Menolong Teman Yang Krisis Iman

Pdt. Bigman Sirait

Reformata.com – Bapak Pengasuh yang kami hormati, perjalanan seseorang untuk mengikut Kristus tidak selamanya mulus. Persoalan sering membuat mereka meninggalkan imannya. Saya memiliki seorang sahabat yang sedang dilanda persoalan beruntun, dan membuatnya begitu down. Dia marah kepada Tuhan dan tidak ingin pelayanan bahkan ikut ibadah di gereja. Atas kondisi itu, saya ingin bertanya: 1) Apakah sahabat saya sedang mengalami krisis iman yang berat? 2) Peristiwa yang terjadi dalam keluarganya secara beruntun membuat dia marah kepada Tuhan. Apakah dengan membiarkan dia tidak ke gereja/tidak terlibat melayani saat ini, adalah cara yang baik untuk dia bisa tenang sejenak?  3) Dia menjadi begitu pesimis dengan semua yang dia lakukan. Apa yang harus dilakukan untuk menolong dia, baik secara pribadi maupun komunitas?
Hanni Herlina
Bogor

HANNI  yang dikasihi Tuhan,  apa yang Anda tanyakan sungguh cerminan sebuah kepedulian yang kristiani. Jalan hidup memang tak selalu mulus, dan Alkitab memang tak pernah menjanjikan hal itu. Namun semakin hari memang semakin banyak khotbah yang sangat menina-bobok-kan. Menggambarkan hidup bersama Tuhan itu mulus tanpa pergumulan. Bahwa orang percaya akan menjadi kaya dan selalu sehat. Inilah yang dipahami kebanyakan orang Kristen sehingga menjadi rentan terhadap berbagai kesulitan hidup, yang biasa kita sebut pencobaan. Padahal fakta Alkitab bercerita lain. Yesus Kristus sendiri berkata dengan jelas, bahwa mengikut Dia berarti menyangkal diri, dan memikul salib. 
Paulus sebagai rasul Kristus berkata kepada jemaat di Filipi (1: 29), bahwa kepada orang pilihan dianugerahkan bukan hanya percaya tetapi juga menderita untuk Kristus. Lalu di Korintus jelas pula dikatakan bahwa pencoban-pencobaan yang terjadi tidak melebihi batas kemampuan diri (1 Korintus 10: 13). Artinya jelas kita akan mengalami berbagai pencobaan. Banyak atau sedikit, berat atau ringan, adalah terjemahan kita sendiri. Yang pasti tidak melebihi kekuatan diri untuk menanggungnya.
Dalam perjalanan beriman Alkitab juga mencatat keguncangan yang dialami oleh para nabi dan rasul. Ingat betapa tertekannya Musa dengan perilaku Israel dan kebingungannya dalam bersikap sebagai pengantara Tuhan. Dalam tekanan yang terasa berat bahkan Musa berbuat salah dengan memukul batu, padahal perintah Tuhan jelas agar Musa berbicara pada batu itu. Akibatnya Tuhan menghukum Musa hingga tiba hanya di gunung Nebo, dan tidak menjejakkan kaki di Tanah Perjanjian. 
Lalu kisah Elia yang juga kecewa dengan hasil pelayanannya, ketika melihat Israel tak juga bertobat, padahal ratusan nabi Baal sudah dikalahkan. Tentu sangat jelas juga kisah penyangkalan Petrus bagi semua kita bukan. Begitu juga tokoh Alkitab yang lainnya. Jadi yang pertama, adalah lumrah pergumulan keimanan dalam kehidupan orang percaya, termasuk ketidakberdaya-an menghadapinya. Terjadi sebuah krisis keberimanan. Tetapi juga ingat, semua berlangsung dalam sebuah periode yang selalu diakhiri dengan gegap gempita keme-nangan, yang pada akhirnya se-makin memperkokoh keimanan orang percaya.
Soal yang kedua bahwa dia tidak ingin terlibat dalam pelayanan, sangat situasional. Itu sah-sah saja sebagai suasana untuk cooling down. Tapi berhenti kegiatan pelayanan tidak sama dengan menghentikan persekutuan de-ngan Tuhan. Karena itu dalam masa jeda pelayanan tadi harus diikuti dengan pendampingan. Sebagai seorang sahabat, Anda bisa memainkan peran yang maksimal bagi dia. Jangan membiarkannya hanyut dalam kesendirian karena itu kurang baik bagi dirinya. Dia bisa semakin tenggelam dalam pergumulannya, dan semakin sulit untuk keluar dari sana. Jadi pendampingan itu sangat penting, sekalipun mungkin dia sangat pasif atau cenderung menolak. Namun sebagai orang yang lebih tenang dan lebih kuat (paling tidak di situasi itu, karena tidak dalam tekanan khusus), kita harus memahami kondisinya, berempati dan tidak meninggalkan dia sendirian.   
Dalam pendampingan, kita perlu terus mengingatkan dia akan fakta bahwa banyak hal lain yang patut disyukuri dalam hidup ini. Semua yang sudah Tuhan berikan. Mengajak seseorang untuk menghitung kasih Tuhan sangat menolong untuk kita bersyukur. Dan bersyukur akan menjadi energi bagi diri untuk berdiri dalam menghadapi persoalan hidup ini. Yang berikut, jelaskan pada rekan kita kebenaran beriman, yaitu bahwa Tuhan tidak pernah menjanjikan hidup yang tanpa persoalan. Sehingga dia diingatkan bahwa persoalan adalah bagian dari proses pembentukan diri. Tetapi ingatkan juga rekan kita agar tidak membandingkan persoalannya dengan orang lain. Apalagi menyimpulkan persoalan orang lain lebih ringan, sementara persoalannya sangat berat.
Tiap orang dibentuk Tuhan dengan cara yang khas, tidak akan pernah sama sekalipun ada kemiripan. Lalu ingatkan pula akan janji Tuhan yang akan memberikan kita kekuatan untuk menghadapi berbagai persoalan. Ambil cerita-cerita Alkitab bagaimana para tokoh Alkitab menghadapi persoalan mereka. Jika orang merasa persoalan adalah yang paling berat, lebih dari yang lain, ingatkan dia kisah Ayub. Di kolong langit ini tidak ada persoalan yang lebih besar dari yang dihadapi Ayub, dan hebatnya lagi, semua dalam posisi Ayub hidup benar, menjauhkan diri dari dosa, beribadah dengan sungguh, tetapi tetap ditimpa bencana. Tapi Ayub menang.
Akhirnya, waktu akan menjadi faktor penting dalam proses pengembalian dia kepada iman yang sehat dan kuat.
Jadi jangan jenuh mendampingi dan menceritakan Alkitab, atau kesaksian rekan seiman lainnya. Komunitas akan sangat menolong dan bisa dimulai dari kegiatan bersama yang ringan, seperti jalan jalan atau lainnya. Kemudian pergi bersama ke ibadah, saling mendoakan. Perhatian komunitas akan menjadi kesegaran yang mempercepat pemulihan seseorang dari persoalan yang dihadapinya. Yang sulit adalah jika komunitasnya mengabaikan dia. Dan juga cukup menolong melengkapi rekan kita dengan berbagai CD lagu lagu rohani atau pun khotbah. Pilihkan yang bisa menjadi bahan penghibur bagi dirinya. 
Jadi, Hanni yang dikasihi Tuhan, ada banyak hal yang bisa kita lakukan bagi seorang yang tertekan yang ditimpa masalah. Selain menolong dia, kita juga sedang menolong diri kita sendiri. Puji Tuhan. Semoga ini boleh menjadi berkat bagi kita semua. Selamat melayani sesama.v
 

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *