Tahun Berganti, Tetaplah Berjaga-jaga

Oleh Pdt. Bigman Sirait

AKHIR-akhir ini situasi dunia makin menggelisahkan. Bencana dan musibah di mana-mana. Percekcokan antarbangsa, pertikaian antaragama, perang ekonomi seolah tiada henti. Ada pula yang meniupkan isu kalau ini pertanda tibanya akhir jaman. Lucunya, ada

orang Kristen yang melihat dan menyikapi isu ini dengan sungguh-sungguh. Hal ini tentu sangat disesalkan, sebab Alkitab telah mengatakan, “ujilah segala sesuatu”. Perhatikanlah, dan itu harus sesuai dengan Alkitab.

Manusia hidup di alam modern, peradaban ditingkatkan, keber-samaan antarbangsa dipacu, hak-hak asasi manusia dihargai tinggi, tetapi semua itu tidak membuat perang berhenti. Manusia tetap haus darah dan kekuasaan. Maka terjadilah bangsa melawan bangsa, kerajaan melawan kerajaan. Terjadi perang ekonomi, perang teknologi hingga perang fisik.

 

Apa yang terjadi memang kelihatan sangat menakutkan. Tapi semua itu sebenarnya tidak menakutkan jika kita menyadari dan mengerti apa yang sudah diberitakan Alkitab. Ternyata umat tidak pernah mau belajar, mereka selalu termakan sensasi. Apalagi ada hamba Tuhan yang senang menjadi “paranormal” dan mengaku mendapat nubuat. Tragedinya, umat justru melahap habis isu-isu seperti ini, menelannya mentah-mentah atas nama karunia.

 

Apakah Tuhan sudah begitu pelit informasi sehingga memberitahu-kan hanya kepada satu orang? Apakah Tuhan sudah memilih-milih sampai umat itu diklasifikasi? Tuhan tidak begitu. IA memberikan informasi kepada semua kita lewat firman-Nya. Kitalah yang malas membaca, lalu bergantung pada orang tertentu. Praktek paranormal akhirnya tidak hanya mewarnai dunia umum tetapi juga dunia rohani. Alkitab tidak lagi diperhatikan, tidak lagi dihargai, karena apa kata oknum pendeta, itu yang menjadi acuan. Apakah dia itu sudah lebih penting atau lebih hebat daripada Alkitab?

 

Kecanggihan teknologi membuat sebuah isu dengan cepat menyebar luas lewat SMS. Padahal isu itu sering kali malah tidak berdasar. Kita bagai orang bodoh yang menjadi korban empuk dari sensasi picisan. Orang Kristen lebih mudah menyebarkan SMS sensasi dibanding ayat-ayat firman yang jelas-jelas bisa menguatkan orang lemah, menghibur orang susah, mengingatkan orang berdosa.

 

Ini sikap yang salah, sehingga orang Kristen mengalami keta-kutan dalam memasuki pergantian tahun yang memang diwarnai kejutan-kejutan yang sangat mengerikan. Semua terjebak pada perangkap yang salah. Padahal dikatakan, setan pun akan punya kuasa yang semakin menakjubkan. Nah bayangkan jika orang-orang Kristen getol dengan demonstrasi-demonstrasi yang menakjubkan, pasti dia tidak akan bisa lagi membedakan mana yang dari setan mana yang dari Tuhan. Andaikata dia belajar dari kebenaran Alkitab, dia akan diberi kepekaan betapa mudahnya hidup menjadi anak Tuhan, yakni dengan melakukan apa yang Tuhan katakan.

 

Tuhan mengatakan, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati jiwa dan akal budimu, dan kasihi sesama manusia seperti dirimu sendiri.” Namun hal ini justru sangat sulit dilakukan orang Kristen yang memang sangat mencintai diri. Tuhan pun disebut Tuhan hanya kalau Tuhan itu bisa memenuhi apa yang menjadi keinginannya. Sesama akan disebut sesama jika itu menguntungkan dirinya. Orang-orang seperti ini, karena tidak bisa melakukan cinta kasih yang utuh, lalu bersembunyi di balik karunia, di balik fenomena. Karena itu kembalilah kepada Alkitab, cintailah Alkitab.

 

Hidup sesuai firman

Dikatakan, dunia akan berlalu tetapi firman Tuhan tetap. Gempa bumi akan terjadi. Akan ada berbagai penyakit, belum lagi penyakit karena pola hidup yang makin kacau. Teknologi tidak serta-merta memberikan pencerahan atau harapan akan masa depan, karena dia juga meninggalkan ekses yang tidak kecil. Ini menjadi pemikiran kita bahwa ter-nyata Alkitab itu betul. Ma-kanya Alkitab selalu mengingatkan kita untuk berjaga-jaga.

 

“Kedatangan Tuhan itu menyenangkan,” kata Paulus dalam Tesalonika. Tapi aneh melihat sikap orang Kristen sekarang yang ketakutan. Kalau boleh hidup, layani Kristus. Kalau boleh mati, puji Tuhan, bertemu dengan Dia. Tetapi kita dibawa ke perangkap-perangkap yang kacau. Ini menjadi kesalahan yang tidak pas dari orang Kristen dalam menyikapi Alkitab.

 

Karena itu jangan masuki pergantian tahun dengan ketakutan, apalagi percaya isu bahwa Tuhan mau datang. Mari kita jalani tahun 2008 dengan melayani Tuhan lebih baik, hidup sungguh-sungguh, lebih rajin, lebih beretika. Sekarang orang Kristen lebih bergairah memperkaya diri ketimbang menolong orang lain. Merasa bangga karena bisa mengumpulkan harta, tetapi tidak malu karena tidak mampu berbagi untuk orang lain, dan menolong orang lain. Pemenang Nobel dari Bangladesh memakai banknya menolong orang miskin. Maka kita orang Kristen jangan menepuk dada dulu. Banyak orang yang bukan Kristen punya nilai dan tujuan hidup untuk menolong orang di sekitarnya.

 

Ayo kita maju, cerdas berkaca diri, mampu menempatkan diri sebagai unggulan.. Bahwa akan ada aniaya, perusakan rumah ibadah, itu dari dulu juga sudah dikatakan. Mari kita perjuangkan dengan cara yang elegan. Tetapi ini bukan soal menang-kalah. Karena toh itu jalan yang harus dilewati dan harus dialami, kenapa kecewa dan takut? Justru kita terhormat kalau bisa menjalani dan melewatinya. Maka berlakulah sebagai orang terhormat agar dalam seluruh aspek hidup, nama Tuhan dimuliakan.

 

Jika kita hidup sesuai firman Tuhan, jangan takut. Bumi boleh pecah, namun toh itu akhirnya hanyalah saat pertemuan kita dengan Tuhan. Majulah dalam pengharapan yang utuh seperti apa yang Tuhan mau. Tuhan tetap sama, dahulu sekarang dan selamanya. Tahun boleh berganti, suasana boleh semakin mencekam dan menakutkan, tetapi jika Tuhan bersama kita, kita tetap tenang.

 

(Diringkas dari kaset Khotbah Populer oleh Hans P.Tan)

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *