
Jika ada orang yang menyakiti dan menganiaya kita, tentu kita lebih suka bila mereka dihukum. Bisa saja kita berdoa supaya mereka diampuni, tetapi jujur saja, hati kita tidak 100% ingin seperti itu. Tapi di sinilah kita mengerti betapa sulitnya memiliki hati seperti yang dimiliki Tuhan Yesus. Ahli Taurat menyalibkan Yesus, padahal tiap hari mereka mempelajari Taurat dan menggumulinya. Tetapi kenapa mereka menyalibkan DIA? Karena mereka hanya memiliki pengetahuan, tetapi tidak memiliki hati itu. Sehingga mereka mencintai Tuhan Allah bukan dengan segenap hati atau segenap jiwa atau hidup, tetapi dengan segenap akal. Kenapa Yesus minta mereka diampuni, padahal mereka sudah tidak layak untuk diampuni? Jawaban yang
Di sinilah kita melihat betapa dosa itu gila luar biasa, najis, mengerikan sampai ahli Taurat tak tahu apa yang mereka lakukan tentang Taurat. Ahli hukum tidak tahu apa yang dia lakukan tentang hukum. Semua melanggar. Siapa yang menjadi terdakwa? Ahli hukum. Siapa yang menjadi pengacau agama? Ahli agama. Sehingga ucapan Yesus itu menampar mereka semua. Mereka hanya orang-orang bodoh yang sudah dibutakan oleh ilah jaman ini. Mereka tidak mengerti jeritan Yohanes, “Kegelapan sudah membutakan mata mereka sehingga tidak tahu lagi apa itu kebenaran.” Tetapi Yesus tahu. Itulah sebabnya Dia berkata, “Bapa, ampuni mereka.” Belas kasihan-Nya muncul.
Yang kedua, mengapa Kristus meminta mereka diampuni? Karena Tuhan tahu mereka cuma jadi budak dosa. Tetapi mereka sendiri bangga dan merasa hebat. Mereka berpikir mereka yang mengatur dosa, padahal mereka yang diatur dosa. Yesus kasihan pada mereka. Orang-orang yang menonton di bawah salib mungkin ada yang berkata, “Kasihan Yesus, Dia disalibkan.” Tetapi Yesus justru kasihan kepada kita yang menyalibkan Dia. Ini semangat kebenaran, karena Dia tahu kebenaran adalah kebenaran, dan kebenaran itu tidak akan pernah bisa dikalahkan. Kita bisa membunuh seseorang yang percaya kepada Tuhan, tetapi itu tidak lebih dari mengantarkan dia untuk menghadap Bapa di surga. Kita tidak akan bisa menyakiti orang benar. Kalaupun dianiaya masih hidup, bagi dia itu suatu kehormatan boleh memikul salib Yesus. Orang benar tidak bisa dianiaya. Fisiknya bisa dianiaya, tetapi orang benar tidak pernah teraniaya. Ketiga, mengapa Tuhan minta mereka diampuni? Karena kasih. Karena kesadaran, karena kedalaman tanggung jawab sebagai Imam Yang Besar, Yang Agung, maka Yesus minta mereka diampuni. Padahal ada konsekuensinya. Manusia sudah bersalah kepada Bapa, harus ada yang jadi korban. Kalau Yesus minta mereka dipinggirkan supaya tidak dihukum, hanya ada satu jalan, yaitu harus ada substitusi, penggantian korban, dan Yesus mengambil posisi itu, disalibkan! Kita diampuni, Dia yang menjadi terhukum. Kita diampuni, Dia jadi terdakwa. Kita bersalah, Dia yang menerima vonis. Tragis sekali.
Itu sebab siapa yang percaya pada Dia tidak terhukum karena Dia sudah menggantikan mereka yang sudah terampuni. Karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat, mereka tidak akan pernah bisa minta ampun kalau bukan Yesus yang mengampuni, karena mereka sudah menjadi korban ketidaktahuan dan kebodohan karena dosa. Jadi, manusia yang berdosa secara aktif tidak bisa melakukan kebenaran, secara pasif tidak bisa menolak godaan. Sekali lagi: manusia berdosa secara aktif tidak akan bisa melakukan kebenaran, tetapi secara pasif tidak bisa mengatakan “tidak” pada dosa. Maka terus-menerus, dia hadir dalam dosa. Karena itu tidak heran jika Roma 3 berkata: “Tidak satu pun yang mencarinya, semua manusia kehilangan kebenaran. Semua manusia berdosa.”
Hanya orang yang dicari Yesus yang akhirnya bisa mencari Allah. Hanya orang yang ditemukan Yesus yang menuju pada Bapa. “Akulah jalan dan kebenaran tak seorang pun sampai kepada Bapa jika tidak melalui Aku,” itu kata Yesus. Tetapi bereskan dulu kesalahanmu. Maka pengampunan adalah konsekuensi besar tadi. Korban menjadi orang yang diselamatkan.
Sifat kristiani
Selanjutnya, mengapa Dia minta supaya manusia diampuni? Karena Kristus membuka opportunity, kesempatan pengampunan. Namun pengampunan itu bukan murahan, karena manusia tidak mampu membayarnya. Karena itulah Yesus mau menjadi korban. Mengampuni adalah sifat kristiani. Jika orang Kristen tidak bisa mengampuni, itu aneh. Mulutnya mengaku orang Kristen, tapi perbuatannya membantah pengakuan itu. Hamba Tuhan yang tidak bisa mengampuni, itu memperlihatkan apakah dia hamba Tuhan atau bukan.
Belajar dari salib Yesus, belajar dari kalimat-Nya maka kita mengerti, di situ digenapilah apa yang diungkapkan oleh Mazmur, “Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.” Ia tercabik-cabik, ekspresi yang sangat mengerikan, satu gam-baran yang sangat menakutkan bagaimana orang ditelanjangi sehingga tidak memiliki lagi apa yang seharusnya dia miliki dalam kehidupan.
Maka kembali kepada pengam-punan tadi, pikirkan dan camkan betapa hebatnya keseriusan dalam Alkitab. Kematian Yesus di kayu salib, bahkan jubah-Nya yang akan diundi, hal itu sudah dinubuatkan, kurang-lebih 1.000 tahun. Itu di era Daud. Jauh sekali dari peristiwa salib, tetapi kok tepat. Itulah Injil. Jadi lintas sejarah, ketepatannya luar biasa. Biarlah Tuhan menolong dan memimpin kita untuk bisa mengerti seutuhnya.v
(Diringkas dari kaset khotbah oleh Hans P. Tan)