Kedewasaan Individu Dalam Berbisnis

Sebagai orang tua kita ingin melihat anak kita menjadi dewasa. Dari seorang bayi yang lucu, dan mungil, berkembang menjadi anak-anak, kemudian menjadi remaja, lalu menjadi anak muda yang bersemangat dan kemudian menjadi dewasa. Namun kedewasaan tidak hanya dalam bentuk phisik saja. Marc & Angel (2007) mengemukakan bahwa kedewasaan seseorang bukanlah terletak pada ukuran usianya, tetapi justru pada sejauh mana tingkat kematangan emosional yang dimilikinya.
Kematangan tersebut akan membantu seseorang dalam memutuskan berbagai macam hal dalam kehidupan termasuk dalam bisnisnya. Mario teguh pernah menulis sbb: “Tuhan, anggunkanlah kami dalam kedewasaan yang pantas bagi kedudukan yang baik dan kesejahteraan yang penuh berkah”. Dari kalimat diatas, jelas kita melihat bahwa kedewasaan seseorang secara emosional akan membawanya kepada kesejahteraan yang penuh berkah. Atau sederhananya, berhasil secara baik dalam bekerja ataupun ber bisnis. Dalam alkitab kedewasaan dicirikan sebagai orang-orang yang berdiri teguh dan berkeyakinan penuh dengan segala hal uang dikehendaki Allah (Kol 4 :12), Hal ini menunjukkan kematangan dan kedewasaan rohani yang tidak mudah di ombang-ambingkan oleh keinginan dunia ini. Melihat arti kedewasaan diatas, bagaimana kenyataannya dalam dunia kerja kita saat ini, Pengamatan penulis melihat bahwa kedewasaan merupakan hal yang masih langka di dunia kerja kita saat ini. Seringkali kurangnya tingkat kedewasaan ini membawa hasil yang kurang optimal bagi perusahaan. Sebagai contoh seringkali professional kita bermain dengan deadline pekerjaan yang harus mereka selesaikan. Sebagai contoh, pekerjaan yang seharusnya selesai pada tanggal tertentu, dalam kenyataannya baru 50% selesai atau bahkan kurang dari itu. Namun dalam laporan atau informasi yang disampaikan kepada atasan seringkali dinyatakan pekerjaan sudah hampir selesai atau hanya tinggal finishing saja. Padahal kenyataannya, masih jauh dari apa yang disebut “selesai”. Misalnya Rudy, yang bekerja disebuah penerbitan. Deadline, penulisan tanggal 20 setiap bulan. Tanggal 15 Rudy dilaporkan bahwa penulisan utama sudah selesai, kecuali 2 artikel minor yang bisa diselesaikan salam 1 – 2 hari. Kenyataaanya, sewaktu Rudy mengecek secara detail – bahkan, tulisan utama masih “nol” atau belum ditulis sama sekali. Jadi yang dimaksudkan sudah dalam laporan tersebut adalah bahwa tulisan utama sudah masuk dalam  rencana penulisan namun belum ditulis sama sekali. Hal ini menunjukkan kurangnya kedewasaan bawahan Rudy dalam membuat laporannya. Lain halnya , Lina yang bekerja di industri event organizer. Suatu kali, mendekati hari H sebuah eventnya mendapatkan teks sms dari bawahannya sbb:”Sorry Mbak, aku lagi suntuk di kantor, jadi aku gak datang ke kantor dulu…”. Lina tersedak, wah bagaimana ini? Event sudah dekat, namun sifat kekanak-kanakan yang harus dihadapinya.
Pertanyaannya, bagaimana kita bisa melihat kedewasaan seseorang bawahan atau pihak yang bekerjasama dengan kita? Ada beberapa ciri kedewasaan yang harus dimiliki oleh pekerja yang dewasa, yaitu:
1. Bagaimana mereka bekerja sama dengan orang lain. Kedewasaan tidak mungkin diraih, tanpa bekerjasama dengan orang lain. Jadi, sebanyak mungkin berinteraksilah dan bekerjasamalah dengan orang lain, maka hal itu akan meningkatkan kedewasaan kita.
2. Bagaimana mereka mengendalikan emosi mereka. Penting bagi seorang yang dewasa untuk mengendalikan emosi mereka. Mereka bisa bersifat tegas, namun tidak emosional.
3. Seberapa besar kesabaran mereka? Dengan pertimbangan yang matang bisa memutuskan sesuatu dengan baik, tanpa kesimpulan yang kurang tepat dan judgemental.
4. Apakah lidah mereka bisa di control? Ucapan-ucapan yang tidak perlu harus bisa di hindarkan. Lidah adalah Anggota tubuh yang kecil, namun bisa berbahaya. Hindarkan perkataan fitnah, dusta atau negatif. Sebagai professional kita harus bisa dipercaya.
5. Seberapa besar jiwa melayani yang dimiliki? Kita tahu bahwa sekarang sudah bukan jamannya lagi kita sebagai atasan atau sebagai professional yang baik meminta untuk dilayani, Bahkan sebaliknya, kita harus saling melayani agar hasil optimal bisa diraih.
6. Bagaimana sikap mereka terhadap atasan? Banyak professional membicarakan hal buruk tentang atasannya. Sebagai bawahan seorang professional harus bisa menghargai atasannya dengan baik, siapapun atasan mereka.
7. Bagaimana mereka mengelola keuangan mereka? Banyak professional terlibat hutang. Sehingga akhirnya gali lubang, tutup lobang, Seorang professional dewasa harus bisa mengelola keuangan dengan baik karena itu akan mempengaruhi kinerja mereka.
8. Bagaimana mereka mengucap syukur. Seorang yang dewasa akan memiliki banyak ucapan syukur, karena mereka tahu dengan selalu bersyukur mereka akan mendapatkan yang terbaik.
9. Seberapa baik mereka mengelola sukses? Seorang yang dewasa tidak akan takabur dengan sukses yang diraih. Namun akan selalu bersikap rendah hati yang akan membawa mereka kepada kesuksesan yang baru.
10. Seberapa besar perhatian kepada orang lain. Seorang yang dewasa akan selalu memperhatikan orang lain. Mereka tidak mementingkan diri sendiri, namun bagaimana kehadiran mereka bisa menjadi penyemangat pihak lain.
Rekan pemimpin yang budiman, disadari atau tidak kedewasaan memegang peranan penting bagi pencapaian hasil.
Oleh sebab itu penting bagi kita untuk menjadi dewasa, juga anak-anak buah kita. Sehingga pelipatgandaan bukan hal yang mustahil bagi kepemimpinan kita.

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *