
Pdt. Bigman Sirait
Bapak Pengasuh yang baik!
Saya sering kali mendengar penjelasan para pengkhotbah terkait kematian Yesus Kristus, Dia mati karena menebus dosa manusia. Yesus Kristus pada hakekatnya Kebenaran, Kudus, Suci, dan tidak mungkin menjadi berdosa. Itulah yang saya pahami. Tetapi yang membingungkan ketika Yesus Kristus di atas kayu salib Dia berkata; “Eli-Eli Lamaksabaktani”/BapaKu-bapaKu mengapa Engkau meninggalkan AKu? Penjelasan yang sering saya dengar, Bapa meninggalkan, memalingkan, wajahnya karena Yesus menjadi berlumuran dosa/menjadi berdosa.
Yang menjadi pertanyaan saya adalah: Bagaimana memahami, serta menjelaskan Yesus Kristus yang adalah kebenaran, kudus, suci, pada hakekatnya, tetapi menjadi berdosa. Bukankah ini menjadi bentuk penyangkalan terhadap hakekatnya?
Mohon penjelasannya. Terimakasih.
Martudi, Jakarta Barat
Martudi yang terkasih! Sebetulnya Reformata pernah mengulas ini, namun dalam bentuk yang sedikit beda. Oleh karena itu, pertanyaan ini tetap menarik dan perlu untuk diulas. Karena soal Kristologi memang selalu menjadi pergulatan di sepanjang sejarah hidup manusia. Dia Tuhan sekaligus Manusia. Yang Suci sekaligus menjadi “yang berdosa” karena menanggung dosa. Mari kita selusuri fakta-fakta Alkitab.
Bahwa, Yesus Kristus itu Benar, Kudus, suci, adalah benar sepenuhnya. Yesus sendiri berkata: Akulah jalan, dan kebenaran, dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku (Yohanes 14:6). Dia adalah jalan, yang membawa manusia ke hadapan Allah. Jalan lain tidak ada, Dia menjadi satu-satunya.The Only One. Dia kebenaran, karena Dia-lah yang dapat membenarkan manusia yang sudah tidak benar di hadapan Allah, akibat dosa yang telah diperbuat. Hanya dengan dibenarkan oleh darah Tuhan Yesus Kristus, manusia menjadi benar, menjadi kudus, menjadi layak di hadapan Allah Sang Benar. Dan, karena dibenarkan oleh Yesus Kristus, lewat pengorbanan-Nya di atas kayu salib, maka manusia yang sejatinya binasa, dapat memperoleh hidup yang kekal. Yesus-lah kehidupan yang sejati itu, kehidupan yang kekal.
Lalu, soal teriakan Yesus: Eli, Eli, lama sabakhtani (Matius 27:46). Betul sekali Yesus Kristus berteriak karena Bapa memalingkan wajah-Nya, karena Yesus Kristus berlumuran dosa manusia yang ditebus-Nya. Yesus berteriak, bukan karena takut soal kematian. Karena Dia berkuasa menghidupkan Lazarus yang telah mati empat hari. Tak masalah soal kematian bagi Yesus Kristus yang adalah Roti Hidup, sumber hidup. Jadi, jeritan itu memang karena keterpisahan-ya dengan Bapa-Nya. Alkitab menyaksikan, Yesus Kristus menanggung dosa manusia di atas kayu salib (1 Korintus 15:3). Allah yang suci tak dapat memandang dosa, karena itu Dia memalingkan wajah dari Yesus Kristus. Yesus menjadi terkutuk karena dosa-dosa kita. Seperti tertulis di Galatia 3:13: Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib.
Sekarang kita masuk pada pokok persoalan, bagaimana memahami bahwa Yesus Kristus yang hakekatnya benar, suci, tetapi menjadi berdosa? Ibrani berkata, bahwa Yesus Kristus sama seperti kita manusia, dicobai, namun Dia tidak berbuat dosa. Ibrani 4:15 menyatakan: Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Artinya, sama seperti kita, Dia mengalami berbagai pencobaan, bahkan sangat berat, tetapi tidak sekalipun Dia berbuat dosa. Berbeda dengan kita, mengalami pencobaan, dan seringkali jatuh ke dalam dosa. Jadi, tidak sekalipun Yesus Kristus berbuat dosa, itu sebab Dia layak, dan memenuhi syarat, sebagai penebus dosa. Jelas sekali, dalam hakekatNya yang benar, suci, terbukti Dia tak sekalipun atau sedikitpun, jatuh ke dalam dosa.
Ketika Dia mati diatas kayu salib, apakah Dia berdosa? Jika ya, bukankah ini berlawanan dengan hakekatnya yang benar, suci? Saudara Martudi yang dikasihi Tuhan, jelas Yesus tidak berdosa, termasuk ketika Dia ada di atas kayu salib. Dan, dengan sama jelasnya, Alkitab juga berkata, Dia menjadi berdosa karena menanggung dosa. Bukan dosa masuk ke dalam diri Nya, merusak hakekat-Nya, tetapi menanggungnya. Contoh sederhana: Jika saya rela dipenjara, menggantikan orang lain yang seharusnya dipenjara karena kejahatan, tidak berarti saya pelaku kejahatan bukan? Tapi saya dipenjara karena rela menanggung kejahatan itu, bukan orang jahat, atau, bukan penjahat itu. Begitulah Yesus Kristus dalam kerelaan Nya, menanggung dosa manusia, tapi tidak berarti hakekat sucinya yang berdosa, melainkan dalam kesucian-Nya, Dia disalibkan karena menanggung akibat dosa manusia.
Pemandangan di bukit Golgota menggambarkan kengerian yang luar biasa. Manusia yang kerasukan dosa, yang berteriak dengan penuh semangat, salibkan Dia! Dan, penjahat disisi-Nya yang masih saja sempat menghujat-Nya. Belum lagi alam yang mendadak menjadi gelap gulita. Semua mencerminkan kejahatan manusia, dan sekaligus murka Allah atas semuanya. Yesus Kristus rela menanggung semuanya, dalam hakekat-Nya yang benar, suci. Dia mengampuni manusia yang menyalibkan-Nya. Diselamatkan-Nya penyamun yang percaya pada-Nya: Sekarang engkau ada di Firdaus bersama Aku (Lukas 24:43).
Lalu di bagian akhir penyaliban, Dia berkata: Ya Bapa,ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa Ku, dan sesudah berkata demikian, Ia menyerahkan nyawa-Nya (Lukas 23:46). Dari semua fakta ini, tidak satupun yang menunjukkan bahwa hakekat-Nya yang benar, dan suci, berubah. Justru sebaliknya, malah menjadi amat sangat nyata, betapa benar dan sucinya Dia, sekaligus betapa kasihnya Dia.
Yesus Kristus menerima hukuman murka Allah di atas kayu salib, dan Dia memenuhi syarat untuk itu, sebagai penebus dosa. Ini karena dia benar dan suci, ganti orang yang tidak benar, dan tidak suci. Jika Dia berdosa, tentu tidak layak, tidak memenuhi tuntutan murka Allah. Jelas sekali bukan. Dia menanggung dosa, tapi bukan yang berdosa. Betapa luar biasanya kematian Yesus Kristus Tuhan kita. Sekaligus kita belajar betapa jahat dan mengerikannya dosa manusia.
Betullah kata rasul Paulus: Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus (1 Korintus 15:22). Kita telah mati terhadap dosa dan hidup untuk Kristus.