikan korban penebusan dosa. Tetapi Yesus bisa saja menolak kalau Dia mau. Tapi Dia rela. Di sinilah kita mengerti bahwa kasih pengorbanan Kristus di kayu salib bukan sekadar karena Dia mati, tetapi Dia mau mati dalam kedaulatan untuk bisa memilih untuk tidak mati. Yesus rela mati meski tidak punya kewajiban untuk mati. Yesus bisa menolak untuk mati, tetapi Dia mau. Di sinilah kita mengerti kasih yang besar itu. Ini beda dengan domba, yang tidak meminta tetapi juga tak bisa menolak. Dia dikorbankan untuk apa yang dia tidak lakukan. Tetapi sebagai simbol korban ia mirip, karena sama-sama kor-ban. Tetapi Yesus lebih agung dari nilai karena Dia memilih sendiri dalam kerelaan untuk menjadi korban. Waktu Yohanes berkata, “Lihatlah anak domba Allah”, dengan segera sebuah pemahaman besar dan luar biasa sudah dikumandangkan kepada seluruh Israel supaya mengetahui bahwa Dialah Anak Allah itu. Gambaran Kristus sebagai Anak Domba Allah bisa kita lihat dalam Yesaya 53, yang menceritakan bagaimana Kristus Tuhan itu, sang Tunas itu, sang Taruk itu akan dianiaya disiksa di kayu salib. Dan kemudian Paulus juga dengan jeli menangkap dan membicarakannya dalam 1 Kor 5: 7 “Dialah Anak Domba yaitu Yesus Kristus yang disalibkan”. Maka Paulus menangkap terang Yesaya 53. Dan di tengah-tengah itulah Yohanes berdiri mengatakan siapa Yesus. Tetapi ingat, waktu itu pengertian tentang Yesus Kristus sang Anak Domba Allah, tidak seutuh yang kita pahami sekarang. Karena waktu itu murid-murid saja masih banyak yang salah mengerti tentang siapa Yesus. Jadi dalam memahami Alkitab, kita perlu melihat konteks pada waktu itu. Jangan membaca secara konteks kita saat ini. Oleh karena itu, di satu sisi kita ini adalah orang yang sangat beruntung karena mengerti Alkitab dengan utuh: punya Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB). Mestinya kita lebih unggul dari orang-orang di jaman PB, dan mestinya melayani lebih hebat, karena kita lebih banyak tahu. Tetapi ternyata kita kalah dari mereka. Dibanding dengan semangat jemaat mula-mula, kita payah. Dan ini menjadi pembelajaran penting bagi kita, bagaimana seharusnya hidup dalam semangat pengabdian kepada Tuhan. (Diringkas dari kaset khotbah oleh Hans P.Tan)

REFORMATA, TABLOID KRISTEN BERWAWASAN NASIONAL,

MENYUARAKAN KEBENARAN DAN KEADILAN.

dibawah asuhan,Pemimpin Umum :Bigman Sirait;Pemimpin Redaksi :Victor Silaen

 

Redaksi: WISMA BERSAMA

Jl. Salemba Raya No. 24B, Jakarta Pusat 10430

Telp: +62 21 392 4229 (Hunting), Fax: +62 21 314 8543

www://reformata.com

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *