Rajin Ibadah, Tapi Dosa Tak Berkurang

Pdt. Bigman Sirait

Follow Twitter: @bigmansirait

MEMAHAMI kekudusan Allah menjadi satu bagian yang penting, supaya kita mendapatkan keutuhan pemahaman karena bagaimanapun orang sering kali salah mengerti Allah. Orang hanya mampu menyorot Allah yang kudus, tetapi melupakan Allah yang kasih.

Ada pula orang yang melihat Allah yang kasih, tetapi melupakan Allah yang kudus. Allah kasih sekaligus kudus. Allah kudus, sekaligus kasih. Tuhan Allah adalah kudus yang tidak bercampur dengan dosa, yang tidak merancang dosa, dan pasti tidak berdosa. Dia Allah yang terpisah dari dosa, yang tidak bisa melihat dosa. Ia Allah yang kudus, tidak mungkin berdosa. Sehingga jatuhnya manusia ke dalam dosa adalah tanggung jawab manusia.

Maka, Tuhan Allah yang kudus itu tidak merancang dosa. Karena itu jangan pernah beranggapan dosa itu ciptaan Tuhan. Manusia diciptakan dalam potensi netral: bisa taat perintah Allah, bisa melanggar. Namun manusia mengambil posisi melanggar. Padahal perintah sangat jelas dan sangat mudah dilakukan, hanya taat saja. Tetapi manusia tidak mampu tunduk kepada Allah yang menciptakannya. Allah yang kudus dikhianati, dikudeta manusia dengan dosa yang diperbuatnya.

Kudus ialah sifat Allah yang membuat-Nya tidak bisa berkompromi dengan dosa apa pun, sekecil apa pun. Mana bisa manusia menghadap Allah yang mahasuci dengan dosa, sekalipun itu kecil sekali. Allah memang mengampuni orang berdosa, tetapi Ia menghukum dosa. Siapa yang berdosa, ada pengampunan. Tetapi jangan lupa, Allah murka terhadap dosa. Jangan mempermainkan Allah dalam pengakuan dosa. Banyak orang mengaku dosa dengan kemunafikan. Dosa yang pertama belum beres sudah ditambah lagi dengan dosa yang kedua, yaitu pura-pura minta ampun dosa.

 

Banyak orang beribadah, tidak berkurang dosanya, tetapi malah bertambah, karena berbagai kebohongan. Sementara Allah yang dihadapi itu kudus, yang mengetahui kebengkokan hati manusia, dan harus berduka karena perilaku kita. Ibadah mau mengaku dosa, tetapi bukan terampuni tetapi bertambah. Kenapa? Karena kita mengaku dosa pun ternyata bermain-main dengan dosa. Kekudusan Allah menuntut manusia harus hidup kudus. Dia kudus maka kita harus kudus. Dan kekudusan yang kita terima hanya mungkin ditebus di dalam darah Yesus Kristus. Dan Dia sudah melakukan itu. Karena itu periksa diri, bergantunglah kepada Tuhan Yesus. Bersyukurlah karena Dia menebus dosa. Ia tidak akan pernah kagum dengan aktivitas keagamaan sehebat apa pun. Karena Dia hanya akan menyorot orang-orang yang kudus, sama seperti Dia kudus.

 

Kekudusan Allah menuntut manusia untuk jauh dari berhala. Allah yang kudus tidak rela di “selingkuh”i. Allah yang kudus tidak mau diduakan. Jangan pernah berpikir berhala bisa kita simpan, sementara kita memainkan peran sebagai orang percaya yang rajin ke gereja. Jangan pernah berpikir pula bahwa berhala itu hanya sekadar patung, gua, pohon besar. Orang modern memiliki jauh lebih banyak tempat berhala. Di jaman sekarang orang memberhalakan kekayaannya, sehingga menghina orang lain. Orang modern memberhalakan kepintarannya, kepada otaknyalah dia bergantung, bukan lagi kepada Tuhan. Otak yang dipakai, bukan iman. Padahal seharusnya otak itu tunduk kepada iman. Orang-orang yang punya kuasa, memperlakukan orang semena-mena karena berpikir dia yang berkuasa, lupa kepada Tuhan. Semua peran yang dimainkan dalam kondisi seperti itu menunjukkan manusia punya berhala. Seorang pria mem-berhalakan ceweknya yang cantik, sehingga mau meninggalkan Tuhan dengan seribu dalih demi sang kekasih, yang kebetulan tidak kenal Tuhan. Karena itu hati-hati kepada jebakan berhala yang membuat Tuhan yang kudus jauh dari kita

Kekudusan Allah menuntut kita untuk kudus, kalau memang kita mau jadi anak Allah. Lain cerita jika dengan sadar kita berkata, “saya tidak mau”. Jika memang tidak mau menjadi anak Allah, kau berhak untuk tidak kudus. Silakan lakukan apa yang kau mau. Tetapi kalau engkau berkata, “Aku anak Allah, mau mengikut Allah”, maka hiduplah kudus. Dia tidak menuntut kita melakukan sesuatu yang tidak dapat kita lakukan. Dia tidak menuntut kita melakukan sesuatu yang tidak jelas. Dia menuntut kita untuk melakukan apa yang ada pada diri-Nya dan apa yang sudah dikerjakan-Nya, di dalam diri Yesus Kristus Tuhan kita

Ditebus Yesus

Implikasi kekudusan Allah menuntut kekudusan iman. Kekudusan Allah ini tidak hanya dibicarakan dalam Perjanjian Lama, Perjanjian Baru juga menggemakan Allah yang kudus itu secara luar biasa. Dalam Matius 5: 48 dikatakan, “Kuduslah engkau karena Tuhan Allah kudus”. Kekudusan yang dikerjakan di dalam diri kita orang berdosa yang telah ditebus di dalam diri Yesus Kristus, harus kita pelihara dan jaga. Kita tidak punya argumen untuk tidak hidup kudus di hadapan Allah. Allah yang kudus menuntut kita kudus di tengah dunia yang tidak kudus. Allah yang kudus menuntut kita hidup kudus, karena kita memang sudah dikuduskan. Karena itu mari kita sama-sama untuk tidak menghina diri kita yang sudah dikuduskan oleh cinta kasih-Nya. Memang tidak sederhana karena kita hidup di dalam dunia yang penuh seluk beluk menghan-curkan dan mematikan. Di tengah-tengah dunia yang penuh perta-rungan sulit dan berat tetapi harus dilewati. Jangan pernah berkata, “Mana mungkin aku bisa hidup kudus”. Tuhan yang mengasihi kita adalah Tuhan yang memberi kita kekuatan asalkan kita taat kepada ketetapan-Nya, bergantung kepada kebenaran firman-Nya dan hidup di dalam iman yang dianugerahkan-Nya. Kekudusan akan memisah kita dari dosa yang berarti juga terpisah dari masalah. Karena seluruh sumber masalah adalah dosa. Ketegangan, kesulitan akan punah termakan kesukacitaan karena hidup dalam kekudusan. Kekudusan membawa kita dengan jernih memandang kehidupan. Kekudusan membawa kita dengan tenang menikmati kehidupan.

Tak ada alasan bagi kita untuk menggadaikan kekudusan hanya karena dendam, atau kebencian. Tak ada alasan menjual kekudusan demi kepuasan perut. Tetapi ada alasan yang sangat kuat supaya kita selalu kudus, karena itu adalah perintah Allah. Tuntutan yang tidak bisa kita sepelekan, yang mau tak mau harus kita penuhi. Karena itu, mari bersama untuk merespon kepada Allah yang kudus dengan hidup kudus. Allah yang benci kepada dosa tetapi setia mengasihi ketika kita mengaku dosa.

 

 

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *