
Dalam doa Bapa Kami yang diajarkan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya, dikatakan: “Janganlah membawa kami kedalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat” (Matius 6:13). Tetapi di bagian Alkitab lain khususnya Yakobus 1:2, berkata: “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh kedalam berbagai-bagai pencobaan”.
Pertanyaan saya:
1. Apa yang dimaksud dengan pencobaan yang diajarkan Tuhan Yesus, maupun
pencobaan yang disampaikan Yakobus?
2. Bagaimana mungkin orang bisa berbahagia, saat jatuh dalam pencobaan?
3. Tuhan Yesus mengajarkan, janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi Yakobus seakan-akan bangga kalau kita jatuh dalam pencobaan. Yang benar ajaran Tuhan Yesus atau Yakobus?
Terimakasih untuk penjelasannya
James
Di Bogor
Sebuah pertanyaan yang menarik, mari kita ulas hingga tuntas. Dalam Doa Bapa kami, kalimat yang disampaikan singkat tapi dalam ajaran sangat padat dan tepat menggambarkan sikap iman orang percaya dalam relasinya dengan Tuhan. Doa yang tidak berpusat pada diri melainkan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Salah satunya adalah permohonan janganlah membawa kami kedalam pencobaan. Apa yang dimaksud oleh Tuhan Yesus dalam bagian ini? Dan apa pula yang seharusnya menjadi pemahaman orang percaya atas bagian ini? Ada beberapa hal yang harus kita pahami disini.
Pertama, permohonan ini bukanlah berarti bahwa Tuhan yang akan membawa kita ke dalam pencobaan, sehingga kita harus memohon jangan dibawa ke dalam pencobaan. Kata Yunani Peirasmos yang berarti pencobaan mengandung dua sifat. Ini bisa berarti mencobai atau menguji. Jika digunakan menunjuk kepada apa yang dikerjakan Tuhan Yesus, ini berarti menguji agar iman kita teruji dan semakin murni. Untuk ini memang kita butuhkan dalam proses pertumbuhan iman. Contoh dalam Kejadian 17, Abraham dicobai oleh Allah untuk tujuan baik, pertumbuhan imannya. Tentu kita tak ingin dijauhkan dari hal itu. Namun apabila menujuk kepada apa yang dilakukan setan, maka ini adalah usaha mencobai agar membuat manusia jatuh kedalam dosa. Jadi kata yang sama, pencobaan, bisa berarti baik, namun juga bisa berarti jahat, tergantung pada pemakaiannya. Sekarang kita jelas dulu pada arti pencobaan atau pengujian, yang bisa dipakai bergantian dan maknanya tergantung dikenakan pada pelakunya siapa?
Kedua, permohonan agar dijauhkan kedalam pencobaan bukan berarti hidup tidak akan ada pencobaan, melainkan kuat dalam pencobaan. Jangan membawa kami kedalam pencobaan artinya, jika pencobaan datang, kita memohon kekuatan dari Tuhan agar tidak menjadi berdosa kepada Nya. Jadi dalam hal ini jelas sekali kita harus memohon kekuatan dari Tuhan untuk menghadapi pencobaan, sehingga kita tetap kuat dan benar dihadapan Nya. Tuhan Yesus sendiri dibawa oleh Roh kepadang gurun untuk dicobai (Matius 4:1). Jelaslah, bahwa pencobaan merupakan bagian dari perjalanan iman Kristen. Pencobaan yang datang tidak melebihi batas kemampuan kita, kata rasul Paulus (1 Korintus 10:13). Namun kita seringkali lengah dan tidak setia kepada perintah Tuhan. Karena itulah kita perlu berdoa memohon agar dikuatkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Ketiga, pencobaan yang dimaksud juga berlaku ganda, tak hanya di kehidupan sehari-hari, tapi juga menunjuk kepada akhir jaman. Dalam Doa Bapa kami dikatakan, janganlah membawa kami kedalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Ini adalah permohonan yang progresif agar kita terhindar dari situasi sangat sulit di kedatangan Yesus Kristus kedua kali untuk menghakimi dunia. Kesulitan yang bisa menimpa kita yang tidak sungguh-sungguh dalam mengikut Dia. Jadi dengan Doa ini kita terus menerus diingatkan dalam persekutuan kita dengan Tuhan, sekarang dan akan datang. Dia yang empunya Kerajaan, dan Kuasa, dan Kemuliaan sampai selama-lamanya. Dialah Alfa dan Omega, yang menyertai kita sekarang dan selamanya. Maka sudah semestinya kita memohon kekuatan kepada Nya dalam menghadapi godaan jaman.
Sementara pertanyaan tentang bahagia dalam pencobaan apakah bisa? Tentu saja bisa, bahkan tidak bisa tidak! Jika jatuh dalam pencobaan itu kesedihan, karena berarti kegagalan dalam beriman kepada Tuhan. Sementara pencobaan yang bisa dilalui itulah kebahagiaan, karena merupakan wujud kemenangan iman. Jangan lupa, karena Tuhan telah memberi kita kekuatan, sehingga tidak alasan untuk jatuh. Namun kita seringkali lebih mencintai tawaran dunia sehingga tergoda dan gagal hidup benar. Dalam Kisah 5:40-41, para rasul disesah (pencobaan) karena memberitakan Injil. Apakah mereka menangis, berkeluh kesah? Tidak!Justru sebaliknya, pencobaan yang menyakitkan itu mereka sambut dengan gembira (bahagia) karena dianggap layak menderita karena Nama Yesus. Begitu juga dengan rasul Paulus yang merasa bersukacita karena boleh menderita dalam melayani Tuhan. Ya, bersukacita karena menderita, apakah mungkin? Disinilah letaknya keunggulan iman Kristen yang sudah semestinya kita warisi dan jalani. Orang percaya hanya berduka jika dia hidup tidak benar, tidak sesuai dengan ketetapan Tuhan, dan bukan karena penderitaan. itu sebab dikatakan bersukacitalah senantiasa, termasuk dikala duka. Karena Tuhan dan bukan diri.
Bukankah Tuhan Yesus sendiri berkata, jika kita mau mengikuti Dia harus sangkal diri, pikul salib, dan mengikut Dia. Artinya, pencobaan akan datang silih berganti. Lupakan kenikmatan diri, berani memikul salib dan berjalan dijalan Nya. Tapi jangan juga lupa bahwa pencobaan yang ada tidak melebihi batas kemampuan kita. Karena itu tidak ada alasan untuk berkeluh kesah. Yang kita perlukan adalah iman dan kesetiaan. Imam Agung besar kita, Yesus Kristus, sama seperti kita dicobai tapi tidak berbuat dosa. Begitulah kebahagian didalam pencobaan yaitu apabila kita tidak jatuh dan tidak berbuat dosa.
Jika kita bahagia karena sehat, kaya, maka seluruh manusia dikolong langit ini juga begitu. Maka, apa keunggulan iman Kristen berbanding non Kristen? Keunggulan iman Kristen karena tetap bersukacita sekalipun sakit atau miskin. Jadi, ajaran Tuhan Yesus dan Yakobus sama sekali tidak bertentangan, bahkan sebaliknya sejalan dan saling melengkapi. Hanya saja, dengan mengambil contoh sepotong sepotong dan lepas dari konteks seringkali isi Alkitab tampak saling bertentangan. Namun jika kita membacanya utuh dalam konteks yang dimaksud, maka yang kita temukan justru merupakan kekuatan berita yang saling melengkapi dan sempurna. Alkitab memang luar biasa. Adanya salah paham bukan karena berita di Alkitab, melainkan penggaliannya oleh umat sehingga bisa salah paham.
Akhirnya, biarlah jawaban ini boleh menjadi berkat bagi kita semua. Terpujilah Tuhan sumber bahagia.