Pdt.Bigman Sirait
Follow @bigmansirait
Umat Kristiani dewasa saat ini lebih cenderung menjadi penakut lagi cengeng. Betapa tidak, umat kristen lebih senang lari atau setidaknya menghindar dari masalah daripada menghadang, melawan dan mengatasinya. Kecenderungan ini nampak jelas dari konsep teologis yang dihidupi, bahwa dengan percaya kepada Tuhan, maka tidak bakal mendapat masalah lagi. Bagi orang-orang seperti ini sesungguhnya Tuhan tak lebih dari tempat untuk membereskan semua persoalan. Tuhan hanya sebagai tempat pelarian atau pelampiasan emosi semata. Benarkah seperti demikian yang Tuhan inginkan?
Sikap menjadikan Tuhan tempat pelarian dari masalah tentu saja kontra produktif dengan ucapan Yesus yang mengatakan, “Mau ikut Aku? Sangkal dirimu, pikul salibmu.” Ucapan itu tentu tidak sejalan dengan kecenderungan Kristen masa kini yang berlari ke arah Tuhan, hanya karena sedang dilanda persoalan. Tuhan menginnginkan orang kristen tidak lari dari persoalan, lari dari kenyataan. Karena itu berani menghadapi penting dihidupi. Dalam konteks seperti inilah kesabaran diri mutlak diperlukan. Sebab orang yang sabar tidak akan mudah putus asa. Karena ada sesuatu yang kuat dalam dirinya, yang sekalipun datang masalah bertubi-tubi, dia tidak lekang dan jatuh lalu putus asa karenanya. Sementara mereka yang tidak punya kesabaran, jika didera persoalan, kemungkinan besar akan langsung kecewa dan menyerah pasrah. Orang seperti ini dengan sendirinya tidak bisa lagi menikmati bagaimana seharusnya bertahan oleh cinta kasih dan pertolongan Tuhan di dalam kehidupannya. Dia pun tidak akan pernah merasakan munculnya kesabaran sebagai suatu bagian dari pertahanan yang bisa menguatkan dirinya.
Punya kesabaran juga dapat menjaga orang tidak cepat marah atau marah yang tanpa arah. Dalam Alkitab ada tertulis: janganlah amarahmu bertahan sampai matahari tenggelam. Ini adalah ungkapan tersirat yang memberikan nasihat agar amarah seseorang jangan sampai berlarut-larut. Sebab jika kemarahan dibiarkan berlarut-larut, maka akan timbul kebencian. Benci menjadi dendam, dan dendam dalam hati sangat berpeluang mengarahkan orang melakukan tindakan dosa yang dampaknya bisa sangat mengerikan.
Namun demikian bukan berarti Kristen tidak boleh marah. Sebab Yesus sendiri pun pernah marah. Silakan saja marah kalau kebenaran dipermainkan. Marah kalau kebebalan dipertontonkan. Ketika kedegilan dan ketololan dilakukan berulang. Dari sini kita dapat tarik makna, bahwa kemarahan itu timbul utamannya karena faktor keputusasaan. Kemarahan itu timbul karena tidak berakar pada satu kekuatan yang solid sehingga membuat orang menjadi labil. Muaranya pada ketidakmampuan mengendalikan diri. Karena itulah kesabaran mutlak diperlukan dalam kehidupan.
Selanjutnya dengan mempunyai kesabaran, menjadikan orang mampu melihat permasalahan sebagai sebuah anak tangga menuju kemajuan. Jika terbentur pada suatu masalah, maka dia tidak akan lari. Karena itu jika ada orang yang sudah biasa dan bisa melewati masalah demi masalah, maka dengan sendirinya orang tersebut punya pengalaman dalam menangani atau mengatasi masalah. Dan orang yang terbiasa mengatasi masalah, maka sendirinya daya tahannya pun akan bertambah.. Jadi, masalah dianggap sebagai sebuah latihan, sebuah ujian yang sangat penting dilalui.
Seorang pengusaha sukses, tentu sudah berjuang dengan gigih sehingga dia mampu membangun perusahaannya. Tidak ada orang menjadi pengusaha top tanpa melalui perjuangan hebat. Itulah sebabnya, orang yang selama ini mendapatkan banyak fasilitas, kebanyakan selalu mengalami kegagalan. Banyak contoh yang telah membuktikan bahwa generasi pertama yang membangun sebuah perusahaan besar adalah orang-orang gigih, punya semangat juang tinggi, pantang menyerah dalam membangun perusahaannya meskipun didera oleh berbagai kesulitan dan kesusahan yang luar biasa . Kemudian anak-anaknya atau cucu-cucunya yang merupakan generasi kedua dan ketiga, yang tidak pernah merasakan masa-masa susah dan sulit, justru mereka inilah yang membuat perusahaan hancur. Tapi perlu diingatkan pula bahwa tidak semua orang mesti dibuat susah dahulu, supaya bisa berhasil. Yang jelas kita dituntut untuk bisa menghadapi segala masalah dan bertumbuh di situ. Itulah namanya daya tahan.
Oleh sebab itu konsep ini harus ditanamkan supaya semua kita akan melihat bahwa setiap permasalahan itu adalah anak tangga menuju kemajuan. Jangan memotong kompas untuk bisa lari ke jalan yang mungkin lebih mudah, tetapi salah. Memotong kompas yang salah misalnya, jika kita sakit, kita berdoa meminta kepada Tuhan supaya disembuhkan. Namun pada saat Tuhan ‘memperlambat’ proses penyembuhan dalam rangka menguji, kita yang tidak sabar sudah lari ke dukun. Ini jelas suatu contoh mentalitas yang payah.
Selanjutnya, orang-orang yang memiliki kesabaran akan memiliki daya tahan yang tangguh karena ada pengharapan yang kuat. Pengharapan dari mana? Pengharapan akan kasih Kristus. Pengharapan akan kasih yang menggelora dan terus berkembang di dalam batin, membuat kita sangat kuat luar biasa.
?Disarikan oleh Slawi