Dampak Dosa Bagi Relasi Manusia

"Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?" Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." (Kejadian 3: 11-12)

Begitulah Allah bertanya kepada ciptaanNya, tak berselang lama setelah manusia itu jatuh dalam dosa. Alih-alih berani menemui Tuhan dan mengakui segala kesalahan, Adam dan hawa, istrinya yang melanggar perintah, memakan buah larangan Allah, justru lari dan bersembunyi dari Allah. Bukan saja tidak mengakui, manusia, dalam hal ini Adam, sebagai pelindung keluarga yang harusnya mengayomi istrinya, justru mempersalahkan dia. Begitulah Adam-Hawa, tak mampu (tak kuasa) menjawab pertanyaan Allah, mereka justeru saling menyalahkan. Di sini dengan sangat jelas terlihat, betapa manusia yang jatuh ke dalam dosa tak lagi memikirkan orang lain, tetapi hanya berusaha menyelamatkan diri sendiri.

Adam tak mengakui secara jantan bahwa dirinyalah yang bersalah, lalu bersedia memikul tanggung jawab atas kesalahannya itu. Sebuah tindakan yang jauh dari naturnya sebagai seorang pemimpin. Jangankan bersedia bertanggung jawab, Adam justru mempersalahkan pasangannya, yang sejatinya ditempatkan Allah sebagai pendamping, penolong yang sepadan. “Perempuan yang kau tempatkan di sisiku, dialah yang memberi buah itu dan kumakan”.

Pernyataan Adam itu seperti mengamini pandangan keliru tentang hirarki dalam keluarga. Di mana perempuan (Hawa) diberikan Allah untuk menjadi penolong yang sepadan bagi Adam, dan bukan untuk merongrong dia. Adamlah yang harus berperan menjadi pemimpin yang membuat keputusan, bukan lantas mengekor apa kata isterinya. Seharusnya Adam berkata kepada Allah, “Itu salahku, tanggung jawabku, hukumlah aku”. Bukan malah menyetujui usul yang salah dari Hawa.

Itulah dosa, yang berdampak sangat luas bagi kehidupan manusia. Menyentuh banyak aspek, mulai harga diri, hirarki, sampai merusak segala ketetapan yang harusnya dijaga benar oleh manusia. Dosa membuat manusia semakin tak tahu diri, sehingga berdosa pun merasa diri tak berdosa. Di sini jelas terlihat betapa dosa itu mengakibatkan kebebalan kedegilan yang luar biasa. Manusia itu betul-betul menjadi bebal, sehingga tak lagi mampu menghargai apa yang Allah kerjakan dalam kehidupan-Nya. Penolong yang Allah berikan kepadanya tidak lagi menimbulkan rasa syukur dan terimakasih, tetapi justru menjadi sebuah gugatan. Ketika muncul permasalahan, bukannya memeriksa diri dan mengaku salah, tapi justru menyalahkan. Itulah akibat atau dampak luarbiasa dari dosa, yang pertama.

Selanjutnya, dosa juga meluluhlantakkan seluruh teori hubungan indah antara Pria dan Wanita. Betapa indah, seharusnya, kalau di dunia ini hanya ada dua orang saja itu, yaitu anda dan pasangan anda. Bukankah itu yang seringkali dibayangkan dan impikan banyak orang. Walaupun faktual itu tidak mungkin terjadi sekarang ini, tapi bukankah itu angan-angan pasangan yang sedang dimabuk cinta. Seolah-olah dunia ini milik berdua. Ya, itu indah seharusnya. Apa lacur, dosa membuat sesuatu yang indah itu justru menjadi masalah yang berat. Dosa merusak seluruh sistem hubungan yang sebenarnya. Jangan harap bisa masuk logika, karena dosa Akal sehat tak lagi bekerja, tak lagi mampu merumuskan bagaimana hubungan yang sebenarnya. Yang terjadi adalah pengkhianatan, pencideraan, pun pengkhianatan terhadap pasangan.

Itulah problem sosiologi perdana, problem yang dimulai bukan oleh bangsa melawan bangsa, tetapi hanya dua orang yang disebut suami-istri. Bahkan, anugerah yang diberikan Allah, pasangan wanita, pun dianggap Pria (Adam) justru sebagai malapetaka. Sebuah gugatan yang begitu memprihatinkan, karena menempatkan pasasangan (wanita/ Hawa), justru sebagai teror bagi dirinya. Itulah dosa, yang sudah merusak dan meluluhlantakkan seluruh hubungan. Sehingga relasi yang tadinya indah, menjadi relasi yang menciptakan malapetaka. Kasih telah berubah menjadi kebencian, sehingga manusia itu tidak lagi saling memproteksi, tetapi justru saling menyakiti dan menghancurkan. Tidak perduli laki-laki terhadap perempuan, suami terhadap istri, atau sebaliknya.

Yang terakhir, akibat dari dosa adalah, manusia menjadi sangat mencintai dirinya dan berusaha menyelamatkan diri. Parahnya, untuk menyelamatkan dirinya sendiri, seringkali dia menceburkan orang lain. Inilah akibat dosa yang menimbulkan kengerian dan kekejian dalam berelasi. Itulah juga tontonan gratis di kehidupan manusia yang ada di depan mata kita. Manusia saling menyalahkan, saling menghancurkan. Semua orang terlibat di dalam, entah dia orang biasa atau rohaniwan, atau apa pun agamanya. Sangat mudah membawa orang dalam pertikaian, tetapi sangat sulit membawa ke meja perdamaian. Itu karena hubungan sosial yang sudah rusak, porak poranda dan kacau.

Betapa jahatnya dosa, tidak saja merusak spiritualitas manusia, tapi juga menimbulkan gangguan psikologi bagi manusia, sehingga dia tidak lagi mampu menghargai diri sebagai makhluk berharga. Begitu juga dalam hal teologi, akibat dosa membuat manusia tidak lagi mampu menghargai Allah, dan anugerahnya. Sehingga Sang Pencipta itu bukan lagi hal yang menyenangkan bagi manusia, tetapi justru seolah menjadi momok yang menakutkan.

Disarikan oleh Slawi

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *