Takut Akan Allah – Sikap Yang Utama

'Takut akan Allah' dan variasi istilah ini adalah salah satu konsep yang utama dalam Alkitab. Statistik penggunaannya di Alkitab, paling tidak disebut 300 kali, mengindikasikan hal ini. Belum dampaknya kepada orang yang memiliki sikap yang dimiliki oleh orang percaya ini dibandingkan dengan yang tidak memiliki. Untuk takut Tuhan yang Alkitab maksudkan, tentu seseorang harus tahu akan Tuhan dan selanjutnya mengenal Tuhan. Sebaliknya orang yang tidak kenal Tuhan tidak akan takut Tuhan seperti seharusnya. Dan orang yang tidak takut Tuhan tidak akan melakukan kehendak-Nya.

Perjanjian Lama berbicara dua kategori orang yang takut akan Tuhan. Kelompok pertama adalah mereka yang takut akan Tuhan dengan perasaan ketakutan (misal, 1 Sam 11:7). Mereka mengantisipasi malapetaka menimpa hidup mereka segera. Mereka mencoba bersembunyi di goa-goa untuk lari dari hari Tuhan dan penghakiman-Nya (lihat Yesaya 2:10). Kelompok kedua adalah orang yang memiliki sikap takut akan Tuhan dihubungan dengan memiliki hal-hal seperti memiliki hikmat, pengetahuan, hidup panjang, dsb (Amsal 1:7; 10:27; dsb.).

Yusuf adalah satu tokoh Alkitab yang terkenal memiliki sikap takut Tuhan yang sehat itu. Karena takut Tuhan, dia tidak mau diajak berzina oleh istri Potifar, tuannya. Karena sikap takut Tuhan Yusuf tidak mau berdosa kepada Tuhannya seperti terungkap dari seruannya ketika dia menolak permintaan nyonya Potifar itu: "Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" (Kejadian 39:9b). Dan kita tahu setelah perjalanan hidup dengan segala suka-dukanya, Yusuf diangkat Tuhan menjadi orang kedua di Mesir setelah Firaun saja (Kejadian 41). Banyak berkat lain yang Tuhan curahkan kepada Yusuf sehingga dia juga menjadi berkat besar bagi keluarganya, bangsa Mesir dan bangsa Israel dan bagi dunia. Dan, lebih penting lagi, takut Tuhan membawa orang kepada keselamatan dan kehidupan kekal.

Apa sebenarnya 'takut akan Tuhan' itu? Bisa kita katakan takut akan Tuhan adalah salah satu sikap manusia, sikap yang menghormati Allah dengan kerendahanhati, sesuai dengan penyataan diri-Nya, dan menghasilkan ekspresi keluar menjadi serupa Kristus. Seperti definisi sikap umumnya, disini ada aspek kognitif yaitu pengenalan akan Allah, ada aspek afektif yaitu rasa hormat, kagum dan kasih dengan kerendahan hati kepada-Nya, dan aspek konatif, yaitu kecenderungan melakukan perbuatan yang sesuai, yaitu taat kepada kehendak dan perintah-perintah-Nya dan berperilaku seperti Kristus. Ketiganya saling berhubungan erat. Ketika kita semakin mengenal Allah sebagai Allah dengan segala atribut-Nya, maka tidak bisa tidak kita memiliki hati yang semakin mengagumi Dia, dan semakin kita mau melakukan kehendak-Nya dan meneladani Kristus, yaitu Allah yang telah menjadi manusia itu.

Sebuah membuku menjelaskan 'takut akan Tuhan' sebagai suatu spektrum sikap dari satu sisi takut terancam akan Allah, ngeri, gentar, kagum, terpesona, hormat, devosi, percaya hingga takut yang menyembah Allah. Dalam semua agama, manifestasi ilahi menghasilkan emosi yang kuat, seringkali dalam bentuk panik dan teror.

Ketika kita takut terancam maka kita menyembunyikan diri dari Allah. Kita orang yang kotor, berdosa; tampak demikian di hadapan Allah yang kudus dan adil; kita wajar takut akan hukuman-Nya. Takut yang demikian membuat kita menjauh dari Tuhan.

Takut teror akan Allah yang demikian akan memudar semakin kita semakin mengenal Allah kudus adil ternyata juga Allah yang mengasihi manusia. Kasih Allah yang besar itu utama ditunjukkan dengan mengirimkan Anak-Nya yang tunggal untuk melawat manusia dan menanggung dosa manusia melalui Salib. Orang yang tidak mengenal Kristus, rasa takut itu tentu bertahan, bahkan semakin menjadi-jadi ketika semakin dekat dengan kematian. Namun ketika orang menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, maka rasa takut itu berubah menuju percaya dan penyembahan kekaguman kepada Allah yang besar, kudus dan kasih itu. Dan takut akan Allah yang 'positif' ini membawa orang kepada ketaatan kepada kehendak Allah. Karena Allah itu kudus, maka orang yang takut akan Tuhan hidup kudus. Dia akan mencari kehendak Allah dan melakukannya dalam hidupnya.

Takut akan Allah dikatakan sebagai permulaan dari pengetahuan (Amsal 1:7). Berarti orang yang takut akan Allah akan berkembang menjadi orang yang berpengetahuan dan berhikmat. Namun perubahan sikap juga dimulai dari pikiran, karena itu untuk takut Tuhan, seseorang harus semakin tahu dan mengenal Tuhannya. Anugerah Allah saja yang mengerjakan perubahan itu. Karena itu satu kunci untuk bertumbuh dalam takut akan Tuhan, adalah belajar dan merenungan Firman Tuhan. Tentu saja mengenal Tuhan bukan sekedar tahu akan Tuhan, tapi mengalami Tuhan. Kita juga perlu berdoa secara teratur agar Tuhan memberi kita hati yang takut akan Dia dan hidup dari waktu ke waktu dalam kehadiran-Nya. Tuhan Yesus memberkati!

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *