Harry Puspito
(harry.puspito@yahoo.com)*
Sering diperdebatkan apakah pemimpin dilahirkan atau dibentuk. Sebagai orang percaya pertanyaan ini sedikit berbeda, yaitu apakah Allah memberikan pemimpin atau membentuk seseorang menjadi pemimpin? Kalau kita teliti dari Alkitab, ternyata jawaban terhadap pertanyaan keduanya ini adalah “Ya”. Ya, Allah memberikan pemimpin. Lihat satu bagian Alkitab, Mazmur 75:7-8 menunjukkan sisi pertama – Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain. Allah-lah yang mengangkat seseorang menjadi pemimpin, dan menjadikan yang lain pengikut.
Namun Alkitab juga menggambarkan Tuhan memproses seorang pemimpin dari usia dini hingga mereka menjadi seorang pemimpin, bahkan sampai selesai. Kisah Yusuf mengilustrasikan bagaimana Allah membentuk seorang remaja yang dimanja oleh orang tuanya menjadi seorang pemimpin di negeri lain, menjadi orang kedua paling berkuasa di Mesir, pada usia 30 tahun. Dalam kedaulatan Tuhan, Yusuf dimasukkan ke dalam sumur; dijual kepada pedagang Midian; dijual kepada Potifar, kepala pengawal Firaun; digoda oleh istri Potifar; dipenjarakan dan dilupakan di penjara oleh orang yang dia pernah tolong.
Sesungguhnya semua pemimpin dibentuk oleh Tuhan. Tuhan saja yang dalam proses membentuk kepemimpinan seseorang bisa memasukkan seorang Yusuf ke dalam sumur, ke dalam penjara, dan sebagainya dalam rangka mendidik Yusuf. Tidak ada kelas-kelas leadership manapun yang seperti kelas Allah itu. Porsi pendidikan itu pas untuk Yusuf, sehingga tidak menghancurkan dia tapi membentuk dia menjadi pemimpin yang tangguh.
Sebenarnya Allah memanggil setiap orang menjadi pemimpin, paling tidak memimpin dirinya dan menguasai area di mana dia berkarya. Manusia dijadikan menurut gambar dan rupa Allah dan diberikan kuasa atas ciptaan (Kejadian 1:26). Alkitab juga menyatakan kepada manusia diberikan pasangan yang sepadan dan kepada laki-laki diberikan posisi sebagai pemimpin keluarga (Kejadian 2:24).
Teori pembentukan pemimpin yang memasukkan peranan sentral Tuhan dalam proses pembentukan pemimpin ini dikemukakan oleh Robert Clinton, seorang professor kepemimpinan dari Seminari Teologi Calvin dalam Leader Emergence Theory. Dalam teorinya dijelaskan bagaimana Allah memproses seorang pemimpin dalam tahapan-tahapan, yaitu tahap kedaulatan dasar, tahap pertumbuhan batiniah, tahap pendewasaan pelayanan, tahap pendewasaan hidup, tahap pemusatan dan tahap terakhir adalah tahap perayaan. Seorang pemimpin bisa gagal dalam tahap-tahap pendidikan Allah ini, khususnya pada tahap-tahap yang lebih akhir, tergantung bagaimana dia meresponi proses Allah itu.
Dalam proses pendidikan Allah kita melihat banyak yang gagal, entah pada masa dini, masa sang pemimpin berjaya, atau menjelang dia harus mengakhiri tugasnya. Kita melihat kegagalan ini pada pemimpin kontemporer, baik pemimpin non Kristen maupun Kristen. Bahkan Alkitab menceritakan kisah kegagalan banyak pemimpin. Menurut Robert Clinton, dari 50 pemimpin dalam Alkitab yang memiliki cukup data untuk dianalisa, kurang dari satu dari tiga yang berhasil mengakhiri kepemimpinan mereka dengan baik. Dengan kata lain, kebanyakan pemimpin umat pilihan Allah itu tidak berhasil mengakhiri kepemimpinan mereka dengan baik. Kecenderungan ini juga berlaku untuk para pemimpin di luar Alkitab. Kita melihat memang sangat jarang pemimpin yang bisa mengakhiri karir dan hidup mereka dengan baik. Padahal, akhir lebih penting dari pada awal (Pengkotbah 7:8). Buat apa mengalami sukses luarbiasa tapi pada titik tertentu seorang pemimpin harus mengakhiri karirnya dengan dipaksa turun dan disingkirkan oleh lingkungannya, atau berakhir di penjara karena masalah integritas, atau mengalami post power syndrome dan menjadi pribadi yang aneh. Walaupun pemulihan dimungkinkan, namun kebanyakan tidak mungkin bisa melanjutkan karir kepemimpinannya seperti sebelum kejatuhan.
Mengapa begitu banyakpemimpin yang gagal dalam perjalanan karirnya? Banyak faktor bisa diidentifikasi dari kasus-kasus kejatuhan atau kemrosotan yang terjadi. Satu kemungkinan yang umum, adalah karena mereka tidak mempunyai gambaran besar apalagi rencana jangka panjang hidupnya. Jarang orang membuat strategic planning pribadi. Orang yang demikian tidak dikendalikan oleh suatu rencana jangka panjang, tapi oleh keinginan-keinginan sesaat yang potensi “men-torpedo” karirnya.
Sejalan dengan penyebab ini, bisa jadi dia tidak dapat menjaga level energy atau semangatnya dalam menjalani kehidupannya yang semakin sibuk. Dalam kondisi demikian satu atau sejumlah kejatuhan bisa terjadi. Kasus yang umum adalah masuknya ‘wanita lain’; ketidakpuasan yang tidak sehat seperti terhadap pendapatan, posisi, dsb. Kebodohan atau kesibukan seorang pemimpin bisa menyebabkan dia mengabaikan keluarga – istri, anak, sehingga istri selingkuh atau anak tidak dididik dengan baik.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Robert Clinton, pemimpin tidak finish well karena satu atau beberapa faktor dari enam faktor berikut, yaitu: mereka kehilangan sikap belajar; daya tarik karakternya memudar; mereka berhenti hidup dengan keyakinan-keyakinan mereka; mereka gagal meninggalkan kontribusi dalam pelayanannya; mereka berhenti berjalan dengan kesadaran akan pengaruh mereka sebagai pemimpin dan destini mereka; dan mereka kehilangan hubungan yang dinamis dengan Allah.
Bagaimana kita berhasil dalam proses pembentukan oleh Allah itu? Yesus memberikan kuncinya, yaitu menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Dia setiap hari. Hanya dengan demikian seseorang memiliki peluang untuk mencapai potensi maksimal dari dirinya sebagai apapun, khususnya sebagai seorang pemimpin. Tuhan memberkati!!!