Harry Puspito
(harry.puspito@yahoo.com)*
I have fought the good fight, I have finished the race, I have kept the faith. (2 Timothy 4:7 NIV)
Salah satu tokoh Alkitab yang mengagumkan dan merupakan contoh luar biasa dari seorang pribadi yang Finishing Well adalah Paulus.
Paulus adalah seorang Farisi yang mula-mula memusuhi orang percaya. Dia mengejar-ngejar orang percaya untuk menghukum mereka. Paulus juga termasuk orang yang melihat dan menyetujui pelemparan batu kepada martir Stefanus.
Namun Tuhan berbelas-kasihan kepada Paulus, menampakkan diri kepadanya, dan dia bertobat. Paulus mendapatkan kesempatan memulai hidup baru dengan misi dari Tuhan untuk memberitakan Injil kepada Israel dan orang bukan Israel (1 KPR 9:15). Paulus melangkah dengan iman dan terus berjuang mengerjakan misinya hingga akhir hayatnya. Penderitaan dan kelemahan tubuh yang tidak Tuhan sembuhkan, tak membuat dia goyah. Paulus bertahan, tekun dengan panggilannya di tengah aniaya yang dialami. Dia terus setia hingga usia lanjut, bahkan ketika dipenjara dan menjelang eksekusi di Roma.
Bagaimana se-orang Paulus bi-sa hidup secara mengagumkan dan Finishing Well? Banyak hal yang bisa dipelajari dari kehidupannya. Satu yang me-nonjol dari Paulus, adalah bagaimana cara dia melihat hidup. Kendali akal budi Paulus men-jadi salah satu rahasia bagaimana dia menjalankan ‘purpose-driven life’-nya (Lihat Roma 12:2). Bagi Paulus, hidup adalah transformasi terus menerus, dan itu dimulai dari pikiran. Hanya dengan cara ini orang bisa menge-tahui kehendak Allah dan hidup dalamnya. Tidak heran jika Paulus dipakai Allah un-tuk menuliskan banyak kebenar-an dalam surat-suratnya di Alkitab.
Satu pandangan mendasar yang memungkinkan Paulus menye-lesaikan hidupnya dengan baik, adalah dengan melihat hidup sebagai persem-bahan yang hidup bagi Allah (Roma 12:1). Hidup bukan untuk mengejar ambisi dan kenikmatan pribadi. Na-mun, ketika dia menjalani hidup dengan pemikiran yang benar, maka sukacita sejati mengikuti. Tidak heran Paulus bisa menyerukan agar orang percaya bersukacita, walaupun dia sendiri sedang dalam aniaya di penjara.
Paulus melihat kehidupan juga sebagai suatu perlombaan. Mengikuti perlombaan jelas tidak bisa sembarangan. Ada aturan-aturan yang harus diikuti. Fisik harus dilatih dan siap jika ingin meng-ikuti lomba hingga akhir. Berlomba tidak sendirian, ada peserta lain yang ikut. Kematianlah yang akan menjadi ‘finish’ dari perlombaan itu. Kalau sebelum itu peserta menyerah, maka dia gagal menyelesaikan per-lombaannya. Ini jelas sesuatu yang tragis dan memalukan bagi peserta lomba. Paulus tidak ingin mengalami kegagalan seperti itu (1 Kor 9:27). Karena itu, dia harus membuat strategi agar bisa menyelesaikan perlombaan itu dengan baik. Dan Paulus melihat ‘finish’ itu dengan jelas, yaitu sorga, pengadilan Allah, dan pahala (2 Tim 4:8). Dan ini memotivasi dia untuk Finishing Well.
Perlombaan yang dia ikuti adalah perlombaan yang baik. Perlombaan yang baik adalah yang Allah rencanakan bagi hidupnya (Fil 2:10), bukan perlombaan yang Tuhan siapkan bagi orang lain – atau yang Paulus mau, betapapun menariknya laga itu bagi banyak orang. Satu perlombaan Paulus adalah memberitakan Injil.
Paulus mengetahui dengan jelas apa yang menjadi misi hidupnya, yaitu memberitakan Injil kepada orang bukan Yahudi dan orang Yahudi (KPR 9:15). Dia demikian pasti dengan panggilan hidup-nya, sehingga dia pernah pengatakan: “Celakalah aku, kalau aku tidak memberitakan Injil” (1 Kor 9:16). “Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa diupah, dan bahwa aku tidak memper-gunakan hakku se-bagai pemberita Injil.” (1 Kor 9:18) Itu pekerjaan baik yang harus dia selesaikan.
Belajar dari Paulus kita perlu mengerti panggilan Tuhan bagi hidup kita masing-masing, dan membuat strategi bagaimana kita hidup dalam panggil-an itu sampai selesai. Metode yang akan efektif adalah dengan menuliskan pernyataan misi pribadi dan membuat goal setting untuk menjalankannya.
Sehingga, seperti Paulus, dan bahkan seperti Yesus, pada waktunya kita bisa mengatakan ‘sudah selesai’ tugas kita itu. Berbeda dengan Paulus, tugas kita bisa lain, sering dilihat ‘biasa,’ tapi kita bisa yakin, di mata Tuhan semua pekerjaan yang Dia sendiri siapkan itu bernilai. Tugas-tugas kita mungkin mengajar di suatu sekolah, memimpin komisi kaum bapak di gereja, menjadi kepala keluarga di rumah tangga, dan mendidik dua anak, dan sebagainya. Agar kita Finishing Well, kita harus selesaikan tugas demi tugas yang Tuhan percayakan kepada kita itu dengan baik.
Di atas semua itu, Paulus mengungkapkan rahasia sukses hidupnya adalah dengan memelihara iman. Tentu bukan rahasia bagi kita yang memang disebut sebagai ‘orang beriman’. Kita memulai hidup di dalam Tuhan dengan iman, menjalani hidup baru kita dengan iman, dan mengakhirinya dengan iman. Dengan beriman kita bisa Finishing Well.
Tuhan memberkati !!!