Bapak Pendeta yang kami hormati, lewat rubrik ini saya ingin berkonsultasi dengan Bapak.
Begini Pak, aku seorang pemuda, penganut Kristen Protestan, sejak kecil saya dididik secara Protestan. Dalam waktu dekat ini saya menikah. Calon istriku menganut Katolik, dan calon mertuaku minta pernikahan kami dilaksakan secara Katolik? Bagaimana dengan iman kristiani, apakah ada kendala? Sebelumnya saya berterimakasih atas jawaban Bapak. Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Darly, Jakarta
Darly yang dikasihi Tuhan, baik sekali maksud pertanyaan kamu, sehingga rencana pernikahan bisa lebih jelas, dan juga, tidak menimbulkan kesalahpahaman yang tidak perlu antarkeluarga. Juga baik untuk diketahui oleh setiap umat Tuhan yang sampai sekarang masih terpecah dalam blok Katolik dan Protestan. Dan yang lebih menyedihkan lagi, saling menuding sesat satu sama lain. Memang ada oknum pemimpin gereja yang menurut hemat saya berpandangan sempit dan cenderung tak lazim. Di satu sisi ingin berdialog dengan agama lain, tetapi sesama Kristen malah saling menyakiti. Lalu dalam Protestan sendiri, juga ada banyak denomisasi yang juga saling menuding sesat. Sementara di Katolik juga ada banyak ordo, namun tidak terpecah, nuansa persatuannya lebih kuat dan tertib, yang dimungkinkan oleh hirarki organisasi yang solid. Yang pertama harus diketahui adalah sejarah munculnya Katolik dan Protestan dalam dua blok. Baik Katolik maupun Protestan adalah sama, yaitu Kristen. Kristen, sejak awal disebut yaitu di Antiokhia, cuma ada satu (Kis 11: 26), hingga terjadinya perpecahan di awal abad 17. Perpecahan ini juga bukan untuk menjadi dua blok, melainkan dilatarbelakangi oleh koreksi dari para reformator, khususnya Martin Luther pada masa itu. Koreksi Martin Luther adalah atas doktrin yang berkembang pada masa itu yang dijadikan ketetapan oleh pimpinan gereja. Martin Luther menuliskan dalil-dalilnya yang sangat terkenal dan menempelnya pada gereja di Wittenberg, Jerman. Sungguh tidak pernah direncanakan untuk menjadi Kristen dua blok. Reaksi pemimpin gereja pada masa itu sangat keras bahkan cenderung kejam. Maklum, pada masa itu jabatan paus sebagai pimpinan tertinggi gereja nyaris tak tersentuh, apalagi dikoreksi. Tekanan demi tekanan, hingga gerakan kontra-reformasi terjadi. Ini terjadi bukan karena persoalan inti tentang sikap iman Kristen, tetapi lebih kepada masalah kekuasaan pemimpin gereja saat itu. Ironis, banyak korban yang tidak perlu, berjatuhan. Namun di sisi lain banyak pula yang bersimpati kepada Martin Luther, bahkan terus bertambah. Nah, dalam konteks sejarah ada perpisahan yang menyedihkan yang meninggalkan aroma kebencian. Lalu, juga ada problem perbedaan doktrin yang cukup kental. Namun dalam perjalanan waktu, semua terus semakin mencair. Katolik yang dulu menyebut Protestan sebagai sesat, kini, lewat Konsili Vatikan 2 menyebut Protestan sebagai “saudara terhilang yang belum pulang”. Bagaimanapun juga ini adalah kenyataan sejarah yang harus dipahami, tapi tak perlu terjebak di dalamnya. Biarkanlah itu menjadi kisah masa lalu, jangan dibawa ke masa kini, tetapi menjadi pembelajaran penting untuk tidak mengulangi. Sementara, didalam Protestan sendiri terbentuk banyak denominasi, yang menganut pemahaman yang injili, tetapi juga ada yang liberal, dan juga fundamental. Perbedaannya mulai dari yang tidak esensial hingga yang esensial. Misalnya Kristen Protestan liberal yang tidak percaya Yesus Kristus adalah Tuhan dan juruselamat. Nah, kalau begini, bukankah akan lebih rumit lagi? Sama-sama Kristen Protestan tapi yang satu injili yang lainnya liberal, bagaimana pemberkatannya? Lalu juga ada perbedaan yang tidak esensial, seperti soal baptisan atau cara memuji Tuhan, namun sering dibesar-besarkan bahkan menjadi titik perpecahan. Aneh tapi nyata, tubuh Kristus yang satu menurut Alkitab, dipecah-pisahkan oleh gereja, sekalipun persoalan yang ada tidak esensial. Jadi, menurut hemat saya, bukan soal Protestan atau Katoliknya, melainkan sikap iman calon pasangan kamu sebagai pribadi. Apakah pasangan kita percaya bahwa semua manusia telah jatuh ke dalam dosa dan berada dalam kebinasaan. Yang berikut, apakah dia menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat pribadinya. Menerima bahwa keselamatan hanyalah karena anugerah Allah, dan hanya karena iman kepada Yesus Kristus Tuhan. Bahwa, Alkitab adalah sepenuhnya benar, dan satu-satunya kebenaran Firman Allah yang berotoritas penuh atas seluruh aspek kehidupan manusia. Nah, Darly yang dikasihi Tuhan tanyakan itu pada pasanganmu, dan juga sikap gerejanya. Maka, soal itu gereja Katolik atau Protestan, bukan masalah besar. Sikap iman jauh lebih penting. Sehingga menjadi jelas pernikahan kalian akan diberkati dan diteguhkan dalam pemahaman yang seperti apa. Karena seperti yang saya katakan di atas, gereja Protestan sekalipun, bisa jadi pemahaman imannya saling bertolak belakang (menerima dan menolak Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat manusia). Nah, Darly yang dikasihi Tuhan, mulailah pernikahanmu dengan pemahaman iman yang sehat, karena sebagai calon suami istri tentu kesehatian di antara kalian sangat penting, dan itu hanya bisa dibangun dalam keseimanan yang benar. Biarlah itu menjadi diskusi menarik dan menyenangkan bagi kalian sebagai calon suami istri. Sementara itu, terhadap keluarga kedua belah pihak perlu penjelasan yang terbuka, bahwa pemberkatan nikah ini bukan soal Protestan atau Katolik, tapi lebih dalam lagi, soal pemahaman iman bersama. Ini penting bagi masa depan hubungan kedua keluarga besar, sehingga tidak ada kecurigaan, atau usaha saling memengaruhi yang berujung pada situasi yang tidak mengenakkan. Dengan adanya keterbukaan yang baik, itu akan menjadi bekal bagi persekutuan keluarga yang indah sebagai tubuh Kristus. Ini bisa menjadi kesaksian bagi banyak keluarga lainnya. Baiklah Darly yang dikasihi Tuhan, selamat mempersiapkan pernikahanmu sebaik-baiknya, dan kiranya menjadi pernikahan yang memuliakan nama Tuhan. Juga REFORMATA, lewat Konsultasi Teologi ini boleh menjadi berkat bagi para pasangan muda lainnya yang sedang mempersiapkan pernikahannya dalam konteks yang sama.
REFORMATA:
Tabloid Kristen Berwawasan Nasional, Menyuarakan Kebenaran dan Keadilan.
Pendiri: Pendeta Bigman Sirait
website: www.reformata.com
Alamat Redaksi
WISMA BERSAMA
Jl. Salemba Raya No. 24B, Jakarta Pusat 10430
Telp: +62 21 392 4229 (Hunting), Fax: +62 21 314 8543