Bijak Menambah Ilmu, Pengertian Bahan Pertimbangan (Amsal 1:5–6)

Oleh. Pdt. Bigman Sirait

Bijaksana! Kitab Amsal memang luar biasa. Dari awal sampai akhir, Amsal menanamkan nilai-nilai tinggi bagi kehidupan manusia. Ia memberi kecerdasan bagi yang tak berpengalaman. Ia memberi kebijaksanaan bagi orang muda. Tegas. Jelas. Tanpa basa-basi.

Tak berpengalaman itu sederhana saja maknanya: kurang belajar, kurang memahami hidup, kurang mengerti dinamika dunia. Dan apa yang dilakukan Amsal? Ia memberi kecerdasan. Tetapi ingat—kecerdasan bukan hanya tahu bahwa satu tambah satu sama dengan dua. Bukan itu.

Kecerdasan adalah: Untuk apa kita tahu? Bagaimana kita memakai pengetahuan itu? Apa manfaatnya? Apa bahayanya?
Amsal menjadi bingkai besar bagi hidup kita. Kita tinggal menggambar di dalamnya. Garis tepinya sudah jelas, sehingga kita tidak keluar jalur.

Lalu bagaimana dengan yang muda? Yang sering terpancing rasa. Yang mengikuti gejolak hati. Yang penuh gairah, penuh nafsu, dan sering berpusat pada diri sendiri.
Amsal memberinya kebijaksanaan. Amsal mengajar: Ini hidup. Ini risikonya. Ini akibatnya kalau melangkah salah.
Amsal memperlihatkan apa yang ada di depan sana, supaya kaum muda tidak terperosok dan celaka.

Amsal mengingatkan. Amsal menggugat. Amsal menyentak kesadaran. Pertanyaannya: Tidakkah yang muda akan tertolong kalau mau belajar?
Karena itu, cintailah Amsal. Ia akan memberimu kebijaksanaan. Dan bagi yang sudah bijaksana? Dia akan makin bertambah-tambah!

Sebab Amsal berkata—catat baik-baik—“Orang bijak akan mendengar dan menambah ilmu; orang yang berpengertian akan memperoleh bahan pertimbangan.”

Orang bijak tidak pernah berhenti. Ia mendengar. Ia belajar. Ia terus berproses.

Recommended For You

About the Author: slamet wiyono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *