Tidak Ada Jalan Pintas

Harry Puspito
(harry.puspito@yahoo.com)*

Pada tulisan sebelumnya kita mendapatkan gambaran bagaimana bangsa kita mempersepsi karakter dirinya sendiri. Mereka melihat karakter bangsa kita suka bekerja-sama, kreatif, cinta, pemimpin, bebas dan sopan beretika – menggunakan ciri-ciri yang digunakan oleh media Kompas & Jakarta Post dalam kampanye karakter mereka. Sebaliknya bangsa kita dipersepsi sendiri lemah dalam karakter penting seperti jujur, disiplin tanggung-jawab dan percaya diri.

Hasil survey ini juga menunjukkan tidak ada figur yang dominan di mata masyarakat sebagai orang dengan karakter yang baik. Di antara pilihan yang ada kurang dari satu di antara empat menyatakan orang tua mereka adalah tokoh berkarakter ideal mereka. Bisa dilihat bahwa sebagian besar orang tidak mengindolakan orang tua mereka sendiri. Dengan kedekatan mereka bisa merasa apakah ortu mereka punya karakter yang baik atau tidak. Dengan sorotan kedekatan dalam keluarga, anak akan tahu perilaku orang tua mereka.  Menarik bahwa di antara figur-figur yang namanya diingat dan disebut responden, satu dari empat menyebutkan tokoh proklamasi Indonesia, yaitu Soekarno, sebagai pribadi yang memiliki karakter yang kuat dan baik. Bagaimana karakter terbentuk berhubungan dengan siapa atau apa yang diyakini mempengaruhi pembentukan karakter seseorang. Hasil survei eksplorasi MRI yang mewawancara 100 responden laki-laki dan perempuan berusia 21 tahun ke atas dari kelas sosial ekonomi ABC+ ini menunjukkan hampir semua (98%) melihat lingkungan keluarga, seperti orang tua dan saudara-saudara mereka, yang paling mempengaruhi pembentukan karakter positif (atau negatif) bangsa ini.

Orang awam sadar jalan pembentukan karakter adalah jalan panjang, bukan jalan instan. Pembentukan karakter dimulai dan berproses dalam keluarga. Dengan demikian orang-orang dalam keluargalah yang masyarakat yakini memiliki pengaruh besar dalam pembentukan karakter positif terhadap pembentukan karakter-karakter penting seseorang. Dalam hal ini sudah barang tentu orang tua akan paling memberikan pengaruh, baik sebagai model tapi juga yang melakukan pendidikan secara praktis dari hari ke hari. Ketika orang tua berbicara secara konsisten mengenai sikap-sikap dan perilaku-perilaku moral yang penting seperti tanggung-jawab, jujur, disiplin, mengasihi, dsb maka pengaruh mereka akan sangat kuat – secara positif maupun negatif. Ketika orang tua memiliki kelemahan dalam karakter moral dasar seperti kejujuran, tanggung-jawab, dsb itu maka generasi berikut akan mendapat contoh dan pengaruh buruk dari orang tua mereka. Sungguh memang tidak akan mudah untuk memutus tali pengaruh buruk ini.

Sementara ketika menjadi 'tua,' orang cenderung 'menjadi tua' dalam keinginan belajar dan berubah. Bahkan tanpa kesadaran pentingnya manusia berubah terus, maka ketidak-sadarannya akan membuat karakter orang malah memburuk.Lingkungan lain yang disebut paling berpengaruh dalam pembentukan karakter orang adalah lingkungan sekolah, apakah itu guru, kepala sekolah, dan teman-teman bermain di sekolah (64%). Dengan posisinya sebagai pendidik dan peranan mereka dalam mendidik orang dari masa kanak-kanak, maka peranan sekolah dipandang sangat menentukan pembentukan karakter orang. Para guru memiliki wibawa khusus bagi anak didik sehingga seandainya para guru, di samping mengajar pengetahuan dan ketrampilan tertentu, tapi juga menjalankan fungsi pendidikan karakter siswa melalui pengajaran, motivasi dan keteladanan maka sekolah memiliki potensi dalam pembangunan karakter siswa.

Setelah keluarga dan sekolah, masyarakat menyadari kalau kelompok lain yang paling mempengaruhi pembentukan karakter orang adalah lingkungan dekat dari masing-masing orang, seperti tetangga dan teman-teman bermain (62%). Tampaknya masyarakat meyakini pengaruh kuat orang adalah dari interaksi yang berulang-ulang dengan orang-orang tertentu lain selain keluarga, seperti teman-teman dan tetangga.
Masyarakat tampak menyadari satu ungkapan klasik yang terdapat dalam Alkitab yang mengatakan: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Sebaliknya, pergaulan dengan orang yang (berkarakter) baik akan membangun kebiasaan-kebiasaan yang baik artinya akhirnya adalah karakter yang baik. Sementara, di luar dengan keluarga yang bersifat khusus, maka orang paling banyak bergaul dengan teman-teman, yang dekat secara emosi, dan dengan tetangga, yang dekat secara fisik. Dalam Kitab Amsal juga disebutkan: “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” Keluarga, family dan lingkungan sosial kita adalah bagian dari sarana Tuhan membangun karakter orang percaya. Dan kita ditempatkan di sana untuk juga menjadi ‘garam dan terang’ yang memberkati lingkungan kita. Karena itu jagalah identitas kita sebagai anak-anak Allah sehingga kita tidak kehilangan pengaruh ilahi kita. Tuhan memberkati!!!

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *