Dari Siapakah Kristus Menebus Manusia Berdosa?

Pdt. Bigman Sirait

Reformata.com – Bapak Pengasuh, saya mau bertanya: 1)  Mana yang benar Kristus menebus dosa atau menebus manusia dari dosa? Apakah yang dimaksud para teolog reformed ketika mereka menyatakan Kristus menebus dosa? Bukankah Kristus tidak pernah berutang kepada iblis? 2) Bisakah Reformata menambahkan halaman mengenai pendidikan yang diimplikasikan dan diintegrasikan di dalam iman reformed? Saya seorang guru private yang sangat rindu mendidik anak-anak saya bukan hanya pintar secara otak saja, tetapi mereka dapat menjadi manusia yang takut akan Tuhan. Terima kasih. Tuhan memberkati.
Samuel Wijaya

SAUDARA Samuel yang dikasihi Tuhan, kerinduan Anda sebagai guru agar anak didik tak sekadar berkemuampuan kognitif belaka, tetapi juga takut akan Tuhan sangatlah menarik dan patut diapresiasi. Apa yang Anda tanyakan ini seringkali disalahpahami oleh bahkan banyak pengkhotbah. Di mana mereka berkata bahwa Yesus menebus manusia dari dosa, dari iblis. Tetapi dalam teologi reformed justru sebaliknya, pemahamannya sangat jelas. Penjelasan ini harus kita mulai dari peristiwa kejatuhan manusia ke dalam dosa. Di Taman Eden dengan tegas Allah berkata kepada manusia agar tidak memakan buah yang dilarang. Perintah Allah ini berkonsekuensi kepada kematian apabila dilanggar (Kejadian 2:16-17).
Jadi jelas sekali, hukum Allah yang dilanggarlah yang menyebabkan manusia jatuh ke dalam dosa, menjadi orang berdosa (Kejadian 3:14-24). Hal ini mengakibatkan manusia berdosa di  hadapan Allah yang suci. Karena itu Allah mengusir manusia dari Eden, sebagai simbol keterpisahan dari Allah. Manusia tidak lagi hidup bersama Allah, tetapi terpisah dari Allah. Inilah gambar kematian, yang disebut mati rohani, yaitu terpisah dari Allah. Dan secara jasmani manusia juga mengalami kematian, tetapi berproses dalam waktu. Hal ini juga konsekuensi dosa, sehingga manusia yang segambar dan serupa dengan Allah (bersifat kekal), setelah berdosa tidak lagi. Jadi rohani dan jasmani manusia mengalami kematian.
Akibat dosa sangat jelas, manusia berdosa kepada Allah, berada di bawah murka Allah, hukuman Allah, karena melanggar perintah Allah. Iblis berhasil menipu manusia, dan menarik manusia masuk dalam status musuh Allah (1 Yohanes 3: 7-8). Jadi manusia tidak berada di bawah hukuman iblis, melainkan hukuman Allah, itu sebab manusia bersama iblis yang juga adalah malaikat yang terhukum yang dibuang dari surga (2 Petrus 2: 4). Orang berdosa menjadi sekutu iblis, yang dijadikan iblis sebagai hambanya, korban penipuannya. Alkitab menyebutnya hamba dosa, atau hamba iblis, berada di bawah kuasa dosa (Roma 3: 9).
Kejatuhan ke dalam dosa telah menghilangkan kemerdekaan manusia, manusia diperhamba oleh keinginan dosa terus-menerus. Secara pasif manusia tidak bisa menolak dosa, dan secara aktif tidak bisa melakukan kebenaran, dalam ukuran Allah. Inilah arti manusia berdosa, jatuh ke dalam dosa karena melawan perintah Allah, diusir dari hadapan Allah, terpisah dari Allah, ada dalam kebinasaan kekal, ada di  bawah hukuman murka Allah. Manusia tidak berdaya, dan dalam keberdosaannya manusia membangun agama yang diyakininya, dan membangun nilai-nilai “kebenaran” yang bersifat relatif. Lalu Tuhan Yesus Kristus datang ke dalam dunia, Dia Allah yang mengosongkan diri, dan meninggalkan surga mulia untuk ada di  dunia (Filipi 2: 6-9). Dia disebut Yesus, karena Dia-lah yang menyelamatkan umat-Nya dari dosa (Matius 1: 21). Arti menyelamatkan dari dosa adalah, manusia ada di bawah hukuman Allah karena berdosa terhadap Allah. Dosa mengakibatkan maut. Maka diselamatkan dari dosa, yaitu dari akibat dosa yang diperbuat manusia pada Allah. Jadi diselamatkan dari akibat dosa. Ingat, manusia berdosa dan dihukum Allah. Jadi Yesus Kristus menebus manusia berdosa dari hukuman murka Allah, bukan dari iblis.
Sementara arti ditebus dari dosa, adalah dari akibat pemberontakan terhadap Allah, yaitu hukuman mati. Karena itu untuk memenuhi penebusan dosa, maka Yesus menjadi manusia untuk menerima hukuman Allah atas manusia. Yesus dilahirkan dari anak dara Maria, bukan karena pernikahan (Matius 1: 23), sehingga Dia bertumbuh sebagai manusia yang tidak terkena dosa turunan. Yesus sama seperti kita dicobai tetapi tidak pernah berbuat dosa (Ibrani 4:15). Dalam kesucian hidup yang tidak berbuat dosa, maka Yesus Kristus memenuhi syarat sebagai korban penebus dosa. Manusia semua sudah berdosa (Roma 3: 9-11), tidak ada yang benar, tidak ada yang suci, tidak ada yang memenuhi syarat untuk menjadi penebus dosa. Semua manusia hanya untuk dibinasakan pada dirinya, dan tidak memiliki potensi sebagai penebus dosa.
Yesus Krsitus dalam ketidak-berdosaannya, menjadi pengganti manusia berdosa menerima hu-kuman Allah. Semua manusia berdosa, mati, di hadapan Allah karena pemberontakan Adam, maka begitulah Yesus Kristus menebus manusia berdosa dari murka Allah ( 1 Korintus 15: 20-22). Itu sebab pada waktu penyaliban Yesus Kristus berteriak: “Eli, Eli, lama sabakhtani”, yang artinya “Bapa-Ku Bapa-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku”. Dosa yang ditanggung Yesus Kristus di kayu salib, memenuhi seluruh diri-Nya, sehingga Dia menjadi berdosa bukan karena melakukan, melainkan karena menanggung.
Dalam keberdosaan Yesus Kristus, Allah yang suci memalingkan wajah, karena kesucian Allah tak dapat menyatu dengan dosa. Dalam keterpisahan Yesus Kristus dari Bapa, maka Yesus telah mempersatukan kita dengan Bapa. Manusia ditebus dari murka Allah dengan cara memenuhi tuntutan Allah, yaitu kematian akibat dosa. Tetapi bukan manusia, justru Yesus Kristus mengambil alih dan jadi penebus, dengan memberi diri-Nya dihukum. Yesus Kristus mati bagi orang yang diperkenan-Nya, yang dikasihi-Nya, yaitu orang pilihan-Nya. Hal ini perlu kita sadarai bahwa kematian Yesus Kristus sangat sesuai dengan fakta tuntutan hukum Allah. Manusia telah berdosa, dan mati karena perbuatan pelanggarannya terhadap hukum Allah. Manusia mati karena dosanya. Sementara manusia hidup, selamat, bukan karena usahanya, melainkan kemurahan Yesus Kristus.
Saudara Samuel yang dikasihi Tuhan, inilah pemahaman teologi reformed yang menempatkan segala sesuatu sesuai kesaksian Alkitab dan fakta yang ada. Semua penjelasan ini sangat tuntas. Iblis hanyalah pecundang yang lebih dahulu jatuh ke dalam dosa, dan ada di bawah hukuman Allah. Manusia dalam kebodohannya mengikuti bujuk rayu iblis dan terperosok di lubang yang sama. Keduanya adalah terhukum, jadi sungguh tidak masuk akal bukan jika manusia ditebus dari iblis.
Akhirnya kita patut bersyukur, Yesus Kristus yang tidak ber-dosa, dihukum mati, padahal seharusnya kita. Akhirnya selamat melayani anak didik dan menolong mereka memiliki dasar iman yang benar, agar kelak mereka menjadi gereja yang kokoh. Tuhan memberkati. v  

    

    

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *