Pemimpin Dalam Badai

Raymond Lukas

Apakah Anda seorang pemimpin? Ya, pasti:  Anda adalah seorang pemimpin sesuai bidang Anda. Kalau Anda kepala keluarga, maka Anda memimpin keluarga Anda – isteri, anak-anak dan se-isi rumah Anda mengikuti arahan Anda. Kalau Anda seorang bujangan, maka Anda memimpin hidup Anda sendiri. Anda yang berada dalam posisi kepemimpinan pasti mengatakan “Hm, tidak mudah memimpin orang lain… Begitu banyak kehendak, semua harus diarahkan ke suatu tujuan tertentu. It’s not easy”. Atau Anda yang bujangan mengatakan: “Wah, sulit sekali mengendalikan semua keinginan saya sendiri…”. 
Para pemimpin juga tentunya menyadari seringkali mereka berada di dalam badai. Seperti seekor burung rajawali yang terbang tinggi, para pemimpin seringkali menghadapi badai pusaran angin yang menakutkan. Namun seorang pemimpin harus tetap tegar. Seringkali, harus mengatasi badai – seperti halnya seekor rajawali yang terbang di atas pusaran angin puting beliung.
Seorang rekan professional yang memimpin sebuah tim penjualan mengatakan bahwa sangat sulit mengubah paradigma para penjualnya dari “sulit” menjadi “menantang”.  “Wah, itu angka yang terlalu tinggi Pak. Tidak mungkin tercapai…” Kalimat ini biasa terdengar di kalangan sales force. Diperlukan ratusan jam untuk meyakinkan dan memberikan coaching kepada sales force-nya. Namun seorang pemimpin penjualan tidak pernah putus asa. Dia  akan selalu mencari cara-cara baru untuk meyakinkan pasukannya.
Seorang rekan pemimpin lain mengeluhkan para pemimpin unitnya yang saling berperang satu sama lain. “Sulit sekali membuat mereka bekerja sama. Semua memiliki ego yang tinggi. Apapun yang kita katakan kepada para pemimpin ini, selalu mendapatkan bantahan yang keras. Seringkali mereka membandingkan satu sama lainnya. Mereka tidak melihat pentingnya mencapai tujuan bersama dan saling mendukung, ”  demikian, seorang rekan pemimpin lain menyampaikan keluh kesahnya.
Seorang rekan pemimpin lainnya, yang saya temui di sebuah seminar mengeluhkan bahwa dia menghadapi tantangan di bidang pengakuan. Sebagai pemimpin yang harus disertifikasi, rekan tersebut ditolak ijinnya untuk memimpin sebuah unit kerja oleh otoritas penguji di bidang industri tertentu. “Saya tidak tahu alasan yang mengatakan bahwa saya tidak bisa memimpin unit kerja tersebut. Semuanya bagaikan sebuah ‘black box’, yang tidak bisa ditembus. Tidak ada transparansi, jadi kesimpulan saya penolakan lebih berdasarkan ‘like’ and ‘dislike’,” katanya.   “Namun saya rela, inilah resiko seorang pemimpin. Saya sudah mempersiapkan sedemikian rupa, mengusahakan potensi terbaik.  Namun akhirnya otoritas penguasalah yang harus menentukan. Saya ikhlas pak,” lanjutnya.
Ada lagi seorang rekan saya, yang memimpin di lingkungan yang sangat berbahaya. Ini lingkungan yang sangat mendewakan kekuasaan. Power is the key, dalam organisasi ini. “Lingkungan di sini sangat menakutkan Pak,” katanya.  “Banyak kleniknya. Semua pemimpin disini rata-rata pakai jimat,” akunya lebih lanjut.
Melihat tantangan dan kesulitan di atas, kita perlu menyadari bahwa seringkali  tantangan-tantangan dipakai untuk membersihkan kita, karena kemungkinan besar kedagingan kita masih sangat kuat. Mudah sekali bagi kita untuk mengembangkan sikap “self-centered”, prioritas yang salah dan kebiasaan-kebiasaan yang  tidak memuliakan Tuhan. Keadaan yang berat dimaksudkan untuk menguduskan kita kembali dan membawa kita ke titik pertobatan. Jadi pencobaan kita bukan dimaksudkan untuk membuat kita terjerembab, namun lebih untuk memurnikan kita dan meluruskan kembali jalan-jalan kita untuk kembali mengutamakan Tuhan.
Rekan pemimpin yang budiman! Kalau  kita melihat kitab Yoshua 6-9, sebenarnya sebelum kaum Israel ditentukan untuk menguasai tanah perjanjian, Tuhan sudah mengetahui bahwa mereka akan mengalami banyak tantangan, termasuk kota Jerikho yang ditutup bagi bangsa Israel, bahwa mereka harus mengadapi “Ai” dan kecurangan orang Gibeon. Namun Tuhan sudah menjadikan kemenangan bagi Joshua, pemimpin yang dipilih-Nya. Tuhan juga tahu apa yang dihadapi orang percaya saat ini, termasuk para pemimpin-Nya di  market place.
Jadi apa yang perlu dilakukan para “pemimpin dalam badai” ini? Sangat sederhana. Perintah-Nya:  “Jadilah kuat dan berani” (Yoshua 1 : 6,7). Tuhan tahu para pemimpin di market place menghadapi banyak tantangan, bahkan mungkin lebih dari yang disebutkan rekan-rekan pemimpin di atas.  Tantangan-tantangan berat sudah menunggu para pemimpin di dunia kerja, di lingkungan tetangga/pergaulan bahkan  mungkin di rumah kita sendiri. Kita mungkin seringkali bertanya apakah kita sudah membuat keputusan yang benar atau melakukan hal yang bijaksana. Seperti orang-orang Israel, kita juga menghadapi pertempuran, lawan-lawan yang ganas, dan pencobaan-pencobaan. Namun Tuhan menyatakan kepada kita untuk memiliki keberanian dan kekuatan untuk mengahdapi apa yang perlu kita hadapi.
Janji-Nya: Selain itu Tuhan menjanjikan hal yang luar biasa: “Aku akan menyertai engkau, Aku tidak akan meninggalkan atau mengkhianati engkau!” ( Yoshua 1: 5). Perintah Tuhan untuk kita menjadi kuat dan berani akan sangat sulit untuk dilaksanakan kalau kita tidak memegang janji -Nya. Kita tidak dapat mengandalkan kekuatan kita sendiri untuk menghadapi dan memecahkan semua tantangan. Hanya melalui kuasa Tuhan yang luar biasa kita mampu menghadapinya. Seperti yang ditulis di Mazmur 118:  “Tuhan dipihakku, aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?”
Rekan pemimpin yang budiman! Betapa luar biasa jaminan yang diberikan Tuhan kepada para pemimpin. Oleh sebab itu sebagai pemimpin di dunia kerja yang menghadapi tantangan berat, kita tidak perlu takut.
 
 

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *