Pdt. Bigman Sirait
Follow @BigmanSirait
Shalom Bapak Pengasuh!
Salah satu perbedaan mencolok antara Calvinis dan Armenian adalah soal keselamatan. Calvinis mengatakan bahwa keselamatan tidak bisa hilang dan siapa saja yang akan diselamatkan sudah ditentukan dari semula. Sementara Armenian mengatakan bahwa keselamatan bisa hilang atau pemilihan bersyarat bagi orang yang akan diselamatkan.
Masing-masing aliran mempunyai dasar-dasar ayat Alkitab. Bagaimana sebenarnya Allah berperan dalam keselamatan? Sejauh mana seharusnya manusia memahami tentang keselamatan tersebut berkaitan dengan kedua pandangan tersebut? Dari kedua pandangan tersebut, mana yang lebih benar? Mohon penjelasannya Pak, supaya saya tidak bingung untuk menentukan gereja mana yang akan menjadi tempat saya beribadah. Terima kasih Pak!
Ratna – Krawang
Ratna di Karawang yang baik!
Bagus sekali sikap kamu yang belajar kritis dalam memahami kebenaran. Soal Calvinis atau Arminian memang menarik untuk dibahas, namun saya juga tidak akan mengajak kamu terjebak di perdebatan panjang yang ada. Kita akan menelusuri apa kata Alkitab, dan memeriksa sudut pandang yang ada.
Pertama yang sangat perlu, perdebatan Calvinis (Tahun 1509-1564 ) dan Arminius (Tahun 1560-1609), bukan di antara mereka, karena memang beda generasi. Bahkan Jacobus Arminius adalah lulusan dari Jenewa, di bawah bimbingan Theodorus Beza, pengganti Calvin. Perdebatan panjang terjadi setelah meninggalnya Arminius.
Kedua, bahwa perbedaan pandang ini adalah soal memahami proses keselamatan, bukan tentang keselamatan itu sendiri. Artinya, kedua belah pihak sepakat bahwa keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus Tuhan. Bahwa keselamatan itu kasih karunia Allah. Namun bagaimana cara bekerjanya, inilah yang jadi perbedaan. Karena itu saya katakan di atas agar kita tidak terjebak.
Mari kita mulai dari kesaksian Alkitab tentang kejatuhan ke dalam dosa. Jelas dalam Kejadian 2:17, ada ketetapan Allah agar manusia tidak memakan buah yang dilarang. Apabila dilanggar, maka konsekwensinya adalah kematian. Mati, artinya terpisah dari Allah sumber hidup. Yesaya 59:2, menggambarkan keterpisahan karena dosa umat. Manusia dipisahkan dari pohon kehidupan yang kemudian dijaga dengan pedang yang menyala-nyala, artinya tidak terhampiri (Kejadian 3:24). Mazmur 14:1-3, Roma 3:9-18, dan berbagai bagian Alkitab lainnya, menggambarkan, betapa akibat dosa manusia menjadi bejat, tidak ada yang benar, tidak ada yang berakal budi, bahkan dengan jelas dikatakan, tidak ada yang mencari Allah. Kematian karena dosa, adalah ketidakmampuan memahami Allah, dan melawan Nya. Inilah akibat jatuh ke dalam dosa, manusia tidak mencari Allah. Sementara usaha “pencarian” Allah digambarkan dalam peristiwa menara Babel yang berakhir dengan kekacauan total (Kej 11:1-9). Ini menjadi gambaran kegagalan usaha agama manusia.
Nah, sekarang soal kesadaran akan dosa, bagaimana bisa terjadi? Dalam Mazmur 19, Daud menyadari betul bahwa untuk mengetahui kesesatan dan bebas darinya, hanyalah pertolongan Tuhan. Demikian juga dalam Mazmur 119, Firmanlah pemimpin jalan yang benar, usaha sendiri akan tersesat. Yohanes 16:8, mengatakan: Roh Kudus yang akan menginsafkan manusia dari dosa! Jadi sangat jelas dalam semangat PL dan PB, kesadaran akan keberdosaan adalah anugerah Allah, murni inisiatif-Nya. Manusia tidak mampu. Lalu bagaimana memahami bagian lain Alkitab yang mengatakan bahwa kita harus sadar, bertobat? Sederhana saja, Allah memberi kita kemampuan untuk merespon kasih karunia-Nya. Kita bertanggungjawab sepenuhnya, atas kasih karuania-Nya. Jelas Allah yang memulai kesadaran keberdosaan, dan kemampuan mentaati-Nya, sama seperti DIA memulai penciptaan.
Kita diselamatkan oleh kasih karunia-Nya, lewat kematian Yesus Kristus di atas kayu salib (bdk. Yoh 14:6, Kis 4:12, Ef 2:8-9). Tapi tak hanya menerima begitu saja, melainkan bertanggung jawab mengerjakan keselamatan yang sudah diberikan dengan hidup benar, sangkal diri, pikul salib (Mat 16:24, Fil 2:12). Maka orang yang diselamatkan itu bukan sekedar menjadi Kristen, melainkan orang yang nyata buah kehidupannya. Seperti kata Alkitab, pohon dikenal dari buahnya, yaitu buah Roh (Mat 7:17, Gal 5:22-23). Nah, soal untuk siapa saja keselamatan itu, dikatakan untuk umat-Nya (Mat 1:21), yaitu umat yang diperkenan-Nya (Luk 2:14). Jadi, jelas terbatas, tapi kita tidak tahu siapa saja, dan ini bukan soal agama Kristen, karena pertobatan tiap orang adalah sebuah proses yang berjalan. Artinya yang hari ini anti Kristen, bisa jadi pengikut Kristus, seperti Paulus atau penyamun yang disalibkan bersama Yesus.
Yoh 3:16, mengindikasikan keselamatan bagi dunia yang mau percaya (terbuka untuk semua). Namun dalam Yoh 17:9, dengan tegas Yesus berkata: Bukan untuk dunia Aku berdoa, tapi untuk murid! Maka jelas sekali bagi Yohanes ada dua pengertian dunia, yaitu secara umum: Semua orang, dan secara khusus: Terbatas yang diselamatkan. Sementara 2 Petrus 23:9, berkata: Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua berbalik dan bertobat. Namun di II Petrus 2:9, juga dicatat: Tuhan tahu menyelamatkan orang saleh dan menghukum orang jahat. Di atas sudah kita lihat, kesadaran dari keberdosaan adalah kasih karunia. Dan bagaimanapun, pilihan terbatas itu nyata. Tapi soal siapa, kita tidak tahu. Ini bukan soal bagaimana berteologi, melainkan melakukan kehendak Bapa.
Kembali ke Yoh 17:12: Orang pilihan Tuhan tidak akan ada yang binasa (hilang), kecuali mereka yang memang sejak semula tidak dipilih, seperti Yudas. Hanya saja, sekali lagi, soal pilihan adalah misteri Allah yang tidak bisa kita pahami. Karena itu keselamatan bukanlah perdebatan, melainkan tanggung jawab mewujudkan kehendak Allah di dunia ini. Jelas keselamatan dari Allah, atas manusia yang tidak mencari Allah. Dan jelas, pesan Yesus tidak akan ada yang hilang. Ingat pohon dikenal dari buahnya, dan disinilah masalahnya, karena kita menyaksikan fenomena hidup yang penuh pertanyaan. Ada orang yang tampaknya pilihan, ternyata bukan, seperti Yudas. Sebaliknya orang yang tampaknya binasa, malah selamat, seperti penyamun di samping Yesus. Calvinis menyebutnya pilihan berdaulat, sementara Arminian, pilihan karena Allah telah mengetahui sebelum-Nya tentang manusia.
Konsekwensi pandangan Calvinis, Allah berdaulat penuh atas keselamatan. Jadi tidak tergantung pada manusia yang memang tidak mampu, sehingga keselamatan tidak bisa hilang (bdk. doa Yesus di Yohanes 17). Sementara Arminius kasih karunia diberikan, tapi manusia menentukan menerima atau tidak, sehingga keselamatan bisa hilang. Jika Alkitab mengatakan keselamat bukan usaha manusia, tetapi pemberian Allah, dekat ke Calvinis. Sementara dari perspektif Arminius, jelas pilihan Allah karena mengetahui sejak awal bahwa sesorang akan baik (ada usaha untuk baik, sehingga dimasukkan dalam pilihan sejak kekal).
Nah, Ratna yang dikasihi Tuhan, tampaknya pandangan Calvin lebih mendekati Alkitab. Namun ingat Calvin bukan tanpa salah, karena Alkitablah yang tanpa salah. Sementara Arminius bukan sesat. Pemahaman teologi harus dinamis, berproses, karena Alkitab yang final, bukan teologi kita. Jadi jawaban ini belum bisa tuntas di sini, karena menuntut kamu belajar lebih lagi. Karena mungkin akan muncul pertanyaan lanjutan.
Selamat menggumuli.