Harry Puspito
(harry.puspito@yahoo.com)*
"Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak. (1 Kor 9:27)
Seperti apa yang seseorang pikirkan, itulah yang akan terjadi. Jika kita meng-aspirasikan hidup yang sukses hingga akhir Tuhan panggil, kita perlu menjadikan itu aspirasi atau impian. Impian ini akan mengarahkan kita berpikir apa yang harus saya lakukan? Ka-rakter apa yang harus saya kembangkan? Pokok-pokok doa apa yang harus saya doakan? Disiplin-disiplin apa yang harus saya bangun.
Paulus sangat sadar akan keinginannya untuk finish well, seperti terungkap dalam banyak tulisannya, salah satunya da-lam 1 Korintus 9: 27 ini: Tetapi aku melatih tubuhku dan mengua-sainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak. Dia menuliskan ini pada usia sekitar 50 tahun, ketika sudah melayani Tuhan selama kurun waktu 20 tahunan. Dia menyadari pentingnya di-siplin agar hidupnya sendiri berhasil di mata Tuhan. Hasil riset Dr. Robert Clinton, seorang professor kepemimpinan senior menyimpulkan, salah satu faktor yang menjadikan tokoh-tokoh pemimpin dalam Alkitab, adalah disiplin.
Kita bisa membayangkan, orang yang tidak disiplin akan berperilaku malas. Banyak menyia-nyiakan waktu, men-cari kesenangan yang tidak bermanfaat. Orang demikian mudah jatuh dalam dosa. Seorang yang mencapai suatu prestasi, seperti seorang pemimpin, tanpa disiplin, kinerjanya akan merosot. Perilaku tidak disiplin akan membentuk karakternya. Karena itu sudah jelas ketidakdisiplinan pribadi adalah jalan pasti menuju kegagalan.
Apa disiplin itu? Bagi Paulus disiplin adalah membuat tu-buhnya melakukan apa yang harus dia lakukan, bukan apa yang dia ingin lakukan. Tubuh manusia sudah tercemar dosa, sehingga keinginannya mencari kesenangan yang sia-sia. John McArthur, seorang hamba Tuhan dan penulis dari AS, men-definisikan disiplin sebagai kemampuan seseorang mengatur perilakunya berdasarkan prinsip dan pertimbangan sehat dari impuls, keinginan atau kebiasaan sosial. Menurutnya, secara alkitabiah, disiplin diri dapat dirangkum dalam satu kata, kepatuhan. Menerapkan disiplin diri adalah menghindarkan ke-jahatan dan kesia-siaan dengan tinggal dalam ikatan hukum Allah.
Disiplin memerlukan komitmen dan kerja keras. Dengan disiplin orang bisa mencapai sasaran-sasaran yang dia canangkan dalam rangka Finishing Well. Seperti kita belajar sebelumnya, satu kunci untuk Finishing Well adalah menyelesaikan tugas demi tugas yang diemban dengan berkualitas. Dengan disiplin tinggi saja seseorang dapat menjaga konsistensi kinerjanya dari satu proyek ke proyek, dari satu goal ke goal berikut, hingga selesai.
Disiplin memerlukan kebiasaan ‘think before act’. Tanpa ke-sadaran, maka orang akan dikuasai apa yang tidak dia sadari. Di sini kedagingan gampang bermain. Dengan kesadaran, kita mempertimbangkan apa yang kita lakukan. Dari situlah perubahan-perubahan yang baik dimulai (Lihat Roma 12: 2). Dengan disiplin kita membangun kebiasaan-kebiasaan yang sehat.
Sesuai dengan visi Finishing Well, kita perlu membangun disiplin dalam area-area yang penting, seperti beribadah pribadi atau saat teduh, ber-ibadah bersama, belajar Fir-man, mengerjakan tugas dan pelayanan, baik di keluarga, gereja, tempat kerja, di mas-yarakat, dsb. Berbeda dengan perilaku legalistik keras, perilaku disiplin memiliki tujuan yang jelas, yaitu mencapai tujuan demi tujuan yang ingin dicapai. Karena itu, dengan kesadaran, orang akan melakukan disiplin dengan sukacita.
Disiplin bisa diumpamakan otot. Untuk tidak merosot, apalagi berkembang, otot perlu dilatih. Demikian juga kita perlu melatih disiplin rohani, yang bahkan lebih utama (1 Tim 4: 8). Latihan disiplin adalah untuk membangun pengendalian diri, karakter, keteraturan dan efisiensi. Dalam latihan kita mengerahkan tenaga lebih dari normal, tapi kemudian diselingi dengan istirahat. Latihan bisa berupa pengingkaran diri. Coba berpuasa secara teratur. Tuhan adalah coach atau pelatih kita. Dia tahu porsi yang sesuai untuk kita masing-masing. Kadang, Dia memberikan beban yang ‘berat’, dan kita perlu patuh dan pada waktu berikut kita diberi kelegaan.
Prinsip Alkitab, kita mulai disiplin dalam hal yang ‘kecil’, misalnya datang ke ibadah, ke tempat kerja, ke rapat-rapat tidak terlambat. Kalau janji hal-hal kecil, seperti akan mengirimkan sesuatu, pastikan terjadi. Dalam bekerja, prioritaskan tugas-tugas yang sulit. Dalam time management, kita mengutamakan hal-hal yang penting dan urgen untuk dilaksanakan lebih dahulu. Seringkali kita memilih hal-hal yang gampang dulu, dan akhirnya kehabisan waktu dan energi untuk yang penting.
Kita harus sedia menerima koreksi dari orang lain. Disiplin tidak seharusnya membuat kita menjadi orang yang kaku dan merasa benar sendiri. Tuhan memakai orang lain membentuk kita. Dengan doa dan pergumulan kita menerima tanggungjawab-tanggungjawab baru. Niscaya kita bisa menuntaskan misi-misi yang Tuhan siapkan bagi kita. Tuhan memberkati !!!