Selamat Karena Beriman kepada Tuhan

Pdt. Bigman Sirait–

ROMA 9: 30-32 membicarakan bagaimana orang-orang Israel tidak mau percaya, hidup dengan keras kepala. Lalu di pasal 10 dibicarakan bagaimana kebenaran itu muncul karena iman,

bukan karena perbuatan. Jadi di sini Paulus ingin menga-takan, bahwa orang Israel menjadi selamat bukan karena dia Israel, tetapi orang Israel menjadi sela-mat karena beriman kepada Tuhan Yesus Kristus, pencipta yang sejati. Jadi, orang tidak selamat karena dia terhisab dalam kebangsaan Israel, tetapi pilihan Allah yang berlaku atas Israel.

Jadi hal ini harus dipilah, harus dipisahkan secara perlahan agar kita bisa mengerti. Jadi, Paulus ingin mengatakan bahwa kesela-matan ada pada semua bangsa, tetapi berdasarkan kepercayaan. Nah ini memang menggugat orang Israel yang mempunyai keyakinan yang begitu absolut, bahwa sebagai bangsa mereka selamat. bahkan Yunus yang nabi tidak rela pergi ke Niniwe. Rasa nasionalisme yang tinggi dan keyakinan bahwa Israel adalah bangsa pilihan, membuat dia tidak mau menuruti perintah Tuhan yang menyuruhnya ke sana. Dia mengaggap Niniwe itu bukan bangsa pilihan, tidak layak mendapat kasih karunia. “Kenapa Tuhan suruh saya ke sana?” katanya. Tuhan pun dilawan. Dan kisah Yunus menjadi kisah yang kita warisi dalam kehidupan kita.

Jadi dalam hal ini kita harus memperhatikan bagaimana wahyu dan pemeliharaan Allah berlaku secara progresif, terus menuju pada kesempurnaan. Barang siapa berhenti pada titik pertama tidak akan pernah bisa memahami dan akan menga-lami kebingungan yang sangat berat. Nah itulah orang Israel, mereka berhenti di situ, mereka tidak menikmati progresifnya wahyu dan pemeliharaan Allah kepada mereka yang terus menuju titik kesem-purnaan yang hebat, sehing-ga semakin hari semakin jelas karya dan pemeliharaan Allah.

Berikutnya dikatakan, Tuhan berfirman, “Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagi-Ku yang tidak pernah sujud menyembah Baal”. Yang tujuh ribu ini istilahnya “sisa-sisa Israel” Jadi sisa-sisa bangsa terpilih, yang betul-betul terpilih itu yang Tuhan sukai. Atau dengan bahasa yang lebih sederhana, ada pilihan Tuhan di antara bangsa pilihan yang tidak terpilih itu. Jadi, bukan statusnya tetapi ketaatan hidup mereka di dalam mereka takut akan Tuhan, bukan ke-Israel-annya.

Ini menjadi prinsip yang penting juga dalam mengingat-kan orang Kristen sekarang, bahwa bukan kekristenannya, tetapi betulkah dia pilihan Tuhan?

Tuhan itu serius. Bukan karena Dia penuh belas kasihan maka kita boleh berbuat dosa semaunya. Dia serius dalam pertanggungjawaban yang dituntut-Nya. Jadi, ketika kita melihat ini, ada satu seleksi yang berjalan yang kemudian mem-buktikan mana yang pilihan, mana yang bukan. Bagaimana kita tahu bahwa itu pilihan Tuhan? Dari kebertahanan me-reka, ketaatan mereka, kesung-guhan mereka sebagai buah dari akibat pilihan Tuhan. Karena itu sebetulnya tidak ada orang yang bisa menepuk dada ketika dia hidup sesuai kehendak Tuhan. Semuanya toh hanya karena kasih karunia.

Karena kita berdosa, seharus-nya binasa, tetapi masih dipilih. Jadi keselamatan hanya karena pilihan, tetapi kebinasaan adalah karya manusia, bukan Allah membinasakan manusia. Allah memilih atau tidak memilih, itu kedaulatan Dia. Allah memilih yang Dia mau. Karena seharus-nya kita tidak ada hak untuk dipilih, tidak ada kriteria yang layak untuk dipilih, seharusnya kita semua binasa. Bersyukurlah yang dipilih. Yang tidak dipilih harus menerima risikonya sendiri. Bukan pilihan Tuhan membinasakan kita. Tetapi kita sudah membinasakan diri sendiri.

 

Kebebasan

Jadi soal kebebasan ini pun harus hati-hati. Alkitab tidak pernah membicarakan kepada kita bebas yang sebebas-bebasnya. Kita tidak bebas hidup di dunia ini. “Jangan berbuat dosa,” itu kata Tuhan. Kalau kau berbuat dosa, bukan karena bebas, tapi sudah melanggar. Barang siapa percaya, akan beroleh hidup kekal. Tidak percaya, binasa. Jadi di mana bebasnya? “Jangan makan buah ini, kalau kau makan kau mati. Tidak kau makan kau hidup”. Artinya tidak bebas. Cuma satu pilihan kita: jangan makan. Tetapi manusia bodoh, sudah dikasih satu pilihan masih salah juga.

Kita ini seperti ikan yang ditaruh di kolam. Ikan di laut itu bebas, tetapi di darat tidak. Jadi bebasnya terbatas. Jadi istilah kebebasan itu adalah ketaklukan kepada ketetapan Allah. Allah mau apa, kita tunduk dan melakukan kehendak-Nya. Di situ kita merdeka. Makanya orang yang merdeka, orang yang bebas, adalah yang melakukan kehendak Tuhan. Yang melawan Tuhan justru terhukum, karena dia diikat oleh kuasa setan. Orang yang berpikir bahwa ikut setan justru merdeka, bisa bikin apa saja, adalah orang yang sangat bodoh. Karena dengan ikut setan, kau sudah bukan kau lagi. Kau hanya akan melakukan apa yang menghancurkan dirimu. Tetapi kalau melakukan kehendak Tuhan, kau menda-patkan apa yang menjadi hak atas hidupmu, yaitu kebaha-giaan, ketenangan.

Orang-orang Israel yang dipilih Tuhan itu tidak bebas seenak perutnya. Tetapi sudah salah karena melanggar kehendak Allah. Jadi manusia bukan me-nyalahgunakan kebebasan, tetapi melanggar perintah Allah. Allah sudah kasih kebebasan pada manusia, semua boleh dimakan, kecuali yang satu. Mereka jatuh karena melanggar ketetapan Allah. Jadi bukan masalah kebebasan, tetapi melanggar ketetapan Allah.

Jadi Tuhan tidak pernah membinasakan orang hanya karena tidak memilih, tetapi manusia sudah memilih binasa dalam hidupnya. Tetapi Tuhan bermurah hati memilih orang berdasarkan kehendak dan belas kasih-Nya untuk dise-lamatkan. Dan itu hak Dia.q

(Diringkas dari kaset khotbah oleh Hans P.Tan)

 

 

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *