Kerinduan Yang Terpuaskan Mazmur 63

Kerinduan pemazmur adalah untuk senantiasa berada di hadirat-Nya. Ia percaya hanya dengan penyertaan Tuhan, ia dapat menjalani hidup yang puas dan bermakna. Ia meyakini pula bahwa bersama Tuhan, apa pun yang buruk yang dialaminya tidak akan mampu menghancurkannya. Sebaliknya mereka yang merancangkan hal jahat terhadapnya justru yang akan hancur.

Apa saja yang Anda baca?

Apa kerinduan pemazmur yang diungkapkannya lewat mazmur ini (2-5)?

Seperti apakah yang diyakini pemazmur pengalaman ada di hadirat Tuhan (6-9)?

Apa yang pemazmur yakini tentang orang-orang yang hidupnya melawan Tuhan (10-12)?

Apa pesan yang Anda dapat?

Apa yang seharusnya menjadi kerinduan anak-anak Tuhan menurut mazmur ini?

Perasaan apa yang akan dialami anak-anak-Nya saat mengalami hadirat Tuhan?

Bagaimana hidup mereka yang jauh dari bahkan melawan Tuhan?

Apa respons Anda?

Apa yang Anda bisa lakukan agar memiliki kerinduan akan hadirat Tuhan?

(ditulis oleh Hans Wuysang;Bandingkan hasil renungan Anda dengan SH 3 Juni 2012 Kerinduan yang terpuaskan)

Secara konteks, Mazmur 63 berbeda dengan Mazmur 42-43 yang mengungkapkan kerinduan dan kehausan pemazmur akan Tuhan. Kalau dalam Mazmur 42-43 pemazmur sepertinya sedang dalam pembuangan, maka dalam Mazmur 63 ini pemazmur mungkin sedang beribadah di bait Allah (3).
Kerinduan pemazmur akan Tuhan bukan karena ia sedang jauh dari-Nya atau merasa Tuhan absen dari hidupnya. Kerinduan pemazmur adalah pengakuan imannya bahwa “Ya Allah, Engkaulah Allahku” (2). Kerinduan itulah yang mendorong pemazmur beribadah kepada Allah di bait-Nya yang kudus untuk menikmati kasih setia-Nya. Ungkapan “kasih setia-Mu lebih baik daripada hidup” (4) adalah pengakuan pemazmur bahwa hidup menjadi tidak bermakna di luar topangan Allah.
Oleh karena itu, di bagian kedua mazmur ini (6-9) perasaan kerinduan berubah menjadi kepuasan. Metafora yang dipakai pun tepat. Dari “jiwaku…tubuhku rindu…seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair” menjadi “dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan.” Pemazmur bisa dengan tenang merebahkan diri untuk istirahat sambil merenungkan Tuhan sepanjang malam (7). “Di bawah naungan sayap-Mu” merujuk kepada sayap kerubim yang menutupi tabut perjanjian di bait Allah. Ini membayangkan pemeliharaan dan penopangan Allah atas umat-Nya.
Pemazmur begitu puas oleh kenyataan bahwa Allah adalah Allahnya. Pemazmur bertekad untuk melekat pada-Nya (9). sehingga ia yakin bahwa para musuhnya takkan berdaya terhadap dirinya. Karena musuh-musuh dikalahkan, dampaknya bukan hanya bagi diri si pemazmur, tetapi seluruh umat pun, diwakili raja akan bersukacita dan bermegah.
Rindukah Anda menikmati hadirat-Nya? Jadikan Dia satu-satunya Allah tempat Anda menggantungkan seluruh hidup Anda. Jangan andalkan apa pun lainnya!
(Ditulis oleh Hans Wuysang, diambil dari renungan tanggal 3 Juni 2012 di Santapan Harian edisi Mei-Juni 2012 terbitan Scripture Union Indonesia)

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *