Integritas Yang Memimpin Kita

Raymond Lukas

Seorang rekan menulis personal message di profil blackberry messenger-nya sebagai berikut:  ”Integrity is still doing the right thing when nobody is watching”. Sebuah pengertian yang menarik, dan akan sangat membantu mengatur dunia ini, termasuk Indonesia,  apabila dimengerti oleh banyak pihak dan yang terutama apabila dilaksanakan dalam kehidupan setiap individu.
Kalau kita mencari kata integritas di dalam Alkitab,  maka akan muncul banyak sekali ayat-ayat yang menggunakan kata “integrity” ini. Daud dalam beberapa ayat menyebutkan kata integritas ini dalam doa-doanya. Misalnya di ayat Mazmur 25: 21, Daud mengatakan: “Semoga kebaikan dan kejujuran mengawal aku, sebab aku berharap kepadaMu.” Dalam bahasa Inggrisnya di katakan “Let integrity and uprightness preserve me. For I wait for you!”  Dalam ayat yang lain Daud mengataka: “But as for me, I will walk in my integrity. Redeem me and be merciful to me” atau dalam terjemahan dikatakan “Tetapi aku hidup dengan tulus hati, kasihanilah dan bebaskanlah aku”.  Dalam Amsal 20: 7 kita membaca: “The righteous man walks in his integrity. His children is blessed after him.” Dan dalam terjemahannya dikatakan:  “Anak-anak beruntung jika mempunyai ayah yang baik dan hidup lurus”.
Dari ayat-ayat di atas kita mendapatkan pengertian bahwa apa yang disebut “integritas” merupakan sesuatu yang disadari manusia. Banyak orang menginginkan berjalan di dalam integritas tersebut, karena mereka mengerti bahwa itu yang seharusnya dilakukan dan apabila hal tersebut menjadi jalan hidup dan prioritas utama kita, maka ada “upah” yang akan mereka terima, yaitu kasih karunia Allah yang tanpa batas.
Namun, bagaimana perjalanan integritas tersebut dalam kenyataan kehidupan sehari-hari? Memang bukan hal yang mudah. Sebagai contoh,  apa yang disaksikan Natalia baru-baru ini: Seorang bawahannya dengan santainya menunda pembagian oleh-oleh untuk seluruh staffnya yang dibawanya dari Singapura. Memang bukan barang-barang berharga, namun hanya kue-kue spesifik buatan sebuah toko kue di Singapura.  Natalia sengaja memesan kue tersebut dalam jumlah banyak, agar semua staffnya kebagian. Namun, dari  pagi hari Natalia tidak melihat kue tersebut dibagikan, karena tidak kelihatan ada staffnya yang mengunyah kue ataupun ada yang mengucapkan terima kasih. Natalia penasaran, dan bertanya pada salah satu staffnya yang lain. “Kamu nggak coba kue yang saya bawakan ya? Ditaruh dimana kuenya ya?”. Bawahannya yang ditanya menjawab: “Kue apa yambak? Ga ada yang bawa kue kok”. “Loh, saya kan bawakan oleh-oleh kue dari Singapura, tadi pagi-pagi saya minta Ninuk bagikan.” Staff tersebut melanjutkan: “Oh, mbak minta Ninuk yang bagikan ya. Biasanya nanti dibagikan kalau kue jualan Ninuk sudah habis. Kalau dibagikan sekarang kan nanti kuenya Ninuk yang dibawanya dari rumah jadinggak ada yang beli”. Natalia terperanjat. Oh my God, keluhnya. Hanya  untuk kepentingannya sendiri Ninuk sampai tega menunda pembagian kue yang dibawanya. Dengan penasaran, Natalia memanggil Ninuk. “Nuk, kue yang saya bawa belum dibagikan ya?” “Oh iya mbak. Sebentar lagi saya bagikan ya. Saya letakkan di pantry saja, jadi semua gampang mengambilnya.” Natalia mengangguk. Dari ruangannya, Natalia melihat Ninuk meletakkan boks kue yang dibawanya di pantry. Tapi kok hanya dua boks yang ditaruh ya? Padahal Natalia memberikan 3 boks tadi pagi. Natalia, berpura-pura menuju pantry dan melewati meja Ninuk. Ternyata, kue yang satu boks lagi sengaja ditahan Ninuk di mejanya. Entah untuk dibawa pulang, atau untuk dibagikan kemudian. Dengan kesal Natalia mengambil kue di meja Ninuk itu. “Sekalian saja ya Nuk dibuka semua, kita kan orangnya banyak, jadi bisa kebagian semua.” “Oh iya mbak, …” Jawab Ninuk tersipu. Sepertinya hal sepele, namun sangat mengganggu Natalia, bagaimana integritas seseorang bisa demikian buruknya. Cuma bagikan kue, masih mau disunat juga, pikirnya.
Pengalaman Wisnu lain lagi. Seorang rekan seniornya bermaksud mengenalkannya atasan mereka dengan seorang pengusaha kelas kakap. Sang atasan setuju agar suasananya nyaman, perkenalan akan dilakukan di sebuah restoran mewah, yang pastinya juga mahal. Kemudian, terjadilah acara perkenalan tersebut di resto mewah tersebut. Sang atasan karena ada keperluan penting lainnya, minta ijin kepada tamu dan semua yang hadir untuk pamit terlebih dahulu. Jadi di akhir acara perkenalan tersebut, hanya Wisnu, rekan seniornya dan beberapa rekan sekantor lainnya yang ikut serta dalam acara tersebut. Tibalah saatnya rekan seniornya meminta tagihan restoran. Waktu tagihan diberikan, semuanya terperanjat dengan jumlahnya yang mencapai belasan juta rupiah hanya untuk sekitar 8 orang. Sebenarnya jumlah tersebut memang sepadan dengan pilihan hidangan yang memang terbaik. Namun, reaksi rekan senior Wisnu sangat membuat  Wisnu terperanjat, cendrung merasa malu. Karena rekan senior tersebut mulai menyalahkan waiterdan chef restoran yang cendrung memberikan pilihan menu yang mahal-mahal. Dengan ngototnya dan dengan kata-kata tajam, si rekan senior mulai menjelekkan menu sajian, cita rasa dan pelayanan restoran. Akhirnya, setelah lama bersitegang memang didapatkan diskon sekitar 20%. Tapi, caranya itu loh – sangat memalukan, menurut kacamata Wisnu. “Wah, bagaimana ini. Perusahaan sekaliber perusahaan ini punya karyawan dengan integritas serendah si rekan senior. Sudah tahu ini restoran mahal, dan sudah pesan menu paling mahal. Tetapi akhirnya ngotot waktu disuruh bayar”, Wisnu hanya geleng-geleng kepala.
Lain lagi yang terjadi di perusahaan Maimunah. Di tempat kerjanya itu, banyak karyawan senior memanfaatkan fasilitas kendaraan dinas untuk kepentingan pribadi. Dari minta dijemput pagi hari, minta diantar pulang malam hari,  sampai melemburkan sopir kantor di rumah, dengan biaya lembur yang ditanggung kantor. Notabene, karyawan senior sudah diberikan fasilitas Car Ownership,  program yang disubsidi perusahaan, dengan syarat perjalanan dinas kantor bisa memakai kendaraan karyawan tersebut.
Rekan pembaca yang budiman, jadi integritas merupakan hal yang perlu kita miliki dan pertahankan. Namun bagaimana caranya? Beberapa tips berikut mungkin bisa membantu Anda.
1. Tentukan nilai-nilai Anda. Kita tidak bisa hidup dengan nilai-nilai yang tidak kita miliki. Jadi tentukan nilai-nilai utama Anda yaitu nilai-nilai yang tidak pernah akan Anda kompromikan, apapun konsekwensinya.
2.  Lakukan analisa atas setiap pilihan Anda.  Seringkali kita membuat pilihan yang buruk apabila kita berpikir bahwa tidak ada yang melihat apa yang kita lakukan. Memiliki integritas berarti, kita membuat pilihan yang benar khususnya apabila tidak ada yang melihat tindakan kita. Mungkin kedua pertanyaan berikut akan membantu kita; ( A) kalau pilihan saya tercetak di halaman utama surat kabar dimana setiap orang bisa membacanya, apakah saya merasa nyaman? (B). Kalau saya membuat pilihan ini, apakah saya merasa nyaman dengan diri saya sendiri setelah membuat pilihan tersebut?
3. Utamakan integritas dalam setiap situasi. Orang-orang yang memiliki integritas memiliki ciri-ciri yang sama yaitu kerendahan hati, memiliki percaya diri yang besar, dan memiliki kesadaran diri yang kuat. Bangun terus dan kembangkan ciri-ciri tersebut sehingga Anda mempunyai kekuatan dan keberanian untuk melakukan hal yang benar setiap saat.
Rekan pembaca yag budiman, saya percaya rekan-rekan dan juga saya akan terus berusaha meningkatkan integritas kita untuk Indonesia yang lebih baik.
 

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *